Suburnya Kopi Gayo karena Warisan Perawatan oleh Leluhur Aceh

Suburnya Kopi Gayo karena Warisan Perawatan oleh Leluhur Aceh
info gambar utama

Gunung Geureudong atau Bur ni Geureudong telah memberikan berkah bagi jutaan jiwa penduduk yang tinggal di sekitar sana. Di sekitar gunung setinggi 2.885 meter itulah sumber kopi arabika terbaik Indonesia berasal.

Daerah yang terletak di jantung Provinsi Aceh ini penyumbang lahan kopi arabika terbesar di Indonesia. Luas kebun kopi di sana mencapai 101.316 hektare, atau 31,5 persen dari total luas kebun kopi arabika di Tanah Air.

Kelezatan Kopi Gayo yang Telah Jadi Warisan Seabad Masyarakat Aceh

Kepala Kebun Percobaan Gayo, Khalid Baramsyah mengatakan varietas kopi di sana berlimpah. Setidaknya ada 200 varietas kopi arabika ditanam para petani dan yang paling banyak adalah Gayo 1, Gayo 2, P-88, Ateng, Bergendal, Sigarara Utang, dan Tipika.

Khalid menjelaskan Varietas Gayo 1 dan 2, disukai petani karena hasil panennya melimpah dan bandel menghadapi cuaca serta penyakit. Varietas yang banyak ini salah satu penyebab kebun-kebun kopi di Gayo diburu petani dari daerah lain.

“Mayoritas perkebunan kopi di Indonesia pakai bibit dari Aceh,” jelas Khalid yang dimuat Tempo.

Milik rakyat

Khalid menjelaskan bahwa seluruh perkebunan kopi yang berada di dataran tinggi Gayo merupakan milik rakyat. Kebun-kebun itu terletak di pekarangan atau belakang rumah, salah satunya milik Maisir Alam.

Kebun milik pria yang akrab disapa Al ini dianggap salah satu terbaik di Aceh. Hal ini telah diakui oleh dua organisasi asal Amerika Serikat,yakni Save the Children dan Green Mountain Coffee.

Dirinya telah menanam kopi sejak 1975, tapi baru pada 2004 mulai mempraktikan perkebunan organik. Sejak saat itu produksi kopinya melimpah. Bahkan lebih tinggi daripada produktivitas rata-rata kebun kopi lain di Gayo.

Rapper Snoop Dogg Luncurkan Brand Kopi Premium Khas Indonesia

Disebutkan oleh Khalid, rata-rata produksi kopi di Gayo per tahun tak lebih dari 2 ton per hektare. Sementara itu, produktivitas tanaman di kebun AI bisa lebih banyak, sepanjang tahun bisa menghasilkan 5,5 ton kopi.

Hal ini ternyata berasal dari perawatan tanaman kopi secara turun temurun. Dengan cara ini, pertumbuhan pohon dan tunas baru bisa lebih maksimal. Pertumbuhan buah menjadi berkesinambungan sehingga kopi bisa dipanen lebih dari dua kali.

Warisan leluhur

Al mendemonstrasikan cara perawatan yang diwariskan leluhurnya itu. Bersenjatakan gunting dan gergaji khusus untuk memangkas batang, dia berkeliling di kebunnya mencari pohon yang produktivitasnya menurun.

“Di mata awam, pohon seperti ini dianggap sehat, padahal produktivitasnya sudah turun,” katanya,

Saat diamati, tak banyak buah yang tumbuh di pohon itu. Kalaupun ada ukurannya kecil-kecil. Dengan cekatan, Ai memilah ranting dan dahan pohon yang rimbun. Satu per satu ranting berjatuhan ke tanah.

Kopi Gayo, Berburu Oleh-Oleh Khas di Pasar Aceh

Tak cuma memangkas, Ai menggosok batang pohon untuk merontokkan lumut-lumut yang menempel pada batang. Lumut, jelasnya, menjadi penghambat pertumbuhan batang baru. Dia lalu menyaingi rumput liar.

Cara perawatan tanaman seperti yang dijalankan AI merupakan warisan generasi sebelumnya. Tapi tak semua petani di Gayo menerapkan hal itu. Karena itulah sosok AI yang dituakan oleh sesama petani.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini