Massure': Upaya Merawat Kehidupan

Massure': Upaya Merawat Kehidupan
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbunguntukMelambung

Apa kebutuhan pokok manusia? Makanan.

Kebutuhan pokok manusia adalah sesuatu yang harus dipenuhi dalam kehidupan manusia dimuka bumi, yang berupa sandang, papan, dan pangan. Makanan yang merupakan kebutuhan dasar atau primer dalam kehidupan manusia. Sebelum mengenal pertanian manusia purba dahulu melakukan perburuan untuk memperoleh makanan, kemudian setelah mengenal bercocok tanam manusia kemudian dapat mendapatkan makanannya sendiri tanpa melakukan perburuan yang mengharuskan berpindah tempat (nomaden), dan mulai untuk menetap disuatu wilayah.

Masyarakat Indonesia pada umumnya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok sehari-harinya, sehingga membutuhkan pasokan beras yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya, maka dari itu perlu merawat keberadaan sawah dan petani untuk memproduksi padi agar menjaga kelangsungan kehidupan. Kebutuhan terhadap beras, menyebabkan suku bangsa di Indonesia menciptakan sebuah budaya dengan ritual-ritual tertentu yang biasa disebut tradisi untuk menjaga padi dari hama-hama yang dapat mengganggu tumbuh kembang dari padi, adapula yang menganggap padi merupakan jelmaan dari dewa atau dewi, seperti di Jawa padi populer dikenal sebagai jelmaan Sang Hyang Seri.

Mengenal Batik Ceplok, dari Asalnya hingga Variasi Motifnya

Sulawesi Selatan dikenal dengan salah satu wilayah lumbung padi di Indonesia, karena masyarakatnya banyak menggantungkan hidupnya dengan pertanian. Proses penanaman hingga panen padi pada masyarakat Sulawesi Selatan terdapat beberapa macam ritual-ritual yang dilakukan, seperti Massure' yang berarti Melantunkan Syair-syair, yang dikenal di Masyarakat Bugis sebagai tradisi membaca salah satu bagian dari naskah La Galigo yaitu Meongpalo Karella'e (Kucing Belang).

Tradisi ini dilakukan ketika akan merendam benih padi yang akan ditanam disawah yang dinamakan tradisi Maddoja Bine (begadang benih) merupakan bentuk penghormatan karena padi merupakan penjelmaan dari anak Batara Guru yakni Sangiang Serri dalam epos La Galigo, selain itu dalam Lontara Allaongrumangeng: "Rékko maéloko maéga asému karawa asemu pappadai anaq loloé".

Taranakengna wisésaé pada téa risalai, artinya: Apabila engkau ingin banyak (hasil) padimu, sentuh padimu seperti (menyentuh) bayi. Pengasuhan tanaman bagaikan (anak) yang tidak ingin ditinggalkan. Tradisi dilakukan dengan merendam padi selama 1 sampai 2 malam, diiringi dengan pembacaan naskah Meongpalo Karella'e atau Massure'.

Kebiasaan ini masih dilakukan oleh beberapa masyarakat agraris beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan seperti di Wajo, Barru, dan Soppeng, Massure' merupakan simbol kekayaan literasi nenek moyang bangsa Indonesia yang telah menciptakan sebuah naskah yang merupakan bagian dari La Galigo yang menjadi naskah terpanjang di dunia, selain itu tradisi ini merupakan upaya pelestarian terhadap lingkungan dengan tidak melakukan tindakan eksploitasi terhadap alam sekitar.

Kisah Situ Lengkong yang Konon Sumber Airnya Berasal dari Zamzam
Pasca padi ditanam di sawah, dan petani kembali dengan selamat dalam melakukan penanaman padi, biasanya akan diadakan ritual massalama paggalung (selamatan petani), yang merupakan bentuk akulturasi budaya lokal dengan ajaran Islam. Masa perawatan padi yang berlangsung selama lebih kurang tiga bulan memerlukan dana yang tidak sedikit bagi petani, yang memerlukan pupuk dan pestisida untuk menyuburkan tanah dan membunuh hama pada tanaman padi.

Panen akan dilakukan ketika padi telah menguning, namun sebelum itu petani akan melakukan mappapuli (memulihkan), setelah rampungnya panen padi biasanya masyarakat akan mengadakan pesta panen dengan melakukan tradisi mappadendang (berdendang) dengan memukul lesung yang menandakan kegembiraan karena panen melimpah ruah, padinya bisa dikonsumsi sendiri dan selebihnya dapat dijual untuk kebutuhan-kebutuhan kehidupan lainnya.

Fenomena gagal panen merupakan ketakutan bagi setiap petani, akibat dari kegagalan panen dalam lontara digambarkan dengan berbagai genrenya salah satunya latoa yang berisikan pesan-pesan luhur mengenai cara Raja seharusnya menjalankan pemerintahan, seperti: “Makkedai Puang ri Maggalatung. Naiya mpawa ja’ ri allaongrumangnge gau’na arungnge ri tomaega’e narekko pasalai tobiccu’e naitani asalanna tennariaddampengeng"

artinya: Puang ri Maggalatung berkata. Yang membawa kerusakan pada pertanian adalah tindakan raja terhadap rakyatnya, apabila terdapat kesalahan orang kecil (rakyat biasa) dan menyadari kesalahannya namun tidak dimaafkan. Hal ini menunjukkan perilaku penguasa akan mempengaruhi kejayaan dan kemunduran negara disebabkan kebijakan yang ditetapkan penguasanya.

Melihat Sakralitas Gamelan, Benarkah Terkait Ritual Keagamaan Orang Jawa?

Referensi:

  • Lontara Sukkuna Wajo.
  • Lontara Allaongrumangeng.
  • Mattulada. Latoa: Satu Lukisan Analitis terhadap Antropologi Politik Orang Bugis. Makassar: Hasanuddin University Press, 1995.
  • Pelras, Christian. Manusia Bugis. Makassar: Ininnawwa, 2020.
  • Munawar, Andi Rahmat. To Ugi. Makasaar: Sempugi Press, 2023.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MZ
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini