Mengenal “Presisi”, Metode Pembelajaran Kontekstual Berbasis Budaya yang Hadir di PKN 2023

Mengenal “Presisi”, Metode Pembelajaran Kontekstual Berbasis Budaya yang Hadir di PKN 2023
info gambar utama

Pendidikan adalah aspek penting yang sudah semestinya harus dipenuhi sebagai kebutuhan dari setiap anak-anak. Namun, penerapan pendidikan juga tentunya juga akan lebih baik bila menyesuaikan bagaimana latar belakang sosial budaya dari suatu masyarakat.

Oleh karena itu, aspek budaya pun juga jadi salah satu hal yang juga penting untuk diintegrasikan di dalam sebuah kurikulum atau modul pendidikan. Sehingga, luaran yang dihasilkan dari proses pendidikan tersebut dapat relevan terhadap siswa maupun masyarakat di suatu daerah.

Hal ini pun juga jadi salah satu perhatian Kemendikbud. Yang mana, hal ini diwujudkan dengan salah satu programnya yang bernama Presisi. Output dari hal ini pun dapat kita jumpai dalam gelaran Pekan Kebudayaan Nasional 2023 kemarin di Museum Kebangkitan Nasional dengan berbagai hasil karya siswa/siswi terpilih.

PKN 2023: Ketika Pendidikan dan Kebudayaan Melebur dalam Satu Ruang di Muskitnas

Mengenal program Presisi

Presisi adalah model pembelajaran kontekstual yang berfokus pada pengalaman, menggunakan seni sebagai media ekspresi pengetahuan. Dengan seni dan kebudayaan dalam ekosistem sekolah, program ini memberikan terobosan membantu memperkuat pembangunan karakter mandiri siswa.

Tujuan dari Presisi sendiri adalah untuk membentuk karakter mandiri pada peserta didik dan menjadi wadah bagi mereka untuk lebih dekat dengan lingkungan sekitar.

Konsep ini berawal dari keyakinan bahwa seni dan budaya dapat menjadi metode efektif dalam proses pembelajaran. Sehingga, nantinya akan dapat menjadi sebuah solusi untuk tantangan dalam dunia pendidikan.

Paradigma Presisi bersumber dari pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang siswa sebagai subjek merdeka yang berkembang seutuhnya bersama dengan dunianya.

Dalam Presisi, konteksnya sendiri merujuk pada dunia atau lingkungan sekitar siswa, termasuk di antaranya sekolah dan rumah, dengan situasi dan kondisi yang objektif dan relevan terhadap kebutuhan perkembangan siswa.

Survey Optimisme Generasi Muda Indonesia 2023: Pendidikan dan Kebudayaan Jadi Top Satu

Presisi dalam PKN 2023

Mulai dari tahun 2020, lebih dari 225 sekolah di 13 kabupaten/kota di 12 provinsi telah menerapkan inisiatif ini sebagai pendekatan pembelajaran kontekstual yang berbasis pengalaman, dengan seni sebagai sarana untuk mengekspresikan pengetahuan. Selain itu, program ini juga telah melibatkan 101 fasilitator, 1,310 guru, 1,848 proyek siswa dan siswi.

Sementara Untuk program Presisi yang ditampilkan dalam Pekan Kebudayaan Nasional 2023 di Museum Kebangkitan Nasional terdiri atas 8 karya siswa/siswi, antara lain:

  • Angker (Air Keran Kreatif)
  • Lembaga Keuangan Syariah
  • Mage Weran Glue
  • Drama dan Tari Tandur
  • Togo Apur
  • Proyek Tomat
  • Garam

Dari gelaran Pekan Kebudayaan Nasional kemarin, kita bisa melihat bagaimana ide-ide dan upaya dari siswa/siswi dari program ini dapat memberikan dampak yang bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya.

Memahami Konsep ‘Lumbung’ Sebagai Filosofi Pekan Kebudayaan Nasional 2023

Salah satu perwakilan yang hadir di PKN 2023, Karya "Air Keran Kreatif (Angker)" yang dihasilkan oleh Virginia dan timnya dari SMPN 1 Ambon terinspirasi oleh kesulitan mendapatkan akses air bersih, meskipun berlokasi dekat dengan sumber air.

Proyek Angker menggunakan bahan-bahan alami dan barang bekas yang masih layak pakai, termasuk botol air mineral bekas, arang, pasir, batu, tisu, kerikil, dan kapas.

Kendala lokasi yang terletak di dataran lebih tinggi dari sumber air menjadi faktor utama. Mereka bahkan harus membeli air dari "oto tangki" yang harganya relatif tinggi.

Inisiatif Virginia dan timnya muncul untuk menciptakan alat yang dapat mengubah air hujan dan air sungai menjadi air yang dapat digunakan dengan layak. Hal ini mereka lakukan dengan riset dan wawancara kepada masyarakat sekitar dan ahli Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

PKN 2023 di PT PFN: Menghargai Budaya dengan Hubungan Erat Manusia dan Lingkungan

“Angker ini dibuat sebagai solusi kekurangan air bersih di kampung saya. Fungsinya untuk menyaring air yang kotor, misalnya dari air hujan menjadi air yang bisa digunakan sehari-hari,” jelasnya dikutip dari Kemendikbud.

Selain itu, Lawrens selaku perwakilan PRESISI dari SMPN 2 Jayapura memiliki proyek Garam. Yang mana, ia dan timnya berangkat dari keresahan akan banyaknya garam yang berasal dari Jawa. Padahal, Jayapura juga memiliki potensi yang besar sebagai produsen garam.

“Alasan pilih garam adalah karena kami bingung dengan Papua, khususnya di Jayapura belum ada produksi garam, padahal lautnya sangat kaya,” ujarnya

Kemudian, Alvin yang menjadi perwakilan dari SMAN 1 Muntilan dengan proyek Tomat mereka menyebutkan kalau program mereka berawal dari keresahan para petani tomat di daerah kami ketika panen raya tetapi mengalami penurunan, bahkan hasil panennya sampai dibuang

“Kami pun merasa prihatin dan kami usul untuk meningkatkan harga jualnya dengan mengolah ke produk seperti cuka, selai, permen dan sebagainya,” kata Alvin

Melestarikan Pangan Lokal dan Solusi Ketahanan Pangan Lewat Pekan Kebudayaan Nasional

Pendidikan kontekstual yang memberikan solusi

Berbagai hasil karya siswa dan siswi yang terpilih untuk dipamerkan dalam gelaran Pekan Kebudayaan Nasional tersebut hanya sebagian kecil yang dapat kita lihat saja sebagai luaran dari Presisi.

Tentu, selain itu masih banyak berbagai contoh luaran lain dari berbagai siswa, entah itu yang saat ini masih dikembangkan maupun yang saat ini sudah dapat memberikan dampak ke masyarakat luas di daerah tersebut.

Hal ini juga menjadi bukti bila pendidikan kontekstual yang mengintegrasikan antara aspek pendidikan dan kebudayaan dapat menjadi hal yang sangat bermanfaat secara luas.

Dengan begitu, inovasi-inovasi dari para siswa dengan gemblengan Presisi dapat memberikan buah yang turut memajukan dunia pendidikan dan tentunya melestarikan aspek-aspek lokalitas dari setiap kebudayaan yang ada di Indonesia, sesuai dengan misi pemajuan kebudayaan sebagai sarana untuk pembangunan bangsa.

Hasil Kongres Kebudayaan Nasional 2023: Mewujudkan 10 Gagasan untuk Pemajuan Kebudayaan

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini