Korban Bully Bisa Buat Inovasi?

Korban Bully Bisa Buat Inovasi?
info gambar utama

Perundungan atau bullying merupakan tindakan negatif yang dapat berdampak buruk bagi korban. Anehnya, masih banyak sekali orang, terlebih remaja, yang melakukan tindakan perundungan di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal. Namun, siapa sangka, di balik efek negatif perundungan, ternyata bisa menjadi ide untuk inovasi yang harus kawan GNFI ketahui. Hal ini yang kemudian dilakukan oleh Afif, yang dahulunya punya pengalaman buruk tentang perundungan.

Mhd Afifan Aly Rahman Saragih atau yang kerap dipanggil Afif merupakan mahasiswa aktif S-1 Universitas Sumatera Utara, Fakultas Ilmu Komputer – Teknologi Informasi, Program Studi Teknologi Informasi. Afif juga dikenal sebagai mahasiswa yang aktif mengikuti beberapa kegiatan kampus, salah satunya PKM (Pekan Kreativitas Mahasiswa).

Meskipun Afif adalah mahasiswa yang aktif di kampus dan punya beberapa prestasi, ternyata dahulu dia adalah korban perundungan. Hal ini terjadi saat pria ini berusia 8 tahun. Saat itu Afif telat untuk masuk kelas. Ia berkata, memang saat itu dirinyalah yang bersalah. Hal tersebut membuat Afif dihukum dan tidak digubris oleh guru yang sedang mengajar.

Mengembalikan Minat Permainan Tradisional di Tengah Menariknya Permainan Modern

“Saya dianggap seperti tidak ada di dalam kelas. Ketika satu persatu siswa dipanggil untuk menjawab, hanya saya sendiri yang dilewatkan oleh guru,” ucap Afif.

Sedihnya, karena hal tersebut, teman-temannya mulai menganggap dirinya juga tidak ada di dalam kelas, bahkan kerap sekali mendapat ejekan secara langsung. Tindakan tersebut membuat Afif menjadi anak yang penakut dan sulit untuk mendekati seseorang.

Pengalaman yang kurang baik tersebut berbekas di hatinya, hingga Afif dapat berdamai dengan keadaan 7 tahun setelahnya, ketika berumur 15 tahun. Afif mulai berdamai dan membuka pikirannya dengan menerima segala kekurangan, memahami perbedaan, serta mencoba untuk sabar.

“Yang pertama saya lakuin. Saya mencoba sabar dan menerima atas kekurangan saya. Kemudian, saya coba pahamin bagaimana hidup dengan perbedaan.”

Afif juga menjadi sering mengikuti kegiatan-kegiatan positif untuk mendapatkan lingkungan yang positif pula.

“Saya coba juga memperbanyak ikut kegiatan-kegiatan positif sehingga bisa dapat lingkungan yang positif dan tentunya lingkungan kita bisa menerima perbedaan dan keberagaman kita,” sebutnya.

Hebatnya, Afif dapat memunculkan satu inovasi dari pengalaman buruknya. Inovasi ini didapatkan saat semester 6, ketika Afif dan tim hendak merancang proposal untuk mengikuti PKM.

Inovasi ini kemudian direalisasikan ke dalam bentuk komik pintar berbasis Augmented Reality yang diberi nama Scolar (Smart Comic Learning Berbasis Augmented Reality). Komik ini memberikan edukasi, khususnya kepada anak-anak di tingkat Sekolah Dasar mengenai buruknya perundungan. Karya tersebut bisa didapatkan di Shopee dan sudah memiliki aplikasi sendiri untuk memindai fitur Augmented Reality di dalam komik, yang bisa didapatkan di Google Play Store dengan nama Scolar.

Bertanya, Sebuah Budaya yang Kurang Ramah di Masyarakat?

Selain untuk memindai, aplikasi Scolar juga punya banyak fitur menyenangkan untuk anak-anak. Tentunya ada beberapa hambatan juga yang dialami oleh Afif dan tim dalam proyek mereka, salah satunya masalah waktu.

“Ada beberapa hambatan dan tantangan, namun tidak terlalu banyak. Yang pertama masalah waktu, yang mana kita harus bagi antara perkuliahan dan PKM. Apalagi ketika kita mau audiensi, ternyata bertabrakan dengan jadwal UTS,” ungkap Afif.

Afif juga mempunyai harapan yang besar untuk Scolar, terlebih terhadap cerita-cerita yang akan dikemas nantinya.

“Harapan saya untuk Scolar, bisa melanjutkan bisnis ke tahapan yang lebih luas, mengeluarkan cerita-cerita edukasi yang lain dan bisa bernilai dan berdampak untuk Indonesia,” harap Afif.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

LH
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini