Baduy Craft, Cerita tentang Tradisi dan Teknologi

Baduy Craft, Cerita tentang Tradisi dan Teknologi
info gambar utama

Di tengah kehidupan modern yang saat ini kita rasakan, sebagian besar masyarakat adat Baduy tetap bertahan dengan kesederhanaannya. Penolakan terhadap perkembangan teknologi seolah menjadi identitas dari mereka. Tradisi dan aturan adat yang masih begitu lekat seringkali membuat masyarakat adat Baduy dianggap tertinggal. Namun, anggapan itu berhasil dipatahkan oleh Narman, pemuda Baduy yang sukses menyelaraskan tradisi dan teknologi melalui Baduy Craft.

Bising jalanan tak pernah terdengar di perkampungan adat Baduy, karena letaknya berada jauh dari pusat kota. Kelompok masyarakat adat suku bangsa Sunda ini, menempati pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Siapapun yang ingin menuju Baduy, harus melewati jalan setapak yang menanjak dan menurun, dengan transportasi yang diperbolehkan hanyalah kedua kaki. Sepanjang jalan, pepohonan rindang dan ladang luas menjadi pemandangan yang memanjakan.

Bertahan hidup tanpa listrik mungkin akan terasa sangat menyebalkan dan membosankan bagi masyarakat kota. Tapi, begitulah keseharian masyarakat adat Baduy. Mereka dengan senang hati menghabiskan gelapnya malam hanya dengan penerangan lampu minyak. Bukan hanya listrik, sekolahpun tidak ada di Baduy.

Sosok Prabu Wastukancana, Raja Sunda yang Paling Banyak Tulis Prasasti

Tidak adanya sekolah formal tidak membuat masyarakat adat Baduy enggan untuk belajar. Justru, dengan segala keterbatasannya, mereka memiliki semangat yang tinggi untuk menjadikan masa depan Baduy lebih cerah. Seperti yang dilakukan oleh Narman yang secara mandiri belajar perihal banyak perkembangan zaman.

Internet menjadi salah satu perkembangan teknologi yang menjadi jendela Narman mempelajari dunia modern. Sempat mendapatkan kecaman karena dianggap melanggar adat, namun akhirnya berhasil mengangkat perekonomian para perajin dan menginspirasi anak muda Baduy.

Baduy Craft dan Perjalanannya

Baduy Craft berdiri karena harapan besar Narman untuk menjadikan perekonomian Baduy lebih baik. Sulitnya memasarkan produk dirasakan hampir oleh seluruh perajin Baduy. Mereka menanti pengunjung yang tak kunjung datang hingga membuat produk lamban terjual. Berangkat dari keprihatinan melihat kondisi tersebut, Narman mulai bergerak dengan memanfaatkan teknologi untuk membuka jalan agar para perajin menjadi lebih mudah menjual produknya.

Perjalanan Baduy Craft tentu tidak semulus kulit bayi. Narman cukup kenyang menerima kecaman dan bermacam tantangan. Narman dianggap masyarakat adat ‘bandel’ karena mulai menerima teknologi untuk kehidupannya. Untungnya, Narman tidak lelah apalagi menyerah. Narman mampu membuktikan dirinya sebagai pengguna bijak yang berhasil memanfaatkan teknologi secara positif dan tetap mempertahankan tradisi dan budaya Baduy.

Tidak ada kata ‘tidak bisa’ di kamus hidup Narman. Menurutnya, masyarakat adat dapat bersaing secara positif di era modern dengan tetap mempertahankan tradisinya. “Meskipun kita masyarakat adat, kita pasti bisa bersaing”, ucapnya penuh semangat ketika menjadi pembicara pada Talkshow Good Movement GNFI (02/10).

Kesenian Sisingaan: Bentuk Kreatifitas Masyarakat Subang Dalam Melawan Penjajah
Narman Pendiri Baduy Craft
info gambar

Narman mengaku pada awalnya cukup kesulitan untuk mengelola Baduy Craft seorang diri. Keterbatasan pengetahuannya tentang pemasaran digital menjadi tantangan yang harus Narman hadapi. Lebih lagi, tidak adanya akses internet di Baduy membuat Narman harus berjalan ke perbatasan kampung setiap kali ingin memposting produk di sosial media, atau hanya untuk membalas chat pelanggan.

Namun, usaha tidak pernah menghianati hasil, Narman berhasil membawa Baduy Craft di kenal masyarakat luas. Tanpa rasa takut, Narman berhasil mendobrak keterbatasan. Tenun, gelang, tas, ikat kepala, slayer, dan produk dari para perajin Baduy lainnya berhasil terjual lebih cepat dari sebelumnya. Harapan Narman untuk meningkatkan perekonomian masyarakat adat Baduy berhasil terwujud.

Tahun 2018, Narman dengan Baduy Craft terpilih menjadi penerima Satu Indonesia Awards di bidang kewirausahaan. Menjadi penghargaan yang sangat berdampak baik untuk Baduy Craft dikenal secara lebih luas lagi. Bahkan, Jokowi, Presiden Republik Indonesia, juga mengenakan produk Baduy Craft.

Kedigdayaan Perusahaan Perkebunan yang Buat Subang tak Merdeka 17 Agustus

Bukan Hanya Jual Produk, Baduy Craft juga Jual Cerita

Cukup banyak produk dari perajin Baduy yang dijual di beberapa lokapasar. Namun, hanya Baduy Craft yang memberikan cerita menarik dibalik produk etniknya. Narman memberikan cerita tentang tentang makna filosofis hingga tentang bagaimana mencintai dan menjaga alam semesta.

Storytelling Baduy Craft
info gambar

Narman sengaja menggunakan teknik storytelling untuk memikat pelanggan. Menurutnya, teknik ini cukup efektif dalam meningkatkan penjualan. Cerita menarik yang dimiliki setiap produk membuat pelanggan tergugah dan tergerak untuk membeli di Baduy Craft. Jadi, walaupun menjual produk yang sama, dengan bahan dan harga yang sama, Narman tidak takut kalah dalam penjualan.

#kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini