Disabilitas Bisa dan Sama (Komunitas Teman Difabel)

Disabilitas Bisa dan Sama (Komunitas Teman Difabel)
info gambar utama

Disabilitas merupakan suatu kondisi terjadinya keterbatasan kemampuan individu baik secara mental ataupun fisik. Ini kemudian mengakibatkan terjadinya keterbatasan dalam berpartisipasi pada kegiatan sehari-hari. Namun hal itu bukan saja semata-mata karena gangguan fisik atau psikis, melainkan juga akibat adanya halangan-halangan sosial yang turut berkontribusi.

Karena keterbatasan yang dimiliki kaum disabilitas, mereka kerap menerima perlakuan-perlakuan yang diskriminatif dari berbagai pihak. Para penyandang disabilitas mendapatkan perlakuan diskriminatif yang telah dimulai dari lingkungan terdekat, yaitu lingkungan keluarga.

Keluarga kerap kali memberikan perhatian yang berlebih dan pada akhirnya mengakibatkan terbatasnya ruang lingkup dan ruang gerak penyandang disabilitas yang kemudian menimbulkan terhambatnya perkembangan mental dan fisik. Mereka dilarang bersekolah, dilarang bekerja sampai dilarang untuk beraktivitas.

Selain itu, adanya pandangan buruk masyarakat kepada keluarga yang memiliki anak disabilatas menimbulkan anggapan bahwa anak disabilitas membuat “Keluarga Malu”. Ini menjadi salah satu alasan keluarga membatasi ruang gerak para penyandang disabilitas.

Padahal, dengan dibatasinya ruang lingkup penyandang disabilitas, itu dapat mengakibatkan terkikisnya kepercayaan diri, kurangnya kemampuan untuk mengekspresikan diri, dan kurangnya perkembangan kreatifitas para penyandang disabilitas tersebut.

Setiap manusia dilahirkan dengan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dan dengan membatasi ruang lingkup para penyandang disabilitas, bagaimana kita bisa mengetahui kelebihan dan bakat apa yang terpendam dalam diri mereka?

Handphone Buatan Indonesia Mulai Bangkit, Ini Buktinya

Tidak ada manusia yang ingin dilahirkan dengan kondisi yang tidak sempurna. Mungkin jika bisa memiih, setiap manusia akan meminta dilahirkan dalam kondisi sesempurna dan sebaik-baiknya. Namun, masih banyak sekali pihak yang sering menyudutkan para penyandang disabilitas dangan melontarkan hinaan-hinaan. Seakan-akan terlahir dengan kondisi yang tidak sempurna merupakan aib dan dosa.

Para penyandang disabilitas sepertihalnya manusia pada umumnya, mereka ingin bergaul dengan semua lapisan masyarakat, bersekolah dan bekerja. Selama ini hanya di komunitas-komunitas difabel, mereka dapat mengekspresikan emosi, tertawa lepas dan berbicara dengan santai layaknya masyarakat pada umumnya.

Di tingkat masyarakat, tidak semua masyarakat antipati dengan para penyandang disabilitas. Mereka kerapkali meremehkan mereka yang tidak sempurna. Padahal yang tidak bersuara juga ingin menyuarakan pikirannya. Mereka yang tidak dapat berjalan juga ingin terus melangkan.

Bahkan, mereka yang tidak bisa melihat juga ingin memperlihatkan diri mereka kepada dunia. Lantas bagaimana caranya mereka bisa melakukan hal-hal itu jika kita membatasi ruang lingkup mereka, dan merenggut hak mereka untuk dapat merasakan dunia yang sama dengan yang kita rasakan?

Dengan fenomena itulah, Komunitas Teman Difabel hadir untuk menjembatani antara kehidupan para penyandang disabilitas dengan masyarakat nondisabilitas dan menghadirkan kehangatan dalam kebersamaan.

Komunitas Teman Difabel berdiri pada 1 Maret 2018 yang dipelopori oleh salah seorang yang mungkin namanya belum banyak terdengar, yakni Achmad Fathullah.

Berdirinya komunitas ini dilatarbelakangi oleh banyaknya penyandang disabilitas yang kerap menjadi lelucon. Masih teringat dalam benak Achmad, di mana dirinya pernah menyaksikan salah seorang teman SMP yang merupakan penyandang disabilitas kerap menjadi bulan-bulanan teman sekolahnya.

Viral Siswa SD di Sidoarjo Tidur Siang di Kelas, Ternyata Banyak Manfaatnya

Temannya yang menggunakan alat bantu pendengaran kerap mendapat gangguan dan aksi jahil teman-teman lainnya. Mereka kerap kali dengan sengaja berbicara dengan sangat keras dan secara tiba-tiba tepat disebelah alat pendengaran tersebut, hal tersebut tentunya sangat mengganggu.

Selain itu dalam dunia kerja, para perempuan penyandang disabilitas kerap mendapat pelecehan seksual dengan sentuhan-sentuhan iseng di bagian tubuh mereka. Namun, mereka tidak berani untuk bersuara dan melakukan pembelaan terhadap diri mereka.

Tidak hanya itu, masih sering ditemukan ketika berkenalan, orang yang bukan penyandang disabilitas terkejut mendapati lawan bicaranya adalah seorang yang tuli. Dan dari banyaknya peristiwa-peristiwa inilah, Achmad berkesimpulan bahwasanya masih kerap terjadi diskriminasi terhadap penyandang disabilitas di masyarakat. Dan hal itulah yang membangun tekad Achmad untuk membangun sebuah komunitas yang nantinya akan menjadi sarana penghubung antara penyandang disabilitas dengan dunia.

Ada banyak hal yang dapat kita pelajari. Bahwasannya para penyandang disabilitas juga ingin mendapatkan perlakuan yang sama, mereka punya hak utuk dihargai. Kita semua lahir dengan potensi yang tak terbatas, tidak peduli apakah kita terlahir dalam keadaan disabilitas atau tidak.

Mari berikan kesempatan yang sama bagi semua. Mereka punya hak untuk bersuara, mendengar, berkomunikasi, bahkan berekspresi meskipun dengan cara yang berbeda yang disebut spesial. Kesempatan yang sama adalah hak asasi manusia.

Mari kita berjuang untuk menghilangkan segala bentuk diskriminasi terhadap penyandang disabilitas dan menerapkan nilai Pancasila yang memiliki nilai kemanusiaan dan keadilan sosial.

Tren Baca Online, Pukulan Telak bagi Eksistensi Toko Buku

Sumber referensi:

  • koran-jakarta.com
  • repository.um-surabaya.ac.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini