Tingkatkan Produksi Kepiting soka, Unair Lakukan Pelatihan Modifikasi Pakan

Tingkatkan Produksi Kepiting soka, Unair Lakukan Pelatihan Modifikasi Pakan
info gambar utama

Sekotong merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Lombok Barat yang mempertimbangkan potensi pengembangan perikanan budidaya. Sebagian besar wilayah Sekotong merupakan wilayah pesisir yang memiliki sumber daya potensial bagi kegiatan perikanan dan kelautan.

Salah satu potensi pesisir yang banyak dikembangkan oleh penduduk sekitar adalah tambak perikanan air payau. Salah satu desa di Sekotong adalah desa Empol, dusun Madak Beleq, yang telah membudidayakan kepiting bakau sebagai mata pencaharian.

Salah satu warga pembudidaya kepiting bakau di Desa Empol adalah Iki. Memulai kegiatan budidayanya, Iki membeli bibit kepiting dari nelayan yang menangkap di laut dengan harga berkisar Rp20 ribu—Rp30 ribu per kg. Bibit kepiting tersebut akan dipelihara selama 3 bulan di tambak. Kepiting yang berukuran kecil masih tersedia setiap hari, sehingga ia mampu membeli bibit 10 – 15 kg per hari nya.

Dalam melakukan budidaya kepiting Iki memberi pakan berupa ikan rucah. Jenis pakan ikan rucah tersebut didapatkan dari daerah lain, yaitu Ampenan, dengan harga Rp2 ribu. Lokasi pembelian bahan pakan rucah berjarak 40 km dari lokasi kegiatan budidaya kepiting yang dilakukan.

Keindahan Paok Pancawarna, Si Pemalu Endemik Asal Pulau Sumba

Iki memberi pakan ikan rucah hanya sekali dalam sehari lalu membiarkan kepiting mencari pakan alami yang tersedia di tambak. Budidaya dengan sistem seperti ini telah dilakukan selama 3 bulan, dengan hasil panen yang diperoleh berkisar Rp100 ribu— Rp150 ribu per kg nya dengan volume penjualan hasil panen hingga 10 kg.

Dalam upaya mengoptimalisasi usaha budidaya kepiting bakau di Sekotong, dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga bekerja sama dengan dosen Program Studi Budidaya Perairan Universitas Mataram melaksanakan pengabdian memodifikasi pakan dan probiotik dalam pembuatan pakan buatan untuk mempercepat pertumbuhan kepiting bakau pada Sabtu (2/09/2023).

Kepiting bakau (Scylla serrata) atau kepiting soka. sumber pexels
info gambar

Tim Pengabdian masyarakat FPK UNAIR yang terdiri dari tiga staff dosen (Dr Eng Sapto Andriono MT, Dr Adriana Monika Sahidu MKes, dan Muhamad Amin PhD), dan dua staff pengajar dari Universitas Mataram yaitu Bagus D Setyono, M.Si dan Wastu Ayu Diamahesa Ph.D.

Mengawali pengabdian Dosen Departemen Akuakultur, Amin PhD memberikan gambaran memodifikasi pakan serta penambahan probiotik. “Probiotik ini sendiri bahan yang bisa memberikan salah satu keuntungan untuk membantu proses pencernaan yang lebih cepat, menyerap kandungan pakan yang dikonsumsi kepiting menjadi daging, serta dapat menghambat patogen yang menyerang kepiting,” ujar Amin PhD.

Keajaiban Karangsambung yang Menyingkap Geologi Dunia 120 Juta Tahun Lalu

Dosen yang asal kelahirannya di Lombok tersebut menjelaskan cara mencampur probiotik ke pakan buatan yang telah dibuat sebelumnya lalu diberikan ke kepiting. Salah Satu teknik budidaya dengan pemberian probitik pada pakan, yaitu dengan budidaya sistem tertutup menggunakan keranjang tertutup sehingga bisa memangkas waktu pemeliharaan menjadi 1 bulan dan bobot semakin berat.

“Dengan pembuatan pakan buatan, para nelayan berharap mereka bisa memanen dengan cepat dan dengan hasil timbangan yang tinggi,” ujarnya.

Selanjutnya Dr Adriana berbagi ilmu bagaimana mengolah hasil panen dari kepiting soka diolah menjadi makanan modern yang bernilai jual yang sangat tinggi. Karena kepiting soka yang diolah cukup menarik, banyak pembeli di restoran yang memburu kuliner tersebut di restoran seafood yang ada di kota. Sehingga masyarakat dapat meningkatkan perekonomian dengan melakukan budidaya dengan pemberian pakan buatan serta modifikasi pemberian probiotik pada pakan buatan.

“Dengan adanya sosialisasi hal ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru bagi pembudidaya kepiting di Sekotong,” sebut Ariana.

Melalui pengmas kolaborasi ini, berharap masyarakat dapat mempercepat proses pertumbuhan kepiting dengan hasil bobot yang tinggi melalui pengetahuan yang telah didapatkan melalui pelatihan yang dilakukan. Kemudian para nelayan di harapkan bisa memilih alternatif baru budidaya kepiting soka yang memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi.


(sumber: wawancara)

Kebun Raya Eka Karya, Kebun Raya Terluas di Indonesia di Tengah Eloknya Alam Bedugul

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DH
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini