Pemandian Alam Banyubiru, Pemandian Kuno Sejak Zaman Belanda

Pemandian Alam Banyubiru, Pemandian Kuno Sejak Zaman Belanda
info gambar utama

Pemandian Alam Banyubiru yang terletak di Desa Sumberejo, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, menjadi salah satu destinasi wisata favorit warga Kabupaten Pasuruan dan sekitarnya. Pemandian ini tidak hanya menyuguhkan sumber mata air yang jernih berwarna biru, tetapi juga pemandangan alam yang bisa dinikmati untuk bersantai bersama keluarga, kerabat, dan teman.

Selain wisata alam, adapun beberapa fasilitas lain yang disediakan, antara lain taman bermain untuk anak-anak, lapangan tenis, dan tempat pameran arca-arca.

Pemandian Alam Banyubiru dahulu dikenal dengan nama Telaga Wilis. Namun, karena airnya yang berwarna biru jernih akhirnya diganti dengan nama Banyubiru. Menurut penelusuran wartabromo.com, pemandian ini sudah ada sejak zaman Belanda. Berawal dari dua prajurit Kerajaan Majapahit bernama Mbah Kebut dan Mbah Tombro yang melarikan diri dari kerajaan, pergi ke arah selatan.

Kunjungan Wisman Per Oktober Kian Mendekati Target Kunjungan Indonesia pada 2023

Masing-masing dari mereka membawa barang yang dibawa dari kerajaan. Mbah Kebut membawa keris pusakanya karena beliau adalah empu terbaik di Kerajaan Majapahit, sedangkan Mbah Tombro membawa dua ekor kerbau karena beliau juga seorang petani.

Saat menelusuri perjalanan menuju ke selatan, tiba-tiba mereka terdampar di daerah hutan belantara di wilayah Pasuruan. Di wilayah inilah Mbah Kebut dan Mbah Tombro akhirnya memutuskan untuk menetap dan memulai kehidupan baru yang kemudian diikuti oleh rombongan prajurit lainnya.

Mereka mulai dengan membabat hutan untuk dijadikan area pemukiman. Mereka juga bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Mbah Kebut bekerja sebagai pengrajin keris, sedangkan Mbah Tombro bekerja sebagai petani.

Suatu hari, Mbah Tombro tidak mendapati keberadaan dua kerbau peliharaannya. Tidak lama kemudian, beliau menemukan kedua kerbaunya sedang berkubang di dalam kolam berlumpur. Namun, tampak ada kejanggalan yang dialami kerbau-kerbaunya.

Kerbau-kerbau tersebut tidak dapat bergerak karena terperangkap oleh kubangan lumpur. Mbah Tombro kemudian mencari cara agar kerbau-kerbaunya bisa keluar dari kubangan lumpur dengan bantuan dua rombongan untuk menarik keluar dari kolam. Sayangnya, upaya tersebut belum juga berhasil.

Menanti Piala Dunia Datang Lagi ke Indonesia, Akankah Terwujud?

Beliau kemudian mengambil empat tangkai daun keladi yang kemudian dikibas-kibaskan tepat di depan kerbau-kerbaunya. Akhirnya kedua kerbau tersebut dapat bergerak merangkak naik dari kolam dan berhasil keluar dari kubangan lumpur.

Tepat di tempat kedua kerbaunya berkubang, tiba-tiba muncul sumber mata air jernih berwarna biru yang perlahan memenuhi isi kolam. Muncul pula ikan-ikan berukuran cukup besar di sela-sela bebatuan yang terdapat di dalam kolam. Ikan-ikan tersebut dikenal dengan nama Ikan Sengkaring atau Ikan Tombro.

Banyak masyarakat sana yang mempercayai bahwa siapapun yang mengambil Ikan Sengkaring atau Ikan Tombro yang ada di kolam akan mendapat malapetaka. Dilansir dari pasuruankab.go.id, konon pada masa itu, kolam ini dipergunakan untuk pemandian Raja Hayam Wuruk dan anggota kerajaan lainnya saat dalam perjalanan menuju Lumajang. Kolam tersebut dibagi menjadi dua bagian, yakni pemandian untuk raja dan pemandian untuk prajurit.

Adanya sumber mata air yang jernih ini kemudian diketahui oleh Bupati Pasuruan bernama Raden Adipati Nitiningrat. Bupati Pasuruan kemudian bekerja sama dengan Belanda, P. W. Hoplan, untuk menjadikan kolam tersebut sebagai pemandian umum.

Di sekitar kolam juga dibangun beberapa taman untuk mempercantik daerah sekitar pemandian. Beberapa arca-arca dan beberapa situs purbakala juga didatangkan dari Singosari sebagai pelengkap.

Pada masa itu, di Pemandian Alam Banyubiru juga sering diadakan pertandingan olahraga seperti polo air, renang, dan lain sebagainya. Sejak saat itu Pemandian Alam Banyubiru banyak dikunjungi oleh wisatawan baik dari dalam maupun luar daerah Kabupaten Pasuruan hingga saat ini.

Populasi Lebah di Hutan Indonesia Menurun, Jadi Ancaman bagi Manusia?

Referensi :

  • Wartabromo.com. Menelisik Sejarah Mistis Banyubiru. https://www.wartabromo.com/2019/01/27/menelisik-sejarah-mistis-banyubiru/2/
  • Pasuruankab.go.id. Segarnya Alam, Segarnya Banyu Biru. https://www.pasuruankab.go.id/isiberita/segarnya-alam-segarnya-banyu-biru-

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini