Di balik Layar Produksi Film Dokumenter: Tidak Semudah Menekan Tombol Play

Di balik Layar Produksi Film Dokumenter: Tidak Semudah Menekan Tombol Play
info gambar utama

Film dokumenter merupakan genre yang unik di industri perfilman. Dibandingkan dengan film naratif yang hanya mengandalkan skenario fiksi dan akting, film dokumenter menghadapi tantangan yang berbeda.

Genre ini belakangan naik daun semenjak perusahaan streaming Netflix banyak memproduksi karya orisinal yang menariknya selalu dikaitkan dengan isu-isu populer yang menarik perhatian publik.

Sebut saja dokumenter Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso yang mengangkat kasus pembunuhan Mirna dengan kopi bersianida di Indonesia, The Tinder Swindler yang mengupas kasus penipuan berkedok kencan daring oleh Simon Leviev, hingga Depp V Heard yang mengikuti kasus persidangan cerai pasangan layar kaca Hollywood, Johnny Depp dan Amber Heard di meja hijau.

Ke depannya, Netflix masih berencana untuk merilis The Devil on Trial, sebuah dokumenter yang akan mengungkap kasus pembunuhan pertama di pengadilan Amerika Serikat yang diklaim oleh pasangan demonologis Ed dan Lorraine Warren sebagai kejahatan supranatural. Dokumenter dari kasus yang sempat populer dalam film The Conjuring 3 ini akan rilis pada tanggal 17 Oktober mendatang.

Meskipun terkadang terlihat mudah, produksi film dokumenter sebenarnya sangat kompleks dan penuh dengan tantangan. Di balik layar, ada banyak hal yang terjadi sebelum Kawan bisa menekan tombol play untuk menikmati film tersebut.

Baca Juga: Usai Pandemi, Bagaimana Film Indonesia Bangkit menjadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri?

Konsep dan Ide Awal

Setiap film dokumenter dimulai dengan ide atau konsep yang kuat. Hal ini biasanya muncul dari minat pribadi sutradara atau produser terhadap subjek tertentu atau isu sosial yang ingin mereka telusuri.

Proses ini mungkin dimulai dengan riset yang mendalam, wawancara awal dengan sumber daya manusia, atau eksplorasi lapangan. Ide ini kemudian dievaluasi untuk melihat apakah itu layak untuk dijadikan film dan target audiens yang potensial untuk menonton karya tersebut.

Rencana Produksi

Setelah ide utama ditetapkan, langkah berikutnya adalah merencanakan produksi. Ini mencakup menentukan sumber daya yang dibutuhkan, anggaran, dan jadwal produksi.

Sebuah film dokumenter biasanya melibatkan banyak lokasi dan orang, termasuk kru produksi, narator, penulis naskah, dan pemeran pendukung. Semua ini harus disusun dengan cermat untuk memastikan bahwa produksi berjalan lancar.

Pengumpulan Materi

Pengumpulan materi adalah salah satu tahap paling penting dalam produksi film dokumenter. Ini melibatkan pengambilan gambar, wawancara, dan pengumpulan berbagai jenis bahan yang akan digunakan dalam film.

Kru produksi harus siap berada di lapangan selama berhari-hari atau bahkan berbulan-bulan untuk mendokumentasikan cerita dengan baik. Mereka harus bekerja dengan peralatan kamera, pencahayaan, dan suara yang tepat untuk memastikan kualitas gambar dan audio yang baik.

Wawancara

Salah satu elemen kunci dalam film dokumenter adalah wawancara dengan narasumber yang relevan. Wawancara ini tidak hanya tentang menanyakan pertanyaan sederhana dan mendapatkan jawaban, tetapi juga tentang menciptakan hubungan dengan narasumber sehingga mereka merasa nyaman berbicara tentang pengalaman atau pengetahuan mereka.

Wawancara juga memerlukan perencanaan yang baik, termasuk merumuskan pertanyaan yang tepat dan menentukan lokasi yang sesuai.

Tidak jarang dalam kasus sensitif atau kriminal tertentu, proses wawancara akan memakan proses yang rumit karena memerlukan perizinan dari otoritas terkait.

Pihak otoritas biasanya akan khawatir karena pernyataan pihak pelaku berpotensi menimbulkan kontroversi atau menggiring opini publik secara masif, seperti yang terjadi dalam dokumenter Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso di mana proses wawancara Wongso oleh Netflix dihentikan dan tidak mendapat izin untuk dipublikasikan sepenuhnya oleh pihak Kepolisian.

Baca Juga: Istilah-istilah Politik dalam Film Oppenheimer, Sudah Paham?

Pascaproduksi

Setelah semua materi yang dibutuhkan terkumpul, proses pascaproduksi dimulai. Ini termasuk pengeditan film, pengolahan audio, penciptaan musik asli, dan penulisan naskah narasi jika diperlukan.

Pengeditan film dokumenter adalah salah satu tahap yang paling rumit karena editor dan produser harus menciptakan narasi yang kuat dari berbagai potongan materi yang berbeda. Selain itu, mereka harus memastikan bahwa film tersebut mengalir dengan baik, tidak membosankan, dan mempertahankan minat penonton sepanjang durasi.

Produksi film dokumenter penuh dengan tantangan yang unik. Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan waktu. Beberapa peristiwa atau fenomena yang ingin didokumentasikan mungkin hanya terjadi sekali dalam seumur hidup, sehingga kru produksi harus siap untuk bergerak dengan cepat.

Tantangan etis juga kerap dihadapi dalam produksi film dokumenter. Kru produksi harus berusaha untuk tetap netral dan adil dalam penyajian fakta, serta mempertimbangkan dampak potensial film terhadap narasumber dan komunitas yang terlibat. Tantangan ini bisa menjadi sulit, terutama jika film tersebut mengungkapkan kontroversi atau isu sensitif.

Menghasilkan film dokumenter adalah sebuah pencapaian seni yang memerlukan kerja keras, dedikasi, dan kreativitas yang tinggi.

Meskipun bisa terlihat mudah ketika menekan tombol play dan menikmati hasil akhirnya, di balik layar produksi film dokumenter adalah upaya kolaboratif yang luar biasa yang melibatkan banyak elemen dan tantangan.

Dari konsep awal hingga distribusi akhir, setiap langkah memiliki peran penting dalam menciptakan karya yang kuat dan berdampak bagi publik.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

CH
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini