Berawal dari seorang korban bergerak menjadi Sang Pahlawan

Berawal dari seorang korban bergerak menjadi Sang Pahlawan
info gambar utama

Berawal dari korban bergerak menjadi Sang Pahlawan, itulah sosok Justitia Avila Vena seorang advokat salah satu penerima Satu Indonesia Award 2022. Beliau menjadi korban kekerasan seksual di masa lalunya, sehingga beliau merasa ingin membantu siapapun yang mengalami kekerasan seksual seperti dirinya.

Kekerasan seksual di Indonesia setahun terakhir ini cukup meningkat, dikarenakan beberapa dari pihak korban merasa hal ini harus disebarkan supaya mengedukasi seseorang yang membacanya. Sebenarnya di masa sebelum .adanya teknologi pun, kekerasan seksual sudah terjadi, namun pada realitanya selalu pihak yang lemah dikambing hitamkan.

Dampak kekerasan seksual sangat merugikan, seperti trauma fisik, trauma psikologis, penolakan sosial maupun penyakit menular seksual. Tiada siapapun yang mau mengalami kekerasan seksual tersebut. Kawan GNFI tentunya harus mengetahui bahwa korban kekerasan seksual seringkali mendapat trauma yang dapat menggangu kesehatan mentalnya. Tidak jarang korban kekerasan seksual sering melakukan self harm untuk meringankan luka yang membekas di batin dan pikiran korban. Sasaran empuk korban kekerasan seksual seringnya kaum minoritas yang tidak memiliki power untuk memperjuangkan haknya. Apabila terdapat kelomppok elit yang emngalami hal tersebut siapapun yang tau masalah tersebut biasanya akan lebih membantu kelompok elit dibandingkan dengan kelompok minoritas yang mengalami kejadian sama dengan kelompok elit tersebut.

Eksperimen Pendidikan Romo Mangun di SDE Mangunan

Justitia Avila Veda yang kerap dipanggil Veda, merupakan seseorang yang memiliki latar belakang sebagai seorang advokat. Beliau juga menjadi salah satu korban terjadinya kekerasan seksual di masa lalunya. Pada sekitar bulan juni 2020 beliau mengunggah cuitan di Twitter mengenai tawaran bantuan konsultasi kepada siapapun yang membutuhkan bantuan dalam pendampingan korban baik di pengadilan maupun penyembuhan trauma yang ditimbulkan oleh pelaku.

Korban pelecehen tentunya mengalami trauma fisik dan mental yang sangat merugikan diri korban. Selain itu juga korban terlebih perempuan sering mendapatkan penolakan sosial, dan cenderung disalahkan. Korban disalahkan karena cara berpakaian, cara bergaul dan sebagainya. Namun, pada realitanya korban pelecehan seksual berasal dari kalangan apapun dan umur berapapun. Hal tersebut patut kita sadari bahwa kesalahan fatal terletak pada sang pelaku, bukan korban.

Korban selalu menjadi topik perbincangan di masyarakat, namun menyebarnya topik tersebut belum tentu menjamin terdapat dukungan kepada sang korban. Sebaliknya, terkadang korban menjadi bulan - bulannan masyarakat sehingga harusnya korban mendapat dukungan namun mendapat tekanan tembahan dari masyarakat umum.

Dengan tekanan tersebut benyak korban yang mengalami depresi pasca kekerasan seksual menimpa dirinya. Hari kejadian kekerasan seksual yang dialami korban menjadi mimpi buruk korban yang tentunya akan tertanam di memori otak sampai betul - betul sembuh dengan sendirinya dari pribadi korban kekerasan tersebut. Hal tersebut menjadi pemicumunculnya ide dari Justitia Avila Vena dalam membuat program.

5 Cafe Hidden Gem di Jogja untuk Kamu yang Mau Healing

Vena membuat satu program yaitu KAKG (Kelompok Advokat untuk Keadilan Gender" salah satunya ialah program "Pendampingan Korban Kekerasan Seksual Berbasis Teknologi". Hal tersebut diinisiasi oleh Vena melalui akun twitternya, dan hal tersebut mengundang banyak pengacara untuk tergabung dalam program tersebut. Program ini tentunnya sangat membantu korban untuk mendapatkan keadilan yang pantas untuk dirinya sendiri.

Maka dari itu, kita sebagai manusia hendaknya selalu memperdulikan tentang orang - orang yang berada di sekitar kita. Korban kekerasan seksual tidak selalu bisa menyampaikan bagaimana ia mengalami kekerasan tersebut. Satu hal yang harus kita lakukan hanya memberikan dukungan mental untuk korban sehingga bisa membantu korban dalam penyembuhan trauma yang dialaminya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini