37 Tahun Kartun Konpopilan di Harian Kompas: Menghibur Indonesia Tanpa Kata-kata

37 Tahun Kartun Konpopilan di Harian Kompas: Menghibur Indonesia Tanpa Kata-kata
info gambar utama

Bagi Kawan yang rutin membaca koran Harian Kompas tentu tidak asing dengan Kartun Konpopilan yang hadir sekali di akhir pekan setiap minggunya. Bersama beberapa judul lainnya, seperti Panji Koming, Mice Cartoon dan Timun, Konpopilan hadir sebagai hiburan tersendiri bagi para pembaca.

Salah satu keunikan dari Konpopilan jika dibandingkan dengan kartun-kartun lainnya terletak pada penyampaian narasi cerita dalam kartun tersebut. Jika kartun lainnya menggunakan balon kata untuk mendukung penyampaian narasi cerita, Konpopilan hanya menggunakan gambar saja tanpa tambahan kata-kata lewat teks tulisan dalam penggambarannya.

Meskipun demikian, pesan-pesan serta kelucuan yang ditampilkan dalam Kartun Konpopilan tetap bisa tersampaikan kepada para pembaca meskipun hanya mengandalkan tampilan visual saja. Tahukah Kawan, menjelang akhir 2023 ini Kartun Konpopilan sudah memasuki usianya yang ke-37 tahun?

Bagaimana perjalanan panjang kartun ini selama terbit di koran yang didirikan oleh Jakob Oetama dan PK Ojong tersebut?

Baca juga: Perjuangan Kuswanto, Guru yang Rela Jadi 'Manusia Pohon' demi Mencerdaskan Anak Bangsa

Kartun Konpopilan dan Ade R

Terbitan pertama Kartun Konpopilan | Dokumentasi pribadi (Harian Kompas, 30 November 1986)
info gambar

Ade R merupakan sosok dibalik terciptanya Kartun Konpopilan. Kartunis asal Solo ini memang memiliki ketertarikan tersendiri akan kartun visual. Ade R menganggap bahwa kartun visual memiliki tantangan tersendiri dalam penyampaian narasi cerita tetap bisa dipahami oleh para pembaca.

Hal ini juga yang menjadi alasan dibalik bentuk Kartun Konpopilan yang hanya berupa tampilan visual saja. Pada 30 November 1986, kartun dengan judul 'Konpopilan' akhirnya pertama kali terbit di Harian Kompas.

Konpopilan menjadi salah satu kartun generasi awal yang terbit di Harian Kompas yang masih bertahan hingga saat ini. Kartun dengan format serupa sebenarnya sudah muncul dalam Harian Kompas dua minggu sebelumnya, yaitu pada edisi 9 November 1986 dan 16 November 1986. Akan tetapi, kartun tersebut hanya berupa tampilan visual saja tanpa embel-embel judul 'Konpopilan' di dalamnya.

Baca juga: Film Jiwa Jagad Jawi Raih Peringkat 5 pada World Tourism Film Awards di Spanyol

Petani dan Para Satwa

Ketika membahas Konpopilan, tentu belum sah jika tidak membahas sosok petani yang menjadi tokoh utama dalam kartun tersebut. Karena tidak menggunakan kata-kata lewat tulisan dalam penyampaian narasi ceritanya, tidak ada nama khusus yang disematkan pada tokoh petani tersebut.

Tokoh petani ini biasanya disandingkan dengan berbagai macam jenis satwa yang menjadi karakter pendukung dalam kartun ini.

Penggunaan karakter tikus dalam Kartun Konpopilan yang identik dengan pelaku korupsi | Dokumentasi pribadi (Harian Kompas, 13 Desember 2009)
info gambar

Penggunaan satwa sebagai lawan cerita dari tokoh petani ini juga menjadi sebuah hal yang cukup unik. Selain menghadirkan kelucuan lewat interaksinya bersama tokoh petani, penggunaan karakter satwa terkadang juga memiliki beberapa pesan tersirat yang ingin disampaikan dalam kartun tersebut.

Tidak jarang Ade R menggunakan beberapa satwa sebagai simbol yang memiliki makna tertentu dalam Kartun Konpopilan, seperti tikus yang selalu diidentikkan dengan para pelaku korupsi.

Baca juga: Cerita Erupsi Gunung Kelud yang Musnahkan Kejahatan di Pulau Jawa

37 Tahun Menghibur Indonesia

37 tahun tentu tidak menjadi usia yang sebentar dalam perjalan panjang Kartun Konpopilan. Bersama Panji Koming dan Timun, Konpopilan menjadi kartun yang masih bertahan di Harian Kompas sejak masa Orde Baru hingga saat ini. Tidak hanya sekedar menghadirkan kelucuan bagi para pembaca, Kartun Konpopilan juga memotret beberapa peristiwa yang tengah terjadi pada periode waktu tertentu.

Apalagi setelah masa reformasi, Kartun Konpopilan mulai banyak menampilkan realita yang tengah terjadi dalam narasi ceritanya. Salah satu contoh adalah ketika Kartun Konpopilan hadir dalam terbitan khusus Piala Dunia pada 2002.

Jika biasanya Konpopilan terbit untuk koran terbitan Minggu, khusus Piala Dunia 2002 kartun ini juga hadir di tengah pekan. Selain itu, Kartun Konpopilan edisi Piala Dunia 2002 ini juga tampil dengan edisi berwarna, berbeda dengan terbitan lainnya yang hanya berupa gambar hitam putih.

Alhasil, pada periode tersebut para pembaca bisa membaca Kartun Konpopilan dua kali setiap minggunya. Selain itu, Konpopilan juga sering menampilkan fenomena yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dalam kartunnya.

Beberapa fenomena yang pernah ditampilkan dalam Kartun Konpopilan di antaranya ketimpangan sosial, kasus korupsi, hingga wabah Covid-19 yang terjadi beberapa tahun lalu. Semoga memasuki usianya yang ke-37 tahun ini Konpopilan tetap bisa menggelitik perut para pembacanya, sekaligus menjadi refleksi lewat potret peristiwa yang dihadirkan dalam kartun visual tersebut.

Sumber referensi:

  • Penelitian pribadi: Irfan Jumadil Aslam. "Kartun Konpopilan di Harian Kompas 1986-2010: dari Humor ke Kritik." Skripsi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 2021.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

IA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini