Mengenal Desa Tihingan yang Warganya Sejahtera dengan Kerajinan Gamelan

Mengenal Desa Tihingan yang Warganya Sejahtera dengan Kerajinan Gamelan
info gambar utama

Tihingan merupakan sebuah desa kecil yang berada di pinggiran Kabupaten Klungkung, Bali. Dari tempat itu, masyarakat telah menempa potongan logam untuk membuat gamelan sejak ratusan tahun lalu.

Komang Gede Suyasa sudah rutin membuat gamelan di rumahnya. Dirinya mempekerjakan lima karyawan untuk membantunya melayani pesanan demi pesanan yang terus mengalir. Di rumah-rumah lain juga terdengar suara serupa.

Eksistensi Wayang dan Gamelan di Kancah Dunia

Desing suara mesin gerinda berpadu dengan pukulan-pukulan palu besi di atas lempengan logam. Suara-suara itu seolah menggambarkan kehidupan di Desa Tihingan yang lekat dengan usaha pembuat gamelan.

“Saya menjalankan usaha ini sudah sekitar 30 tahun. Sebelumnya, bapak dan kakek saya. Jadi, sudah turun temurun. Baru tahun ini saya memakai nama, perajin gong Putra Sentana,” tutur Suyasa yang dimuat Kompas.

Generasi keempat

Suyasa merupakan generasi keempat sebagai pembuat gamelan dalam silsilah keluarganya. Apabila dirunut ke belakang, usaha yang dimulai oleh leluhurnya itu diperkirakan sudah berlangsung selama ratusan tahun.

“Sudah sejak zaman kerajaan,” kata Suyasa.

Kerajaan yang dimaksud oleh Suyasa adalah Kerajaan Gelgel di Klungkung. Sebagaimana informasi yang beredar di kalangan perajin gamelan di desa itu, Tihingan diyakini merupakan cikal bakal pembuatan gamelan di Bali.

Mengenal Anik Sunyahni, Pesinden Legendaris yang Masih Eksis

Hal ini dibuktikan dari penemuan perapian gamelan yang biasa disebut prapen pada 2004. Letaknya di sebuah tebing tak jauh dari Pura Desa, berdekatan dengan sungai. Namun berdasarkan penemuan prapen itu, belum diketahui awal mula pembuatan gamelan.

“Dari tebing itu aktivitas pembuatan gamelan kemudian berpindah hingga masuk ke kawasan permukiman.

Kebangkitan

Saat ini selain Suyasa yang memiliki usaha gamelan, ada sedikitnya 60 rumah atau keluarga lain yang juga menjalankan usaha pembuatan gamelan dari total 260 keluarga yang ada di Tihingan.

“Sekarang kami sudah berani hidup dari membuat gamelan,” kata Suyasa.

Deretan Sosok Sinden yang Berasal dari Mancanegara

Disebutkannya titik balik para pengusaha ini muncul setelah acara Pesta Kesenian Bali (PKB) pada 1985. Pesanan gamelan tak pernah berhenti, padahal biasanya pesanan gamelan hanya ramai menjelang upacara, seperti Galungan.

Di Tihingan, selain usaha gamelan rumahan juga terdapat ruang pamer gamelan. Jumlahnya mencapai 25 unit meski lokasinya masih berada di rumah warga. Hal yang menarik tidak ada persaingan antar warga.

“Setiap pelaku usaha meyakini, bagi warga Tihingan, menjadi perajin gamelan adalah anugerah,” pungkasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini