Kesadaran Gemar Membaca untuk Melestarikan Budaya

Kesadaran Gemar Membaca untuk Melestarikan Budaya
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), budaya diterjemahkan sebagai pikiran; adat istiadat; sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang (beradab, maju); dan juga sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar diubah. Pada definisi ini ‘budaya’ cenderung diterjemahkan sebagai sesuatu yang positif, meskipun pada kalimat definisi terakhir dapat juga bermakna negatif.

Bagaimana persepsi masyarakat menilai budaya bangsa Indonesia? Kita sering kali membanggakan beraneka ragamnya budaya kita, karena bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku, yang masing-masing memiliki budaya tersendiri. Keanekaragaman tersebut pun tidak memecah belah kita, dengan semangat toleransi berlandaskan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang masih terjaga.

Namun ironisnya ada pula perilaku sebagian masyarakat yang dianggap suatu kebiasaan (negatif) kemudian disebut sebagai ‘budaya’ bangsa Indonesia, antara lain menyontek, malas membaca, dan korupsi. Dua hal yang disebut terakhir ini berdasarkan peringkat penilaian lembaga independen internasional yang membandingkan Indonesia dengan negara lainnya di dunia selama beberapa tahun terakhir. Tingkat literasi bangsa Indonesia masih berada pada peringkat bawah, sementara tingkat persepsi korupsi Indonesia berada pada peringkat atas, keduanya bernilai tidak baik.

Situs Diduga Peninggalan Prasejarah Ditemukan di Lubuk Alung, Padang Pariaman

Apakah kawan rela disebut sebagai bangsa yang berbudaya malas membaca juga korupsi, karena realitanya demikian? Saya yakin kita semua tidak rela. Bukan hanya karena kita tidak berperilaku demikian, namun juga tidak rela kalau generasi penerus bangsa Indonesia akan dilabeli ‘budaya’ negatif tersebut.

Kemudian apa yang sudah saya dan keluarga lakukan, dan akan terus dilakukan sebagai upaya ketidakrelaan tersebut? Pertama, kami menyadari bahwa kondisi bangsa Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Sebagian masyarakat kita menganggap semua budaya berupa adat istiadat, dan kebiasaan yang telah berlaku turun temurun harus dilestarikan tanpa mempertimbangkan baik/buruknya.

Padahal mereka yang berpendapat demikian belum tentu mengetahui kapan ‘budaya’ tersebut mulai berlaku dan dilaksanakan. Sedangkan kami berpendapat sebagaimana filosofi masyarakat Minangkabau (meskipun kami bukan orang minang): “adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah” yang kurang lebih artinya adat istiadat berlandaskan syara’ (agama Islam), pedoman syara’ berdasarkan Al Quran dan hadits Nabi Muhammad saw. Jadi dari filosofi ini jelas bahwa budaya dibatasi oleh aturan dan ketentuan agama Islam. Kapan filosofi ini mulai berlaku? Tentu saja setelah agama Islam masuk ke wilayah Minangkabau.

Meskipun tidak dapat dipastikan tanggal, bulan dan tahunnya, namun yang jelas dapat ditelusuri dari sejarah perkembangan agama Islam. Jadi berdasarkan hal tersebut, kami menanamkan pendidikan budaya kepada anak-anak kami dalam koridor aturan agama Islam. Perilaku berupa adab dan akhlak sebagaimana tuntunan Islam, begitu pula dengan beragam kesenian kami didik anak-anak dalam batasan baik/buruk menurut agama Islam.

Kedua, pendidikan budaya selain dari contoh perilaku masyarakat dan orang tua sebagai role model, sebagian besar didapatkan anak-anak dari kegiatan membaca. Dalam hal ini, kami berupaya menyediakan buku-buku sebagai sarana pembiasaan membaca kepada anak-anak berupa buku bacaan selektif yang bernilai positif. Tidak sembarang buku kami sediakan untuk mereka. Ketika mereka masih kecil dan belum mampu membaca, kami bacakan buku cerita anak sebagai pengantar tidur. Meskipun kami pernah berapa kali pindah kota domisili karena kewajiban dinas, kegiatan mengunjungi toko buku dan perpustakaan tetap kami lakukan.

Misteri Gunung Kasur, Benarkah Jejak Megalitikum seperti Gunung Padang?

Tetap ke toko buku walau kadang hanya membeli satu atau dua buku saja. Dalam beberapa kesempatan memberikan hadiah kepada teman maupun keluarga, tidak jarang kami berikan dalam bentuk buku bacaan. Meskipun menurut kami harga buku bacaan yang berkualitas masih tergolong tidak murah, namun kami berusaha menyisihkan tabungan untuk berbelanja buku. Sebagai keluarga muslim, kesadaran gemar membaca ini juga karena didasari perintah Allah pada ayat yang pertama kali turun dalam Al Qur’an yaitu Iqra’ bismi rabbikaladzi khalaq (Bacalah!, dengan menyebut nama Tuhanmu Yang menciptakan). Jadi kegiatan membaca kami juga dalam batasan dan ketentuan agama Islam.

Di rumah, kumpulan buku-buku yang kami simpan dan pajang di lemari sering kami tawarkan kepada keluarga, tetangga dan teman-teman yang berkunjung untuk dipinjam dan dibawa pulang. Sebagian buku-buku yang kami punya juga sudah dihibahkan ke sekolah anak sebagai sumbangan perpustakaan, maupun ke lembaga sosial yang menerima sumbangan berupa buku. Semuanya kami niatkan untuk memperluas manfaat buku kepada orang lain.

Dua hal inilah yang sampai saat ini baru dapat kami lakukan sebagai upaya melestarikan budaya postif, bukan hanya untuk kami dan keluarga pribadi tetapi juga lingkungan sekitar kami, semoga juga semakin meluas dan berkelanjutan. Pernah ada keinginan bergabung dengan komunitas membaca dan sejenisnya, namun sampai saat ini belum terlaksana. Meskipun demikian, tidak menyurutkan upaya kami dalam berpartisipasi menjaga dan melestarikan budaya yang baik, yaitu kegiatan gemar membaca.

Perpustakaan Daerah diKota Pangkal Pinang
info gambar
Ada Nasi Padang-Klepon, Makanan Indonesia Laris Manis di Pameran Budaya San Fransisco

Referensi:

  1. https://ti.or.id/indeks-persepsi-korupsi-indonesia-2022-mengalami-penurunan-terburuk-sepanjang-sejarah-reformasi/
  2. https://www.kompas.com/edu/read/2023/08/11/130000771/minat-baca-masyarakat-indonesia-hanya-0-001-persen-dosen-unesa-beri-solusi?page=all

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini