Outbound PKBM Ibnu Rusy, Belgi: Upaya Memperkenalkan Kearifan Lokal Daerah

Outbound PKBM Ibnu Rusy, Belgi: Upaya Memperkenalkan Kearifan Lokal Daerah
info gambar utama

PKBM Ibnu Rusy (Kelompok Belajar Motekart) menyelenggarakan kegiatan berbasis Kewirausahaan dan kearifan lokal (local wisdom) dengan memperkenalakan kembali seni permainan tradisional kepada siswa-siswi sebagai bagian dari upaya melestarikan (ngamumule) seni budaya yang menjadi bagian dari cinta tanah air yang kaya akan kearifan lokal dan seni budaya di Nusantara.

Kegiatan ini merupakan upaya mendukung program pemerintah dalam bidang pendidikan melalui kegiatan 'Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)' Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Selain itu, kegiatan ini juga menjadi wujud bakti pemuda dalam upaya mempertahankan kearifan lokal daerah agar tidak lekang oleh waktu dan tergerus jaman.

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) adalah program studi kesetaraan, melalui program kesetaraan paket A (Setara SD), Paket B (Setara SMP), dan Paket C (Setara SMA) yang menjadi alternatif dalam dunia pendidikan.

Baca juga: Asal Mula Istilah Santri dan Pesantren, Lembaga Pendidikan yang Diciptakan Wali Songo

PKBM Ibnu Rusy memiliki perhatian khusus dalam sektor pendidikan, pelatihan, ekonomi kreatif, dan seni budaya yang dalam aktivitasnya menjalin kolaborasi dengan berbagai unsur, baik Karang Taruna maupun komunitas dengan membuka sekolah gratis, khususnya bagi mereka yang putus sekolah dan dalam segmentasi usia produktif.

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Ibnu Rusy atau Kelompok Belajar (Pokjar) Motekart yang berdomisili di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor ini menggelar kegiatan outbound yang dikemas melalui pengenalan permainan tradisional dan games pada Minggu, 1 Oktober 2023.

Kegiatan ini diselenggarakan di halaman Pondok Pesantren Al-Asmaul Husna, Desa Ciburayut, Cigombong-Bogor.

PKBM Ibnu Rusy bersama Karang Taruna dan Komunitas Simpul Selatan turut mengakomodir kegiatan ini.

Baca juga: Pagelaran Macan Gala 2023 untuk Dukung Program Pendidikan Seni Indonesia

Terdapat lebih kurang 100 siswa-siswi yang turut serta dalam kegiatan ini. Setiap siswa yang hadir ini memainkan beberapa permainan tradisional, seperti enggrang bambu dan enggrang batok, bebeletokan, sondah, damdas, serta gegerelengan yang menjadi permainan zaman dulu khas Jawa Barat.

Aktivitas ini diharapkan bisa menjadi salah satu cara agar anak-anak tidak kecanduan gawai dengan memperkenalkan kembali permainan tradisional kepada mereka.

Indonesia memiliki begitu banyak permainan tradisional. Masing-masing daerah selalu punya permainan khas yang diajarkan orang tua kepada anak-anaknya saat masih kecil dan diwariskan secara turun temurun.

Sayangnya, permainan tradisional, khususnya di Jawa Barat perlahan mulai jarang dimainkan seiring dengan perkembangan teknologi dan penggunaan gadget atau smartphone di kalangan anak-anak yang mungkin lebih menarik perhatian mereka.

Kegiatan outbound yang di gelar kepada siswa-siswi PKBM ini diselenggarakan dalam rangka menambah wawasan serta kepedulian bagi siswa-siswi PKBM agar bisa lebih mengenal berbagai kearifan lokal dan seni budaya, salah satunya permainan tradisional sebagai bagian dari wujud kecintaan dan rasa bangga kita terhadap bangsa dan negara.

Baca juga: Lewat Pendidikan, Jamaluddin Ajak Masyarakat Menjaga Lingkungan dan Meningkatkan Ekonomi

Belgi Alhuda, pengurus Pokjar Motekart sekaligus Karang Taruna Desa Ciburayut menuturkan bahwa permainan tradisional sangat bermanfaat dan memiliki nilai edukasi untuk siswa.

Dalam permainan tradisional, anak-anak akan dituntut untuk aktif, berinteraksi, berkelompok, dan lebih hemat untuk dimainikan jika dibandingkan dengan hanya bermain gawai atau smartphone.

Lebih lanjut Belgi menjelaskan bahwa permainan tradisional memiliki nilai edukasi yang bermanfaat. Contohnya dalam permainan tradisional kita akan diajarkan kerja sama, sopan santun, keakraban, dan menumbuhkan rasa empati terhadap sesama, termasuk mengedepankan interaksi sosial dan lingkungan.

"Semoga saja permainan tradisional ini tidak lekang oleh waktu dan zaman dan mampu menyeimbangkan, sehingga dapat bertahan di era modern seperti saat ini yang menjadi warisan budaya," pungkasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

BA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini