Membaca Pesan Sunan Gunung jati: Ingsun Titip Tajug Lan Fakir Miskin

Membaca Pesan Sunan Gunung jati: Ingsun Titip Tajug Lan Fakir Miskin
info gambar utama

Lahir pada 1448 Masehi, Syech Syarif Hidayatullah atau yang biasa dikenal dengan Sunan Gunung jati, merupakan salah satu anggota Walisongo yang tersebar di tanah Jawa. Sunan Gunung Jati juga merupakan raja kedua Cirebon, setelah diangkat pada tahun 1479 yang menggantikan pamannya Raden Walangsumsang.

Selain misi dakwah yang ia emban, Sunan Gunung Jati adalah sosok pemimpin yang bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan masyarakat diwilayah kekuasaan Cirebon pada masa itu.

Pada tulisan ini, tidak membahas mengenai perjalanan beliau menjadi raja dan juga wali, melainkan membahas pesan wasiatnya yang masih sangat relevan dengan keadaan saat ini.

Pesan tersebut adalah Ingsun Titip Tajug Lan fakir Miskin merupakan pesan dari Sunan Gunung Jati yang memiliki arti dalam Bahasa Indonesia “Aku titip masjid dan fakir miskin”. Pesan yang sangat mendalam dan bisa ditafsirkan beragam.

Belkote Paints Hadirkan Inovasi Baru untuk Memajukan Industri Painting Lokal

Dalam makna masjid/mushalah (tajug) menggambarkan sebuah bangunan ibadah umat muslim, yang pastinya tempat tersebut memiliki kemuliaan. Dan kemuliaan ini didasari karena masjid sebagai tempat ibadah sholat, berdo’a memohon kepada Allah SWT. Oleh karena itu, pesan yang disampaikan Sunan Gunung Jati dalam kata (tajug) dapat berarti kemuliaan.

Jika melihat dari Sunan Gunung Jati yang merupakan seorang sufi, maka arti “kemuliaan” tersebut adalah kemuliaan tentang jiwa manusia. Dan dalam hal ini Sunan Gunung Jati memberi pesan tersirat, “jagalah kemuliaan dalam diri”. Kenapa artinya seperti ini, karena dalam tradisi sufi, seseorang harus dituntut untuk membersihkan (jiwa) dirinya, agar bisa melihat kemuliaan (jiwa) yang ada dalam dirinya.

Pesan seperti ini, bukan sekedar pesan untuk setiap individu, melainkan sebuah misi dari Sunan Gunung Jati yang merupakan seorang raja dan juga wali, untuk menjaga kemuliaan dalam diri, termasuk didalamnya, ada moral, etika, etiket dan lain sebagainya.

Misi tersebut juga bertujuan agar setiap individu memiliki tanggung jawab kepada dirinya atas apa yang dia kerjakan. Perilaku seperti ini hanya bisa diwujudkan dengan ilmu dan pengetahuan, tentunya hal tersebut adalah dengan diadakannya pendidikan. Jika ditinjau pada masa sekarang, pesan dari misi tersebut seperti pada cita-cita bangsa Indonesia yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Meskipun dalam pandangan lain pesan tersebut menyuruh untuk menghidupkan tempat ibadah, yang didalamnya terdapat ibadah-ibadah ritwal seperti shalat. Namun lebih luas lagi, masjid bisa dijadikan tempat pendidikan, dengan tujuan finalnya menciptakan generasi yang memiliki moral, etika, etiket dan lain sebagainnya, untuk mewujudkan peradaban maju suatu bangsa.

Dan makna terpisahnya seperti yang sudah diuraikan diatas, adalah kemulian, yang alat-alat dan komponenya bukan hanya masjid, melainkan sarana pendidikan,seperti sekolah dan berbagai sarana lainnya, yang menuntut pada ilmu dan pengetahuan.

20 Pelukis Ternama RI-Thailand Beradu Karya di Pameran "Blossom Curiosity"

Kemudian dalam kata Fakir Miskin yang merupakan isyarat Sunan Gunung Jati ini ditujunkan bukan hanya fakir miskin seperti, anak yatim-piatu, kaum du’afa dan lainnya. Akan tetapi lebih luas lagi, Sunan Gunung Jati sebagai seorang raja ingin menciptakan keadilan bagi masyarakatnya.

Dalam UUD 1945 juga terdapat pesan “pelihara fakir miskin”, artinya secara garis besar kedua pesan yang disampaikan Sunan Gunung Jati dan UUD 1945 memiliki tujuan yang sama, yaitu keadilan sosial.

Bentuk keadilan sosial tersebut adalah memberi jaminan kesehatan, pendidikan, supermasi hukum, dan kesetaraan lainnya, yang harus diperhatikan oleh seorang pemimpin kebijakan. Akan tetapi, melihat betapa kompleksnya permasalahan yang terjadi, membuat keadilan sosial ini sulit diwujudkan.

Kembali lagi melihat Sunan gunung Jati sebagai seorang sufi, pesan tersebut lebih ditujukan kepada orang-orang kaya, untuk mengeluarkan hartanya yang merupakan hak fakir miskin. Jika hal tersebut tersadarkan, maka tidak akan ada lagi masyarakat yang tidak bisa makan, atau kekurangan makan, dan jika masalah tersebut sudah terselesaikan, maka stanting yang menjadi masalah lainnya akan teratasi.

Tidak hanya dalam mengentaskan masyarakat yang kekurangan makanan, melainkan menyebar kepada aspek lain seperti pendidikan, karena hal ini sangatlah penting, untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat agar bisa berkembang dan mandiri.

Pada kesimpulannya pandangan terhadap kalimat yang diucapkan oleh Sunan Gunung Jati yang merupakan seorang raja dan wali, jika dibaca dalam keadaan zaman sekarang masih sangat relevan, dan karenannya juga kalimat tersebut lebih kepada misi seorang raja dan wali, yang ada pada Sunan Gunung Jati.

Bumbu Masakan Indonesia Menyambangi Food Ingredients Asia 2023

Pesan dari Sunan Gunung Jati juga mengajak untuk para pemimpin, untuk kembali kepada panggilan moral, yang final. Tidak hanya memintingkan diri, tetapi ada hak masyarakat, yang harus dikembalikan.

Tidak lupa juga, seruan ini menyuruh kepada setiap individu agar bertanggung jawab atas pekerjaan yang ia lakukan, baik—buruknya akan kembali dipertanggungjawabkan. Dan bentuk tanggung jawab ini adalah selalu menghadapi apa yang telah ia lakukan. Karena dengan hal tersebut seorang individu akan mendapat “kemuliaan” yang tertinggi.


Sumber: https://www.researchgate.net/publication/325746363_Sejarah_dan_Suluk_Sunan_Gunung_Jati

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

IM
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini