3 Fungsi Organisasi Eksternal Kampus sebagai Pembentuk Kepribadian Mahasiswa

3 Fungsi Organisasi Eksternal Kampus sebagai Pembentuk Kepribadian Mahasiswa
info gambar utama

Pernahkah Kawan GNFI mendengar istilah Oreks? Bagi kalian yang belum tahu, kedua istilah itu tak lain merupakan singkatan dari Organisasi Ekstra atau Organisasi Mahasiswa Ekstra.

Definisi ini juga merujuk pada pengertian dari organisasi di luar kampus yang menaungi segala aktivitas kemahasiswaan bertujuan untuk memberikan segala instrumen pendidikan maupun pengalaman di luar akademik kampus, bagi anggota yang berada dalam naungannya.

Organisasi Eksternal kampus di Indonesia sendiri cukup beragam, mulai dari organisasi keislaman seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), dan Ikatan Mahasiswa Muhamadiyyah (IMM).

Organisasi yang menaungi mahasiswa penganut agama Kristen contohnya Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), ataupun yang bersifat umum seperti AIESEC, TED-X, dan masih banyak lagi.

Di balik keberagaman organisasi eksternal kampus yang ada di Indonesia, terkhusus bagi Gen Z sebagai pemeran di era modern ini, justru menganggap organisasi eksternal tidaklah penting. Bahkan, di antara mereka mencemooh bahwa orang-orang yang ikut organisasi justru sulit mendapat kerjaan, lama untuk lulus, dan masih banyak lagi.

Sebetulnya, jika kita mengupas lebih dalam tentang apa itu organisasi eksternal kampus dan bagaimana peran mereka untuk mahasiswa, dapat dikatakan tidak ada organisasi yang tak berguna. Semua organisasi pasti memberikan seperangkat pendidikan, latihan, dan semacamnya untuk para anggotanya.

Hal itu semakin diperkeruh oleh para anggota organisasi yang bersifat etnosentrisme, di mana mereka menganggap hanya kelompok mereka yang benar sementara yang lain salah. Sifat etnosentrisme itu yang menjangkit para anggota yang sebetulnya tidak paham eksistensi dari nilai-nilai organisasi itu sendiri. Contoh saja beberapa kasus bentrokan antar-organisasi hanya karena perbedaan nilai dasar perjuangan atau idealisme masing-masing.

Dengan berbagai macam persoalan yang terjadi itulah Gen Z menilai sebelah mata bahwa organisasi eksternal kampus tidaklah berguna atau hanya membuat sibuk semata. Mereka menggeneralisir satu organisasi hanya dari segelintir oknum yang bersifat negatif saja.

5 Pameran di Yogyakarta yang Buka Selama Musim Liburan, Super Nyeni!

Penulis percaya bahwa setiap organisasi memiliki visi untuk kebaikan, meskipun dalam perjalanannya banyak yang menodai visi tersebut, bukan berarti satu keutuhan cita-cita organisasi menjadi jelek bukan?

Pada pembahasan ini, penulis akan menyampaikan 3 fungsi organisasi ekstra kampus, yakni sebagai berikut:

1. Wadah Intelektual Mahasiswa

Ilustrasi orang membaca buku | Sumber: Pexels/Tima Miroshnichenko
info gambar

Ini menjadi peran paling mendasar dan pasti ada di setiap organisasi. Peran organisasi ekstra kampus sebagai wadah intelektual mahasiswa dapat dicontohkan dengan banyaknya forum-forum diskusi, seminar, maupun latihan anggota untuk mendorong intelektualitas mahasiswa.

Organisasi yang selama ini dilihat sebelah mata hanya berkutat pada aksi turun ke jalan atau demo merupakan sebutir penerapan dari dorongan organisasi untuk bisa berdampak bagi masyarakat luas. Selain daripada itu, organisasi juga memberikan kesempatan anggotanya untuk bisa menulis, membedah buku, berdiskusi, menjadi pembicara, dan masih banyak lagi.

Kalau masih kurang percaya, silakan lihat tokoh-tokoh hebat di negeri ini, tak lain daripada mereka adalah alumni organisasi eksternal kampus.

2. Wadah Pembentuk Mahasiswa

Ilustrasi organisasi

Ilustrasi organisasi mahasiswa | Foto: Pexels/Dio Hasbi Saniskoro

Petualangan ke Asia Tenggara: Liburan Lebih Lama hingga 3 Bulan untuk Para Traveler

Berikutnya merupakan peran organisasi sebagai wadah pembentuk mahasiswa. Ini bersifat universal dan dipastikan selalu ada dalam bentuk organisasi apapun di kampus. Misalnya membentuk kepribadian agar lebih taat kepada Tuhan, membentuk pribadi yang mandiri dan masih banyak lagi.

Organisasi membentuk mahasiswa dari bahan baku yang tak ada nilai menjadi bentuk indah dengan segala value-nya. Karena organisasi menekankan mahasiswa untuk bisa mengatur dirinya sendiri baik dalam kedisiplinan maupun tanggung jawab, mengikuti kegiatan organisasi sebetulnya merupakan simulasi bekerja di sebuah perusahaan.

Anggota organisasi akan dilatih time management (manajemen waktu) maupun task management (manajemen tugas) yang sangat dibutuhkan di dunia kerja. Mahasiswa yang ikut organisasi jelas beda value-nya dengan yang tidak berorganisasi. Kita bisa melihat dari hal-hal kecil bagaimana kemampuan berbicara di depan umum, kemampuan bekerja sama dengan tim, kemampuan memimpin, dan lain-lain.

Sebagai perumpamaan, organisasi merupakan pintu khusus bagi mereka yang ingin membuka wawasan, pengalaman, dan relasi pertemanan yang luas tak seperti mahasiswa pada umumnya.

3. Wadah PrivilegeMahasiswa

Ilustrasi privilege | Foto: Pexels/Brett Sayles

Yang terakhir ini sudah pasti pernah dirasakan oleh demisioner organisasi manapun. Peran organisasi eksternal kampus yang terakhir adalah sebagai wadah privilege mahasiswa. Tak bisa dipungkiri, di segala macam kegiatan yang diadakan kampus pasti mengambil mahasiswa dari organisasi baik intra maupun ekstra, karena sudah pasti mahasiswa yang ikut organisasi memiliki segenap kemampuan seperti yang telah disampaikan sebelumnya.

Tidak hanya kegiatan yang ada di dalam kampus, lebih dari itu seperti kepanitiaan, volunteer, magang, dan semacamnya dapat diraih melalui pintu organisasi yang terbuka luas. Banyak acara atau kegiatan yang dihadiri orang-orang penting tak bisa kita dapatkan informasinya di laman media sosial. Itu karena akses untuk bisa mendapatkannya hanya diperuntukkan untuk organisasi-organisasi mahasiswa ataupun komunitas.

Wisata Pantai Terbaik di Belitung yang Cocok Jadi Pilihan Saat Liburan

Ketika mahasiswa berada di semester akhir pun, tak sulit seharusnya untuk menyusun skripsi ataupun penelitian, karena di organisasi seringkali bertukar tips agar tugas akhir bisa lulus dari dosen penguji.

Dari yang telah disampaikan kita dapat mengambil kesimpulan bahwa baik buruknya anggota organisasi itu kembali kepada setiap individu, semua organisasi bertujuan baik dan untuk kebaikan. Maka, tinggal bagaimana kita sebagai anggota yang masuk ke organisasi dapat mengambil kesempatan, keuntungan, dan kebermanfaatan sebanyak-banyaknya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini