Melestarikan Seni Marawis di Kadu Tanggay: Satu Langkah dalam Mengurangi Kecanduan Gadget

Melestarikan Seni Marawis di Kadu Tanggay: Satu Langkah dalam Mengurangi Kecanduan Gadget
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbunguntukMelambung

Dalam era modern yang kian maju, perkembangan teknologi telah menjadi sebuah hal yang tak bisa dihindari. Salah satu manifestasinya adalah penyebaran yang luas dari gadget dan smartphone dengan beragam fitur dan kecanggihan yang terus berkembang. Dampak dari maraknya penggunaan gadget ini tidak hanya memengaruhi satu kelompok usia, melainkan mencakup spektrum masyarakat yang sangat luas, termasuk di desa seperti Kadu Tanggay. Di Kadu Tanggay, anak-anak juga tidak terlepas dari fenomena ini.

Kecanduan gadget, yang sering kali dimulai sejak usia dini, memicu anak-anak di Kadu Tanggay untuk semakin terperangkap dalam dunia yang tersaji dalam layar gadget mereka. Interaksi sosial dengan teman sebaya atau tetangga seringkali terabaikan karena gadget menawarkan pengalaman yang tampak lebih menarik dan mudah dijangkau. Anak-anak mungkin menghabiskan lebih banyak waktu bermain game, menonton video, atau menjelajahi media sosial daripada berinteraksi langsung dengan teman-teman mereka di lingkungan desa. Akibatnya, mereka mungkin kehilangan peluang untuk mengembangkan keterampilan sosial dan kebiasaan berinteraksi yang sehat, yang merupakan aspek penting dalam perkembangan mereka.

Masuknya Seni Marawis dan Munculnya Ketertarikan Anak-anak

Tiga tahun yang lalu, sekitar tujuh hari sebelum perayaan PHBI Maulid Nabi Muhammad SAW, saya mendadak dihubungi oleh salah satu ibu pengurus kelompok pengajian anak-anak di kampung Kadu Tanggay. Mereka meminta saya untuk bertemu dan berbicara tentang hal tertentu. Ketika saya tiba di pertemuan tersebut, ternyata ketua pemuda di kampung tersebut hadir dan memiliki permintaan khusus. Ia ingin saya melatih anak-anak dalam seni marawis untuk penampilan yang akan diselenggarakan pada perayaan PHBI Maulid Nabi.

Sebelum saya menyanggupi permintaan tersebut, saya sempat bertanya kepada ibu pengurus tersebut, ‘sejak kapan di kampung ini ada marawis? Bukannya kita tidak punya alatnya?’ Ibu pengurus menjelaskan bahwa baru-baru ini, kampung kami menerima alat marawis dari pemerintah desa. Hal yang menarik, pada saat itu, kampung lain di desa yang sama, yakni desa Purwaraja, telah menerima alat serupa beberapa bulan sebelumnya.

Selain itu, saya juga mempertimbangkan apakah saya mampu melatih anak-anak untuk pertunjukan marawis dalam waktu yang singkat. Saya masih ingat bahwa selama proses belajar marawis, dibutuhkan waktu yang cukup lama, bahkan berbulan-bulan, untuk menguasainya. Sementara itu, pertunjukan marawis ini dijadwalkan hanya dalam tujuh hari. Saya merasa ragu.

Setelah beberapa waktu berpikir keras, akhirnya saya memutuskan untuk menerima dan menyanggupi tawaran ini. Saya menyusun strategi yang melibatkan pengajaran dasar-dasar marawis kepada anak-anak, dengan fokus pada pola dasar ketukan dan beberapa lagu selawat yang telah ditentukan, sebagai langkah awal dalam persiapan menuju perayaan PHBI Maulid Nabi.

Antusiasme Anak-anak dalam Belajar Marawis

Setelah pertunjukan marawis pertama pada acara PHBI Maulid Nabi berjalan dengan sukses, semakin banyak anak-anak yang mulai tertarik dengan seni marawis. Mereka bersemangat untuk memahami lebih dalam selain hanya ketukan dasar marawis. Semakin mereka memahami ketukan-ketukan yang lebih tinggi tingkatannya dari ketukan dasar, semakin meningkat pula semangat mereka. Ketertarikan ini membawa kita pada keputusan untuk membentuk satu tim marawis di kampung kami.

Akhirnya, sekitar 12 anak terpilih menjadi anggota grup dan angkatan pertama marawis di kampung kami. Grup ini dinamakan Nurul Mubin, yang diambil dari nama masjid di kampung kami. Anak-anak ini tampaknya penuh semangat, entah itu karena mereka menyukai melodi selawat yang indah atau mereka benar-benar menikmati musik marawis dalam semua bentuknya.

Pada awalnya, kami menjadwalkan latihan seminggu sekali, yakni setiap malam Rabu. Namun seiring berjalannya waktu, mereka semakin bersemangat dan ingin lebih cepat menguasai semua jenis ketukan yang ada. Sebagai hasilnya, mereka meminta agar jadwal latihan ditingkatkan menjadi dua kali seminggu, yaitu setiap malam Rabu dan Sabtu. Keputusan ini menggambarkan dedikasi mereka untuk menguasai seni marawis dengan baik, dan semakin mendalamkan keterampilan mereka dalam bermusik.

Baca juga: Mitos Kemunculan Lulut Emas yang Dipercaya Bawa Kabar Buruk Buat Warga Bali

Prestasi Marawis Nurul Mubin

Kehadiran seni marawis secara bertahap membawa dampak positif yang signifikan, termasuk mengurangi ketergantungan anak-anak pada gadget. Lebih dari itu, anak-anak mulai meraih banyak prestasi di dunia seni marawis. Mereka telah beberapa kali berpartisipasi dalam kompetisi dan berhasil memenangkan beberapa di antaranya.

Grup marawis Nurul Mubin memenangkan lomba perdana | Foto: instagram.com/majlistalimnurulmubin
info gambar

Selain itu, mereka juga semakin sering diundang untuk tampil dalam berbagai acara seperti pernikahan dan festival, menunjukkan kemajuan dan ketertarikan mereka dalam seni marawis. Dalam berbagai kesempatan ini, mereka telah berhasil menampilkan bakat dan kemampuan musik marawis mereka yang semakin berkembang dengan membanggakan. Semua pencapaian ini menandai peran penting seni marawis dalam membentuk dan memberdayakan anak-anak di kampung kami.

Proses Regenerasi dalam Pelestarian Seni Marawis

Sudah tiga tahun berlalu, dan dengan rasa syukur, seni marawis di kampung kami tetap hidup dan berkembang. Hingga saat tulisan ini dibuat, kami telah melahirkan tiga generasi grup marawis. Setelah grup dan angkatan pertama berhasil menguasai semua ketukan yang diajarkan kepada mereka, kini tiba saatnya mereka untuk berperan sebagai pengajar bagi generasi berikutnya.

Meskipun saya sendiri telah memiliki kewajiban dan kesibukan lain yang lebih besar, kami telah sepenuhnya menyerahkan tanggung jawab pengajaran kepada grup pertama. Mereka mengambil alih tugas-tugas ini, termasuk menentukan jadwal latihan. Jadwal yang sebelumnya pada malam Rabu dan Sabtu, sekarang telah diubah menjadi malam Kamis dan Minggu.

Baca juga: Datuk: Posisi Tinggi dan Pemimpin di Budaya Minang

Proses regenerasi ini menjadi kunci untuk memastikan kelangsungan dan pelestarian budaya dalam bentuk seni marawis. Dalam seni marawis, kami menyaksikan harmoni musik yang menggabungkan keindahan seni selawat. Seni marawis bukan hanya sebuah bentuk musik, tetapi juga sebuah ungkapan rasa syukur dan cinta kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan adanya regenerasi ini, kami tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga memastikan bahwa seni marawis terus berkembang dan diteruskan kepada generasi-generasi mendatang.

Kesimpulan

Dalam era modern yang terus berkembang, di mana penggunaan gadget semakin merajalela, seni marawis di kampung Kadu Tanggay telah memberikan alternatif yang bermanfaat. Seni marawis telah menjadi solusi yang berhasil mengurangi ketergantungan anak-anak terhadap teknologi digital. Selama tiga tahun terakhir, seni marawis telah tumbuh dan berkembang, bahkan menghasilkan tiga generasi grup marawis yang sukses. Keberhasilan ini menjadi contoh bagaimana seni dan budaya lokal dapat berperan penting dalam membentuk generasi muda.

Melalui proses regenerasi yang berkelanjutan, generasi pertama seni marawis di kampung ini kini telah menjadi pengajar bagi generasi berikutnya. Mereka berperan aktif dalam melestarikan dan mengembangkan seni marawis, sekaligus mengurangi ketergantungan gadget di kalangan anak-anak. Inilah contoh konkret bagaimana budaya lokal dapat memberikan alternatif positif dan memperkuat ikatan sosial di tengah arus teknologi yang terus berkembang.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AF
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini