Siapa Sangka, Sepatu Kulit Ceker Ayam Tembus Ke Pasar Mancanegara

Siapa Sangka, Sepatu Kulit Ceker Ayam Tembus Ke Pasar Mancanegara
info gambar utama

Banyak orang mengira ceker ayam hanya bisa diolah menjadi masakan saja. Namun bedanya, di tangan pria asal Bandung ini, ceker ayam bisa disulap menjadi produk bernilai tinggi, bahkan mampu menembus pasar mancanegara seperti Jepang, Singapura, Malaysia, Hongkong dan Amerika.

Semua bermula pada tahun 2015, ketika Nurman Farieka Ramadhany mencoba mengembangkan kulit ceker ayam sebagai bahan baku melalui penelitian ayahnya. Proses mengolah kulit ceker ayam menjadi sepatu tidaklah mudah. Nurman membutuhkan waktu 2 tahun untuk melakukan berbagai penelitian hingga menghasilkan sepatu yang berkualitas, bernilai tinggi, dan menarik.

“Pemilihan kulit cekar ayam sebagai bahan utama sepatu karena adanya kekhawatiran akan eksotik kulit ular dan buaya akibat perburuan liar,” kata Nurman, sebagai salah satu pembicara talkshow GNFI.

Pada tahun 2017, Nurman mulai berani untuk memamerkan karyanya di salah satu pameran inacraft dan berhasil memperoleh penghargaan sebagai salah satu pemenang SATU Indonesia Award di tahun 2019.

Keunikan produknya pun mendapat banyak perhatian dari media dalam dan luar negeri, antara lain New York Post, Business Insider, dan Reuters.

Kudapan Ringan Tradisional dari Singkong

Usaha yang Nurman kembangkan kini ia namai dengan sebutan “Hirka”, yang berarti “Dicintai”. Ia berharap produk yang ia hasilkan nantinya akan disukai dan dicintai oleh semua orang yang menggunakannya.

Untuk membuat sepatu ini biasanya membutuhkan 40 hingga 90 ceker ayam, tergantung ukuran yang dibuat. Proses pembuatan ceker ayam menjadi sepatu masih dilakukan secara manual.

Permukaan kulit ceker ayam memiliki tekstur yang halus dan mudah sobek sehingga sulit untuk diolah. Dalam proses pembuatan sepatu, tahapan yang memakan waktu paling lama adalah pada proses menyusun motif kulit ceker ayamnya. Biasanya dalam waktu satu seminggu, Nurman bisa memproduksi 3 hingga 5 pasang sepatu.

Namun, kini ia berhasil meningkatkan produksi dan penjualannya, dari awalnya 100 pasang menjadi 200 pasang sepatu tiap bulan. Dengan peningkatan tersebut sepatu kulit ceker ayam kian terus meningkat dan sudah dikenal hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Melalui kreatifitas dan inovasinya, ia mampu memasarkan sepatu kulit ceker ayam buatannya hingga mancanegara. Meski menggunakan olahan kulit cakar ayam, namun produk yang mereka hasilkan tetap menarik banyak minat dan perhatian para pecinta sepatu dari berbagai kalangan.

Melalui karyanya, Nurman mampu menciptakan lapangan kerja baru dan mengurangi limbah ceker ayam yang berlebihan.

Seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi, perusahaan Nurman kini telah memiliki platform digital untuk memperluas produknya ke pasar yang lebih luas yaitu “Hirka Official”. Untuk pemasarannya juga dijual di beberapa marketplace seperti Shoppe, Tokopedia dan IG shop.

“Target pasar kami benar-benar dari kalangan muda hingga dewasa. Karena sepatu yang kami perkenalkan bisa memuaskan kedua target pasar tersebut,” ujarnya.

Temukan Semangat Barumu, Kolaborasi Astra Bersama Yessiow di Halte Transjakarta

Untuk harga yang ditawarkan dengan kerumitan yang tinggi pada proses pembuatan sepatu kulit ceker, Nurman mematok dengan harga yang bervariasi mulai dari Rp 500.000 hingga Rp 2.000.000 tergantung ukuran dan desain sepatu yang ia buat.

Meski harganya cukup mahal, namun jika melihat proses produksinya yang memakan waktu lama dan produk ini sepenuhnya buatan tangan, maka harganya cukup masuk akal.

Untuk omset penjualan sepatu yang menggunakan bahan kulit ceker ayam bisa mencapai hingga Rp 60.000.000 per bulan, wow!

Kisah Nurman sangat inspiratif bagi para wirausahawan, khususnya generasi muda yang ingin berwirausaha dari berbagai kalangan muda. Dengan ketekunan, kreativitas dan kepekaan terhadap lingkungan, mampu menciptakan karya yang luar biasa.

Petualangan Ajaib di Bahorok: Menyusuri Keindahan Alam Sumatera Utara

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

HK
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini