Mitos Kemunculan Lulut Emas yang Dipercaya Bawa Kabar Buruk Buat Warga Bali

Mitos Kemunculan Lulut Emas yang Dipercaya Bawa Kabar Buruk Buat Warga Bali
info gambar utama

Ulat merupakan hewan mungil yang dijauhi oleh sebagian manusia, selain bentuknya yang menggelikan, hewan ini juga bisa membuat gatal. Ulat memang memiliki ciri bisa menggeliat dan juga dipenuhi dengan bulu.

Tetapi selain sebagai perwujudan dari bentuk larva sebelum menjadi kupu-kupu, ternyata ulat juga dinilai sebagai pertanda buruk, Mitos mengenai ulat pembawa kabar ini sangat familiar di dataran tanah Bali.

Kuliner Ulat Sagu yang Ternyata Kaya Nutrisi

Dinukil dari Kumparan, ada sebuah mitos mengenai munculnya satu ulat yang dianggap sebagai pertanda buruk. Tetapi ulat ini bukan ulat biasa, tetapi ulat ini biasanya berbulu emas atau sering disebut juga lulut emas.

Masyarakat setempat meyakini bahwa jika ada lulut emas muncul ke permukaan artinya ada sesuatu keburukan yang terjadi, mulai dari bencana alam atau yang lainnya. Sosok lulut emas ini diyakini sebagai penghuni lapisan bumi dalam sehingga tahu kondisi lebih awal.

“Itu artinya ada yang tidak beres dengan habitat yang mereka tempati dan bisa dijadikan sebagai peringatan bagi para manusia,” ucap laman tersebut.

Direkam dalam lontar

Ternyata sosok lulut emas ini juga direkam dalam sebuah Lontar Bhama Kertih. Kemunculan lulut emas di pekarangan rumah memberikan tanda yang kurang baik atau juga sering disebut dengan karang panes, berikut isi lontarnya:

Muah yan ana wong mentik ring babataring salu wong bhaya ngaran panes, yan ana lulut metu ring pakarangan kalulut bhaya ngaran panes, yan ana getih kentel ring pakarangan muang sumirat ring umah ring pakubuwan, tan pakarana karaja bhaya ngaran.

Artinya:

Meski Menjijikkan, 8 Kuliner Khas Indonesia Ini Punya Khasiat Khusus

Kalau ada cendawan (jamur atau wong) yang tumbuh di bawah kolong tempat tidur, itu dinamakan wong bhaya artinya jamur panas. Jika ada lulut kuning atau lulut emas (Sejenis binatang seperti cacing kecil-kecil yang berkelompok) muncul di pekarangan, itu namanya kelulut bhaya yang menyebabkan panas pekarangan.

Ternyata masyarakat Bali memiliki cara saat melihat lulut emas muncul. Mereka memang dilarang untuk membunuh lulut emas, karena akan hilang sendiri. Tetapi dalam lontar tersebut diwajibkan untuk melakukan upacara.

Upacara ini dilakukan tidak lebih dari tiga hari dan boleh mengadakan upacara yang sederhana, yaitu menggunakan sarana caru ayam brumbunan (ayam dengan bulu berwarna), sarana banten untuk menebus dosa, dan sarana untuk hilangkan hal negatif.

Jika memungkinkan bisa ditambahkan dengan sarana Caru Pengasih Bhuta yang bertujuan agar semua unsur alam (Bhuta) menjadi pelindung pekarangan tersebut. Selama kemunculan lulut emas diharuskan berkonsultasi dengan orang suci.

Berbeda dengan daerah lain

Kemunculan lulut emas ini ternyata tidak hanya terjadi di Bali, tetapi juga di daerah lain. Misalnya di Sumedang yang percaya kemunculan lulut emas ini sebagai pertanda keberuntungan bagi orang yang meihat.

“Bisa dikatakan, lulut ini membawa hoki bagi warga setempat,” katanya.

Orang tua dahulu menyebut, pekarangan atau kebun yang dilewati binatang ini akan membawa rezeki. Adapun jika yang dilewati gerombolan lulut tersebut pekarangan rumah pedagang, maka usahanya akan laris manis.

Mencicipi Ulat Sagu, Kuliner Sensasional yang Tinggi Protein

Namun banyak yang salah kaprah dengan larangan membunuh lulut ini. Pasalnya banyak yang menyimpan lulut itu dalam sebuah wadah untuk dipelihara. Padahal seharusnya lulut ini dipelihara dalam alam bebas.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini