Dari Sampah dan Maggot, Ubah Jadi Solusi Untuk Ketahanan Pangan

Dari Sampah dan Maggot, Ubah Jadi Solusi Untuk Ketahanan Pangan
info gambar utama

Sampah masih menjadi permasalahan yang sangat serius hingga kini. Selama manusia masih hidup, maka sampah akan terus ada bahkan akan terus meningkat jika populasi makin banyak.

Menurut data dari Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) menyebutkan Indonesia merupakan negara penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah China. Setiap tahunnya, ada 3,2 juta ton sampah plastik yang tidak terkelola. Parahnya, ada 1,29 juta ton dari sampah itu berakhir begitu saja di laut.

Mimpi buruk dan tragedi jika lautan air laut akan berubah menjadi lautan sampah yang menutupi permukaannya. Banyak hal yang akan berdampak secara langsung jika benar-benar terjadi. Bagaimana Kawan GNFI? Sungguh mengerikan bukan?

Keadaan ini menunjukkan urgensi penanganan sampah yang harus mendapat perhatian serius. Pemerintah juga telah menunjukkan kepedulian terhadap isu ini melalui berbagai kebijakan dan inisiatif, salah satunya adalah Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Jenis Serupa.

Dalam peraturan tersebut, terdapat target ambisius dalam penanganan sampah. Pemerintah menetapkan bahwa pada tahun 2025, pengurangan sampah sebesar setidaknya sudah 30 persen dari total produksi sampah pada tahun tersebut, yang setara dengan 20,9 juta ton.

Selain itu, target lain adalah penanganan sampah sebesar 70 persen dari total sampah yang dihasilkan, mencapai 49,9 juta ton sampah.

Baca Juga: Ceker Ayam Ternyata Bisa Dipakai Untuk Ceker Manusia, Hirka Jawabannya

Namun, untuk mencapai target itu nampaknya bukanlah hal yang mudah. Sampah-sampah yang semakin banyak dihasilkan oleh manusia tidak sebanding pada pengelolaan yang baik. Butuh startegi dan alat yang memadai untuk mengelola gunung sampah agar bisa diolah dengan baik. Salah satunya dengan menggunakan budidaya maggot.

Mendengar kata maggot bagi sebagian awan mungkin masih terdengar asing di telinga. Namun, ketika mendengar kata belatung mungkin sudah sering kita dengar dan lebih familiar karena bentuknya yang menggelikan dan membuat bulu kuduk merinding.

Maggot atau dalam penyebutan lain disebut dengan belatung merupakan larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF) atau Hermetia Illucens dalam bahasa Latin. Seperti yang sudah disebutkan bahwa maggot merupakan larva dari jenis lalat yang awalnya berasal dari telur dan bermetamorfosis menjadi lalat dewasa.

Tubuh maggot berwarna hitam dan sekilas mirip dengan tawon. Siapa sangka dibalik itu semua, maggot memiliki potensi untuk dibudidayakan.

Bagi beberapa orang, budidaya maggot merupakan potensi yang menggiurkan untuk dikembangkan untuk membantu mengelola sampah. Dari sinilah, Arky Gilang Wahab mulai melakukan budidaya maggot demi menanggulangi masalah utama warga Banjaranyar, Banyumas, Jawa Tengah.

Arky memulai program budidaya maggot dengan modal 5 gram maggot yang diberi makan dengan sampah yang ditemukan di kampung mereka. Hasil dari budidaya ini adalah pupuk organik seberat 7 kilogram.

Hal ini menunjukkan bahwa budidaya maggot dapat mengubah sampah menjadi sumber daya yang bernilai. Program ini membantu mengurangi masalah sampah dan memberikan manfaat dalam bentuk pupuk organik yang ramah lingkungan.

Pupuk yang dihasilkan dari budidaya maggot ini selanjutnya akan didistribusikan kepada para petani sekitar untuk digunakan sebagai pupuk pertanian.

Budidaya Maggot
info gambar

Dari kisah inspiratif Arky, Kawan GNFI tentu merasa bangga dengan inisiatif yang diwujudkan sebagai bagian dari peduli lingkungan dan turut serta mendukung ketahanan pangan lewat pertanian.

Sektor lingkungan baru-baru ini masih hangat dibicarakan terkait meningkatnya suhu sejumlah kota di Indonesia. Tentu saja ini merupakan dampak yang timbul dari polusi, kerusakan lingkungan dan lapisan ozon yang kian menipis. Bencana-bencana yang datang karena dampak ini, seperti kemarau panjang, kebakaran hutan bahkan kelaparan.

Arky mampu memberi ruang berinovasi dan menciptakan sebuah lapangan kerja baru tentunya untuk masyarakat sekitar. Mengolah sesuatu yang awalnya merupakan masalah, namun dapat mengubahnya menjadi solusi dari beberapa masalah.

Masalah pupuk pertanian yang masih menggunakan bahan kimia, kini dengan pupuk maggot dapat teratasi dengan produk yang ramah lingkungan.

Mekanisme Budidaya Maggot
info gambar
Baca Juga: Melintasi Garis Batas dengan Literasi Melalui Program Papua Future Project

Program Arky ternyata juga mendapat sambutan yang baik dari Pemerintah Kabupaten Banyumas. Hal ini terbukti dengan Banyumas menjadi salah satu dari kabupaten di Jawa Tengah yang berambisi untuk mencapai zero waste.

Konsep zero waste adalah seperangkat prinsip yang fokus pada pencegahan limbah dan mendorong desain ulang siklus hidup sumber daya. Banyumas telah mulai mengimplementasikan konsep ini, dan hasilnya terlihat dengan semakin banyak masyarakat yang merasa mendapat manfaat.

Hal ini mencerminkan transisi positif menuju pengelolaan limbah yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab. Konsep zero waste juga memberikan dampak positif pada lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Dengan semakin banyaknya masyarakat yang terlibat, Banyumas telah menunjukkan komitmennya dalam mencapai tujuan ini.

Sumber Referensi:

  • https://www.unep.org/node
  • https://peraturan.bpk.go.id/Details/73225/perpres-no-97-tahun-2017
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Lalat_tentara_hitam

#kabarbaikdariindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

AS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini