Optimisme Generasi Muda Bangsa Tahun 2023: Lentera Harapan Masa Depan Indonesia

Optimisme Generasi Muda Bangsa Tahun 2023: Lentera Harapan Masa Depan Indonesia
info gambar utama

Berbicara mengenai generasi muda, tentu terlintas dalam pikiran Kawan terkait dengan agen perubahan untuk masa depan suatu bangsa. Generasi muda Indonesia tidak hanya menjadi sekelompok pengamat pasif saja yang hanya menonton berbagai isu yang ada di negaranya, melainkan mereka dapat berperan menjadi agen yang ikut berkontribusi dalam perubahan masa depan menjadi lebih baik dengan keterlibatan aktifnya. Salah satunya melalui keterlibatan aktif dalam Survei Indeks Optimisme Generasi Muda Indonesia.

Survei Indeks Optimisme Generasi Muda Indonesia merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Good News From Indonesia (GNFI) sejak tahun 2018. Dan pada tahun 2023 ini, GNFI bekerjasama dengan Lembaga Survei Populix untuk melaksanakan survei tersebut.

Tujuan GNFI mengadakan survei ini untuk mengukur tingkat optimisme para generasi muda terhadap masa depan Indonesia dan alasan yang melatarbelakanginya dilihat dari berbagai aspek kehidupan, mulai dari Pendidikan dan Kebudayaan, Kebutuhan Dasar, Ekonomi dan Kesehatan, Kehidupan Sosial, Politik dan Hukum, serta di tahun ini ditambah dengan aspek Lingkungan dan Pemilu karena menjadi isu yang paling banyak diangkat.

Kegiatan Survei Indeks Optimisme penting untuk dilakukan karena memiliki manfaat bagi para perencana kebijakan pemerintah dan lembaga masyarakat lainnya di masa depan, memudahkan dalam menentukan peluang atau tantangan yang ada untuk masa depan bangsa, serta dapat juga dijadikan evaluasi untuk kebijakan-kebijakan yang memiliki optimisme rendah.

Viral Siswa SD di Sidoarjo Tidur Siang di Kelas, Ternyata Banyak Manfaatnya

Survei Indeks Optimisme Tahun 2023 dilaksanakan pada 10-17 Oktober 2023 dengan jumlah respondennya sebanyak 1.289 orang dengan kisaran usia 17-40 tahun (42% Gen Z usia 17-24 tahun dan 58% Gen Y usia 24-40 tahun) yang mana sebanyak 52% nya didominasi oleh perempuan.

Berdasarkan sebaran responden, Jawa menduduki peringkat atas dengan jumlah responden mencapai 60% atau setara dengan 784 responden yang ikut berpartisipasi. Hasil survei menunjukkan bahwa indeks tertinggi diduduki oleh aspek Pendidikan dan Kebudayaan yang memiliki angka 8,55 dari 10 dan indeks yang paling rendah adalah aspek Politik dan Hukum dengan angka 5,72 dari 10 (di bawah rata-rata indeks optimisme Indonesia).

Jika dilihat dari tahun ke tahun, rata-rata indeks optimisme Indonesia sedikit mengalami peningkatan dibandingkan dengan 2 tahun sebelumnya (tahun 2021 dan 2022) yang berada di angka 7,2 dari 10, lalu meningkat indeks optimismenya ke skala angka 7,7 dari 10 pada tahun 2023, meskipun posisi politik dan hukum dari tahun ke tahun masih stuck di bawah rata-rata indeks optimisme Indonesia.

Hasil survei menunjukkan kabar baik bagi bangsa Indonesia karena membuktikan bahwa para generasi muda memiliki kepedulian yang tinggi terhadap masa depan bangsa, terutama dalam aspek Pendidikan dan Kebudayaan serta di posisi kedua ada Kebutuhan Dasar.

Dilihat dari sisi gender, data survey menunjukkan bahwa perempuan lebih cenderung optimis daripada laki-laki pada aspek Pendidikan dan Kebudayaan (terutama optimis bahwa kuliner Indonesia bisa diterima dunia) serta Kehidupan Sosial yang berada di urutan ke-empat hasil indeks optimisme (optimis bahwa semua memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang. Namun, pesimis dalam unsur etika bermedia sosial masyarakat ke depan menjadi lebih baik).

Kemudian, jika dilihat dari sisi usia, ternyata Gen Z lebih optimis pada aspek ekonomi dan kesehatan (optimis dapat memperoleh akses layanan kesehatan yang lebih layak, namun pesimis dalam dunia kerja terutama bagi mahasiswa dan responden yang belum bekerja), sedangkan generasi milenial lebih optimis pada aspek kebutuhan dasar, yakni optimis dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, dan kebutuhan gizi pasangannya serta anaknya daripada kebutuhan dirinya sendiri.

Hasil survei bagaikan dua sisi koin, yang mana artinya di satu sisi hasil tersebut membawa kabar baik bagi bangsa karena optimisnya generasi muda terhadap isu-isu atau aspek-aspek yang ada, namun di sisi lain membawa kabar tidak cukup baik dan harus diperhatikan lebih karena rendahnya optimisme generasi muda terhadap politik dan hukum di Indonesia, terutama pada unsur berkurangnya korupsi di masa depan.

Melihat Teknologi PT PAL Indonesia dalam Pemeliharaan SPM untuk Berlabuhnya Kapal Tanker

Pesimisnya generasi muda terhadap masa depan politik dan hukum di Indonesia jika tidak segera ditangani oleh para pemangku kepentingan tentu akan mengancam stabilitas bangsa Indonesia dan ini masih menjadi ‘PR’ bagi para pemangku kepentingan untuk membangun kembali kepercayaan masyarakat Indonesia demi masa depan Indonesia yang lebih baik.

Survei juga menunjukkan bahwa penyebab pesimisnya generasi muda terhadap aspek politik dan hukum karena ada permasalahan utama, yakni masih tingginya permasalahan KKN atau Korupsi Kolusi dan Nepotisme serta masih adanya permasalahan hukum terkait dengan penegakan hukum yang tidak adil dan selalu ada keberpihakan di satu sisi saja.

Meskipun indeks politik dan hukum rendah, tetapi pada aspek Pemilu masih cenderung cukup optimis, yakni dengan indeks 7,0 dari 10. Para generasi muda masih optimis bahwa mereka dapat memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi, namun disisi lain sebenarnya juga masih ada kekhawatiran terkait penyelenggaraan pemilu yang tidak jujur atau tidak adanya transparansi.

Dinamika yang terjadi di kalangan generasi muda inilah yang kemudian menjadi sesuatu menarik untuk didiskusikan oleh para inisiator perubahan yang expert di bidangnya masing-masing, yakni salah satunya adalah adanya Diskusi Peluncuran Hasil Survei Optimisme Generasi Muda Indonesia yang dilaksanakan pada 14 November 2023.

Diskusi Peluncuran Hasil Survei Optimisme Generasi Muda 2023

Diskusi ini diikuti oleh beberapa kawan diskusi sebagai narasumber, yakni pertama ada Ilham Saputra, seorang Komisioner KPU 2017-2022, yang memaparkan terkait ke-kompleksitasan pemilu di Indonesia sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi bangsa.

Melihat hasil survei yang menunjukkan rendahnya optimisme generasi muda pada politik dan hukum, membuat Ilham merasa khawatir apabila banyak para generasi muda yang golput. Ia berharap agar para generasi muda mampu melek politik karena mereka menjadi agen perubahan dan penentu masa depan bangsa Indonesia akan dipimpin oleh siapa.

Asam Sulfat Sangat Berbahaya! Ini Bedanya dengan Asam Folat

Selanjutnya, ada Rinaldi Nur Ibrahim sebagai Founder Youth Ranger Indonesia yang memaparkan terkait pentingnya peran generasi muda bagi masa depan bangsa. Adanya wadah atau komunitas seperti Youth Ranger Indonesia ini diharapkan dapat membentuk generasi muda yang selalu optimis terhadap masa depan bangsa. Kawan diskusi yang ketiga adalah Devie Rahmawati sebagai dosen dan peneliti yang aktif dalam literasi digital.

Devie memaparkan pentingnya pengelolaan media yang memberikan berita-berita positif dan tidak hoax, terutama pada aspek politik dan hukum, tentu akan membantu para generasi muda bisa lebih optimis terhadap masa depan politik dan hukum di Indonesia. Kawan diskusi yang terakhir adalah Timothy Asthandu sebagai CO-Founder dan CEO Populix.

"Semoga tiap tahun tingkat optimisme generasi muda Indonesia meningkat, tidak hanya tingkat optimismenya yang meningkat, tapi permasalahannya juga makin menurun", papar Timothy dalam closing statement diskusi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini