Tradisi Lom Plai, Bersih-Bersih Desa untuk Bersyukur atas Panen Padi

Tradisi Lom Plai, Bersih-Bersih Desa untuk Bersyukur atas Panen Padi
info gambar utama

Setiap tahun, masyarakat adat Dayak Wehea menggelar ritual lom plai. Sebuah tradisi pasca panen padi sebagai rasa syukur atas keberkahan sumber alam dan lingkungan yang didapatkan mereka.

Dimuat oleh Tempo, ketika momen tersebut suasana Desa Nehas Liah Bing begitu meriah menyambut ritual lom plai. Warga bergotong-royong menghiasi desa adat suku Dayak Wehea di Kecamatan Muara Wahau, Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Keberkahan Hutan Kalimantan yang Tersaji dalam Sepiring Makanan Orang Dayak

Terlihat di kiri-kanan jalan desa, hiasan daun kelapa dan kayu-kayuan dengan aneka macam bentuk tampak meriah. Hal ini menandakan bahwa tradisi tersebut sangat penting bagi masyarakat Dayak Wehea.

“Lom plai merupakan tradisi tahunan pesta pasca-panen padi khas Dayak Wehea,” kata Ledjie Taq, Kepala Adat Dayak Wehea.

Pesta syukur padi

Ledjie menjelaskan secara harfiah lom artinya pesta dan plai yang berarti padi. Karena itu tradisi ini selalu disebut pesta syukur padi. Saat tradisi lom plai tiba, hampir semua warga Dayak Wehea yang merantau akan pulang.

Seorang warga, Siang Geah menjelaskan tradisi ini tak bisa mereka lepaskan dan harus terus dilestarikan. Tradisi ini bukan hanya prosesi ritual pasca panen. Ada pembelajaraan yang bisa dipetik dan lom plai, yakni rasa syukur.

“Ya, kita harus bersyukur dan menjaga sumber daya kita. Seperti membuka lahan dan berburu secukupnya,” ujar Siang.

Kisah Warga Dayak yang Sebulan Berpatroli untuk Menjaga Hutan Wehea

Dikatakan oleh Siang, lom plai merupakan bentuk kearifan lokal masyarakat adat Dayak Wehea menjaga sumber daya alam mereka, termasuk hutan dan segala isinya. Hal ini juga terkait kepercayaan pengorbanan Ratu Dyang Yung.

Disebutkan sosok ini rela mengorbankan putri tunggalnya, Long Dyang Yung untuk menghentikan kemarau panjang. Tetapi sebelum melakukan ritual, dirinya memberi pesan agar merawat padi layaknya anak sendiri.

“Sejak itulah tradisi ritual lom plai dilangsungkan,” katanya.

Memulai ritual

Rangkaian ritual lom plai dimulai dengan ngesea egung atau memukul gong sebagai tanda upacara dimulai. Lalu dilanjutkan dengan guei neakleang atau rotan kotok yang disambung sepanjang 20-40 meter.

Guei neakleang dibentangkan, di bawahnya dipasang guaq pis atau buah petete serta tangkai padi, ketupat, pisang, dan buah lain. Hal ini bertujuan agar padi tumbuh subur. Sedangkan ketupat dan pisang itu merupakan sedekah untuk para Dewa.

Cerita dari Sekolah Adat Arus Kualan, Melestarikan Budaya Dayak dan Memberdayakan Generasi

Selanjutnya, laq pesyai yaitu mengambil rotan kotok yang sudah dipasang untuk memakan makanan yang ada. Kemudian dilanjutkan dengan menghanyutkan sesaji menggunakan pehket heluk atau perahu di sungai.

Seorang perempuan dewasa lalu mengambil air dan menyiram tokoh adat, serta dilanjutkan saling siram dengan peserta lain. Peserta lom plai juga berkeliling kampung membawa arang untuk dipoleskan ke wajah orang-orang yang ikut ritual itu.

“Tidak boleh marah, ya, ini setahun sekali saja,” ujar seorang warga.

Puncak dari acara ini adalah prosesi embos min atau bersih kampung. Ibu-ibu yang mengenakan pakaian adat berkeliling atau berjalan dari hulu ke hilir kampung membawa sapu, penanda agar kampung bersih dari segala penyakit.

“Makna embos min adalah membuang segala kesialan dan kejahatan yang ada di dalam kampung,” kata Ledjie.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini