Sejarah Kebaya Janggan yang Elegan Dipakai oleh Jeng Yah Si Gadis Kretek

Sejarah Kebaya Janggan yang Elegan Dipakai oleh Jeng Yah Si Gadis Kretek
info gambar utama

Pada film Gadis Kretek, sosok Dasiyah atau Jeng Yah yang diperankan oleh Dian Sastrowardoyo begitu menarik perhatian. Salah satu yang menjadi sorotan adalah pakaian yang dipakai oleh Jeng Yah, yaitu kebaya janggan.

Kebaya janggan bisa jadi belum familiar dibandingkan kebaya Kartini, kutu baru, bahkan encim. Tetapi kebaya janggan ini selain memberikan tampilan yang elegan, ternyata memiliki sejarahnya tersendiri.

Inspirasi OOTD Model Kebaya Wisuda Simpel dan Elegan

Dinukil dari Narasi, kebaya ini pertama kali muncul sekitar 1830-an menjelang Perang Diponegoro. Kebaya ini kerap dipakai oleh Ratna Ningsih, istri Pangeran Diponegoro ketika mendampingi suaminya di medan perang.

“Kebaya ini juga digunakan untuk menyembunyikan patrem (senjata keris putri) ketika Ratna Ningsih mendampingi suaminya perang melawan Belanda,” tulis laman tersebut.

Terinspirasi pakaian Eropa

Desain kebaya ini terinspirasi dari model seragam militer Eropa ketika itu. Bedanya, kebaya janggan ini mempunyai kancing. Kerahnya pun tinggi menutupi leher. Desain inilah yang membedakan kebaya janggan dengan kebaya pada umumnya.

Nama janggan ini sendiri berasal dari kata jangga yang berarti leher. Kebaya ini juga melambangkan keindahan, kesucian para perempuan keraton dan perempuan Jawa pada umumnya kala itu.

Kisah dan Pesona Wayang dalam Kebaya Raline Shah di Festival Film Cannes

Selain kerah tinggi, kebaya ini memiliki detail kancing yang menyamping miring. Dengan lengan panjang dan bentuk yang ramping, kebaya janggan dibuat dengan bahan dasar kain bermotif bunga yang biasanya berwarna hitam.

“Warna hitam ini memiliki makna ketegasan, kesederhanaan, dan kedalaman, sedangkan motif kembangnya pun disebut kembang ratu,” papar laman CNN Indonesia.

Dipakai abdi dalem

Dikutip dari laman Kraton Jogja, kebaya janggan ini merupakan busana abdi dalem perempuan yang ada di Keraton Yogyakarta, atau yang disebut estri punakawan. Kebaya ini juga tak melambangkan pangkat atau tugas khusus mereka.

Kebaya ini dipakai para istri punakawan pada acara dan hajat tertentu. Beberapa event yang dimaksud adalah hajad dalem (sungkeman Keraton saat Idul Fitri) atau caos bekti (tanda penghormatan kepada raja.

24 Juli Ditetapkan Sebagai Hari Kebaya Nasional

“Acara ini termasuk upacara besar di Keraton,” tulis laman tersebut.

Hanya saja, khusus Hajad Dalem Ngabekten, abdi dalem keparak yang berpangkat magang dan jajar belum boleh mengenakan janggan karena hanya duduk sowan bekti dan tidak melakukan sungkem pada Ngarsa Dalem (raja).

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini