Berani Icip ? Lawar Merah, Kuliner Ekstrem Khas Bali Kaya Filosofi

Berani Icip ? Lawar Merah, Kuliner Ekstrem Khas Bali Kaya Filosofi
info gambar utama

Apakah Kawan adalah penyuka menyantap ragam masakan khas Bali? Salah satu jenis kuliner ekstrem di Indonesia ini dapat ditemukan hanya di Pulau Bali saja, namanya adalah lawar merah yang menggunakan bahan baku berbeda dari jenis masakan yang sama dari daerah lain. Seperti diketahui bahwa kuliner lawar khas Bali terbuat dari bahan-bahan yang dicampur menjadi satu terdiri dari berbagai jenis sayuran dan bumbu dari beberapa macam rempah-rempah khas Nusantara.

Lawar akan menjadi semakin mantap di lidah dengan menggunakan bumbu yang dinamakan basa genep atau bumbu lengkap. Ada juga jenis lawar yang terbuat dari campuran daging cincang di dalamnya mulai dari daging ayam, bebek hingga daging babi. Berbeda dengan lawar merah, proses pembuatannya menggunakan campuran bahan-bahan yang cukup ekstrem di mana tidak semua orang bisa menikmatinya.

Lawar merah atau lawar barak adalah kuliner khas orang Bali yang menggunakan campuran darah hewan. Adapun darah hewan yang digunakan adalah darwah hewan yang sudah diolah setengah matang guna menambah kelezatan makanan yang dibuat.

Lawar pada umumnya terdiri dari campuran antara sayur-sayuran segar, bumbu khas Bali, parutan kelapa, terasi bakar dan daging cincang lalu ditambahkan dengan darah hewan setengah matang. Jenis darah hewan yang dicampurkan harus disesuaikan dengan daging yang digunakan seperti kalau Kawan menggunakan daging ayam maka darah yang digunakan untuk mengguyur adalah darah ayam begitu pula dengan darah babi.

Karena makanan ini mengandung campuran darah hewan setengah matang, lawar merah pada umumnya hanya mampu bertahan setengah hari saja jika ditempatkan dalam ruang terbuka.

Lawar merah erat hubungannya dengan filosofi orang Bali yang menjelaskan bahwa lawar dengan bahan yang ada di dalamnya menjadi simbol keharmonisan dan keseimbangan. Di samping itu juga terdapat filosofi yang tercermin pada masing-masing bahan pembuatnya. Dawar berwarna merah melambangkan Dewa Brahmana, kelapa berwarna putih melambangkan Dewa Iswara, dan terasi berwarna hitam melambangkan Dewa Wisnu.

LRT Bali Mulai Dibangun 2024, Hubungkan Ngurah Rai Hingga Mengwi

Karena lawar merah memiliki filosofi yang sangat mendalam, maka kuliner ini biasanya disajikan dalam acara-acara khusus seperti pengangkatan kepala daerah. Sajian ini dihadirkan dengan disertai harapan agar pemimpin yang terpilih bisa memaksimalkan keragaman rakyatnya supaya menghasilkan suasana pemerintahan yang harmonis dan seimbang.

Zaman dahulu orang Bali membuat lawar dari bahan campuran sayur-sayuran, bumbu khas Bali, kelapa, terasi dan daging penyu. Namun, karena keberadaan hewan penyu di laut semakin sedikit di masa depan, sekarang ini hewan penyu di Bali dilindungi oleh pemerintah setempat untuk dilestarikan keberadaannya di lautan. Makanya orang Bali kini cenderung membuat lawar dengan menggunakan daging babi.

Seperti dijelaskan tersebut di atas, lawar merah adalah salah satu makanan khas dan unik yang dimiliki oleh orang Bali. Yang membuat makanan ini tampil unik adalah menggunakan darah hewan yang dicampurkan dengan bahan-bahan lainnya. Darah yang digunakan rasanya akan semakin nikmat jika dipakai setengah matang saja.

Seiring dengan perkembangan zaman, kelezatan lawar sudah dapat dicicipi dengan mudah, biasanya disajikan di pesta adat Bali atau di rumah tangga masyarakat Bali sebagai lauk teman makan nasi dan juga tersedia banyak sekali warung makan nasi be guling yang menjual lawar sebagai salah satu lauk wajib ada. Lawar dalam hal ini mempunyai banyak sebutan tergantung jenis daging dan sayur yang digunakan. Salah satunya adalah lawar penyu disebutkan demikian karena daging yang digunakan adalah daging penyu.

Ada juga lawar nangka karena sayur yang digunakan berasal dari buah nangka muda. Ini dijuluki lawar putih karena tidak menggunakan darah hewan.

Khasiat Ikan Dewa yang Jadi Lauk Wajib Bangsawan Nusantara hingga Tionghoa

Lawar paling enak yang bisa anda cicipi ketika sedang berada di Bali adalah lawar khas tabanan dan lawar dari Karangasem yang masing-masing mempunyai citarasa berbeda. Ada juga lawar dari Kabupaten Badung dan Gianyar, sayur dalam lawar buatan mereka menggunakan kacang panjang setengah matang sedangkan lawar dari daerah Buleleng menggunakan sayur buah nangka muda dicampur dengan irisan tipis-tipis daun pepaya muda lalu diguyur darah hewan sehingga lawar merah identik dengan warga Buleleng yang sangat menyukai ragam masakan Bali yang ekstrem.

Proses pembuatan lawar dibagi menjadi 3 bagian yaitu proses pembuatan bumbu utama atau basa gede (dalam Bahasa Bali), proses pembuatan bumbu penggurih atau basa penyangklung dan proses pembuatan bumbu embe atau bumbu sambal bawang goreng .

Lawar identik dengan kata Bali dimana hal pertama yang akan kawan bayangkan adalah panas, pantai, eksotik, pura, masakan serba pedas dan lain sebagainya. Bali sendiri berarti kekuatan dan pengorbanan yang merupakan kepulauan nomer dua terbaik di dunia pariwisata mancanegara dan termasuk destinasi paling disukai oleh wisatawan lokal maupun turis asing dari seluruh dunia suka jalan-jalan ke Bali untuk berlibur yang utama.

Seperti lawar sebagai salah satu masakan khas Bali yang paling populer, Bali merupakan salah satu provinsi yang cukup terkenal di Indonesia karena memiliki keindahan alam dan budaya yang memukau membuat Bali dikenal oleh dunia sehingga mampu sebagai salah satu aset devisa negara Indonesia yang cukup tinggi di bidang pariwisata. Bali juga menyimpan cita rasa kuliner tradisional yang rata-rata lezat dan menggugah selera makan.

3 Megaproyek Bakal Dibangun di Papua Barat, Investasi Ratusan Triliun

Kuliner tradisional Bali mempunyai berbagai macam variasi, jenis dan kandungan gizi yang beragam, bahan baku yang digunakan dalam pengolahan tersedia secara lokal dan memiliki cita rasa yang disukai oleh banyak orang. Potensi yang dimiliki oleh pangan tradisional Bali ini diharapkan nantinya akan dijadikan sebagai dasar pengembangan saat ini dan di masa mendatang. Nilai-nilai filosofi yang terkandung dalam pangan tradisional adalah nilai religius, nilai seni, nilai kolektif, nilai ekonomis, nilai kesehatan dan nilai kenikmatan.

Dengan adanya nilai-nilai tersebut diharapkan kuliner tradisional Bali bisa dikembangkan dan lebih menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Bali buat liburan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NU
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini