Cerita Anak Bangsa: Perjalanan Alqi Fahrezi Raih Kesempatan Belajar di Columbia University

Cerita Anak Bangsa: Perjalanan Alqi Fahrezi Raih Kesempatan Belajar di Columbia University
info gambar utama

Memiliki pencapaian di usia muda bukanlah hal yang tidak mungkin, semua orang dapat mewujudkannya. Tidak ada yang instan, tentunya butuh proses, tekad yang kuat, fokus pada passion, serta mempunyai manajemen waktu yang baik sehingga bisa menciptakan produktivitas dan efektivitas dalam memperoleh sesuatu dengan maksimal.

Begitupun dengan salah satu cerita yang menginspirasi datang dari Muhammad Alqi Fahrezi. Ia adalah seorang mahasiswa jurusan Sistem Informasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang banyak meraih achievement dan juga prestasi yang membanggakan. Mulai dari aktif organisasi, menjadi pembicara, mengikuti lomba, menerima tawaran kerja sama dengan brand besar seperti Canva, Schneider Electric, BetterHelp, Auto2000, LinovHR, Money Master, Kids Squad Pro, hingga meraih kesempatan belajar di Columbia University.

Pria kelahiran Jakarta, 23 Maret 2002 ini mengawali perjalanannya sejak mengenyam pendidikan sekolah dasar saat kelas 3 mulai diperkenalkan dengan bahasa pemrograman namanya Paskal. Kemudian, dari hal tersebut membawa Alqi untuk fokus pada dunia komputer dan sewaktu Sekolah Menengah Kejuruan mengambil Teknik Komputer Jaringan. Banyak hal yang dipelajari mulai dari graphic desain seperti UI/UX Design, digital marketing yang meliputi search engine optimization, seach engine marketing, dan social media marketing, hingga computer networking.

Baca juga: Wuling BinguoEV Capai Angka Lebih dari 1.000 SPK dalam Sepekan, Apa Alasannya?

“Sekarang fokus ke bagian cyber security karena, memang dunia teknologi selalu berkembang kita tahu itu semua dan khususnya nanti ditahun 2030 banyak sekali smart home dan IoT. Kemudian, banyak perangkat yang jauh lebih terkoneksi ke internet dan di Indonesia sendiri banyak kebocoran data di setiap tahunnya menjadi salah satu kekhawatiran atau concern kenapa di Indonesia bisa sejebol itu untuk data datanya,” ujar Alqi.

Ia menuturkan dalam konteks digital marketing bekerja sama dengan para streamer di Facebook. Membantu mereka untuk menjadi partner dari Facebook sendiri. Tentunya dalam hal ini, Facebook menggaji para streamer, kreator dengan persyaratan layaknya semacam publisher AdSense di Youtube seperti 10 ribu pengikut, ada jam tayang, dan mengenai project besar dari satu klien mendapat penghasilan mencapai 15 juta.

Selain itu, digital marketing pun menjadi bidang yang ditekuni Alqi Fahrezi dengan mencapai financial freedom membangun yang namanya aset dan diharapkan dapat menghasilkan sebuah passive income salah satunya dengan SEO.

“Selagi kita punya traffic, rangking bagus, penghasilan akan selalu jalan walaupun kita tidur, jadi hanya perlu maintance yang namanya aset kita asalkan traffic tetap ada, rangking di google sebagai contoh, kita tetap dapat revenue, beda hal nya seperti kerja, apabila kita tidak bekerja maka tidak dapat uang,” tuturnya.

Baca juga: TikTok Cs Beri Pemerintah Saran Soal Pemanfaatan AI di Indonesia

Tak hanya itu, ia pun banyak mengeksplorasi dan tidak mengandalkan dari kuliah saja tetapi mengikuti beberapa sertifikasi profesi seperti Adobe Certified Professional, Certified Cyber Security Technician, MikroTik, Microsoft Technology Associate juga Data Visualization Using Tableau karena, lebih spesifik dan menjadi peluang nantinya ketika bekerja bisa lebih dilirik.

Alqi Fahrezi yang sekaligus founder KacaTeknologi.com seringkali diundang menjadi narasumber dalam beberapa kegiatan seperti Bootcamp dan Conference. Ia pun pernah menjabat sebagai Digital Public Relations Manager of AIESEC UIN Jakarta.

Berbuah manis, privilege yang ia terima sejak kecil hanya diperkenalkan dengan komputer, banyak berlatih, menghabiskan waktu kerja di depan laptop selama belasan jam, membangun website, menulis 600 artikel total dengan jumlah kunjungan puluhan juta dan monthly active user dari website yang dibangun sekitar 500 ribu unique visitor monthly active user perbulan yang dilakukan secara rutin sampai bertahun tahun dan mendapatkan hasilnya pun tidak instan.

Sebuah perjalanan panjang yang kemudian akhirnya mengantarkan ia mendapatkan kesempatan belajar di Columbia University selama satu semester melalui MoRA Overseas Student Mobility Awards 2023. Tentunya ini bukanlah hal yang mudah persaingan yang cukup ketat, beberapa tahapan yang harus dilewati hingga akhirnya lolos.

Disana ia mengambil empat mata kuliah yang berbeda, mempelajari enterprise risk management yang fokusnya ke IT risk dan IT security, kemudian digital marketing, statistical computing, serta geographic information system.

Baca juga: Indonesia-Singapura Kolaborasi Riset untuk Pembangunan Berkelanjutan dan Perubahan Iklim

“Mempelajari jadi bagaimana caranya memanipulasi dan memvisualisasikan data menggunakan bahasa R, fokusnya kesana karena memang paham programming yang sifatnya data analisis itu penting karena kita sebagai cyber security bisa mengolah data, bisa baca attack patterns dan bisa dilihat pakai data visualisasi dengan menggunakan bahasa pemrograman R,” tutur Alqi.

Ia pun menambahkan jika dalam proyek Geographic Information System, fokusnya bagaimana caranya melihat serangan cyber attack dari mana asalnya, lokasinya dari mana yang ditranslasikan dari IP address menggunakan geo IP ke koordinat sistem. Jadi dapat terlihat latitude dan longitude nya. Untuk GIS sendiri lebih ke mapping cyber attack pattern jadi bisa mengetahui dimana letak para penyerang, apa saja yang harus dilakukan ketika ada serangan.

“Jadi semuanya matkul yang diambil meskipun berbeda itu masih relevan gitu kan,” pungkasnya.

Melihat sisi lain dari Alqi Fahrezi, ternyata ia pun serius menekuni bidang seni bela diri Tarung Derajat, beberapa ajang kompetisi pun ia ikuti PORDA, POPDA KEJURWIL, KEJURDA, Piala Gubernur. Medali perak hingga emas disabetnya. Adapun hal yang melatarbelakangi mengapa akhirnya ia mengikuti bela diri, jadi semasa pendidikan sekolah dasar menjadi korban bullying mendapat kekerasan fisik dari teman temannya.

Sumber Referensi: Wawancara

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

R
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini