Ondel-Ondel, Dilestarikan atau Dijadikan Objek Pencarian Uang?

Ondel-Ondel, Dilestarikan atau Dijadikan Objek Pencarian Uang?
info gambar utama

"Nyok kita nonton ondel-ondel.. nyok! Nyok kita ngarak ondel-ondel.. nyok!
Ondel-ondel ade anaknye... Anaknye ngider der ideran..."

Itulah sepenggal lirik dalam lagu ondel-ondel yang dipopulerkan oleh almarhum Benyamin Sueb dan menjadi salah satu lagu populer dalam budaya Betawi.

Bicara mengenai ondel-ondel, Kawan GNFI apakah masih sering menyaksikan pertunjukan ondel-ondel dalam suatu acara adat Betawi? Mungkin, pada saat zaman kita masih menempuh pendidikan sekolah dasar, Kawan GNFI yang tinggal di DKI Jakarta masih mendapatkan pelajaran Pendidikan Lingkungan dan Budaya Jakarta (PLBJ), di mana ada materi tentang kesenian tersebut.

Mungkin juga, pertunjukan ondel-ondel di televisi atau acara orang Betawi juga masih ada. Jika kita mengingatnya kembali, rasanya rindu untuk melihat tradisi tersebut. Merasakan meriahnya lagu Ondel-Ondel disenandungkan, adanya berbalas pantun, dan kirab ondel-ondel keliling kampung adalah momen yang sangatlah menyenangkan. Namun, bagaimana kondisinya saat ini?

Kisah Ondel-Ondel sebagai Boneka Penolak Bala

Ondel-Ondel sebagai Budaya Betawi

Ondel-ondel merupakan kesenian boneka yang konon sudah ada sejak zaman masa pra-Islam di Pulau Jawa. Dengan latar belakang sejarahnya, Ondel-ondel seringkali dikaitkan dengan sesuatu yang magis karena pada mulanya dijadikan simbol penjaga kampung dari segala macam bahaya, ancaman, dan wabah penyakit. Hal tersebutlah yang menjadi jawaban dari pertanyaan masyarakat mengapa wajah ondel-ondel dibuat begitu menyeramkan.

Ondel-ondel juga termasuk ke dalam teater tanpa tutur. Sebab, pada awalnya dijadikan sebagai perwujudan leluhur atau nenek moyang serta pelindung keselamatan kampung dan seisinya. Maka dari itu, karakternya dianggap sebagai pembawa lakon atau cerita.

Pembawa lakon atau cerita ini diugkapkan dalam berbagai acara seperti hajatan, pernikakahan, bahkan ulang tahun kota Jakarta. Namun, sayangnya dalam beberapa tahun terakhir, ondel-ondel mengalami pergeseran fungsi. ada ketidaksesuaian dengan budaya yang ada dalam menampilkannya. Hal ini kemudian digunakan secara "sembarang" untuk memenuhi kebutuhan pribadi.

Ondel-Ondel dan Ketidaksesuaian Budaya

Pergeseran fungsi dan ketidaksesuaian dengan budaya dalam menampilkannya diakibatkan oleh beberapa hal seperti semakin menipisnya panggilan untuk pertunjukan Ondel-ondel, penurunan tingkat ketahanan budaya, minat masyarakat yang kurang, lingkungan yang kurang mendukung dan efek pandemi Covid-19 yang membuat banyak masyarakat mengambil jalur alternatif.

Ondel-ondel kini semakin marak di jalanan yang digunakan sebagai objek mencari uang. Memainkan kesenian ini memang dapat menjadi salah satu cara untuk memperkenalkan dan mempertahankan kebudayaan daerah Betawi. Sayangnya, sekelompok masyarakat yang menggunakannya hanya sekadar untuk mencari nafkah kurang memahami sebuah arti budaya, keunikan budaya, dan nilai yang terkandung dalam kebudayaan tersebut.

Dengan cara ondel-ondel diarak di jalanan dengan diiringi musik sambil memberikan ember, ini 'saja' membuat nilai kesenian yang terkandung dalam ondel-ondel luntur. Mereka menggunakan Ondel-ondel sebagai jalan untuk mendapatkan nafkah. Terlebih lagi sifat pertunjukkan ondel-ondel ini adalah sebagai penghibur. Harapannya, melalui musik yang mereka pasang dan dari karakter yang tampil, dapat memberikan banyak keuntungan bagi mereka.

Banyaknya yang menggunakan ondel-ondel untuk mengamen di jalanan, berakibat kepada gangguan sosial, di mana masyarakat sekitar sering diminta untuk mendonasi. Walaupun bentuknya donasi secara sukarela, tetapi pertunjukan tersebut menganggu kelancaran jalan.

Ondel-Ondel, Palang Pintu dan Filantropi? Sebuah Upaya dari Selatan Jakarta

Ditambah penampilan dari ondel-ondel yang dipakai untuk mengamen juga tidak sedap dipandang karena menggunakan alat seadanya. Jika mengikuti peraturan budaya yang berlaku, boneka ondel-ondel tidak boleh dipakai secara sembarang seperti itu. Kondisi boneka banyak yang sampai lusuh, rusak, dan kusam tidak diganti.

Penggunaan ondel-ondel dalam mengamen menimbulkan permasalahan terhadap kebudayaan Betawi. Sebab, perlengkapan yang digunakan ondel-ondel untuk mengamen tidak sesuai dengan adatnya.

Kasus ini menjadi permasalahan penting yang dihadapi oleh masyarakat dan pemerintah Jakarta karena kesenian budaya sangat berperan penting bagi masyarakat. Bukan hanya sekadar hiburan, tetapi dapat menjadi lambang identitas serta nilai pendidikan dalam pesan yang disampaikan.

Untuk melakukan peningkatan kesadaran budaya, terutama budaya ondel-ondel Betawi, yaitu dengan melakukan pelatihan terutama bagi generasi remaja. Dengan demikian, generasi remaja tetap mempertahankan kebudayaan di era globalisasi. Memberikan edukasi terkait budaya dapat dilakukan dengan menggunakan media sosial maupun media yang dapat mencakup semua kalangan masyarakat, sehingga dapat memberikan edukasi
secara menyeluruh.

Mempertahankan kebudayaan ondel-ondel dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya dengan membangun jati diri masyarakat melalui pendidikan. Pendidikan ini bisa dalam bentuk memperbaiki pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kesadaran dan peran aktif generasi muda terhadap pelestarian kebudayaan ondel-ondel.

Pembelajaran PLBJ menurut saya akan sangat baik bila diaktifkan kembali, khususnya untuk peserta didik di tingkat Sekolah Dasar. Dengan begini, generasi kita bisa kembali mengenali kebudayaannya dan tahu bentuk serta peranan dari ondel-ondel serta kebudayaan Jakarta lainnya.

Memanfaatkan teknologi informasi juga menjadi cara yang sangat penting di tengah era digital ini. Kita dan para komunitas harus bisa bersinergi dalam media digital untuk mengkampanyekan ondel-ondel. Selain itu mengenalkannya kembali sehingga kesenian ini banyak dikenal oleh masyarakat secara luas.

Membuka Pesan Lama yang Tak Terbaca dari Si Ondel-Ondel

Dari pengenalan budaya lokal, pemanfaatan media informasi dan juga pembangunan jati diri, ondel-ondel dapat terus dilestarikan dan dikenal banyak orang sebagai salah satu kebudayaan Betawi dan juga Indonesia. Pelestarian budaya penting untuk dilakukan untuk menghindari tindakan dari negara lain untuk mengambil pengakuan terhadap budaya Indonesia.

#Mari Kita Lestarikan Kebudayaan Jakarta #YangMudaYangBerkarya #HidupkanKembaliBudayaOndel-Ondel

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MP
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini