5 Fakta Menarik dari Hasil Peluncuran Survei Optimisme Generasi Muda 2023

5 Fakta Menarik dari Hasil Peluncuran Survei Optimisme Generasi Muda 2023
info gambar utama

Secara rutin sejak 2018, Good News From Indonesia (GNFI) telah memantau optimisme anak muda terkait 5 aspek penting, yakni pendidikan dan kebudayaan, kebutuhan dasar, ekonomi dan kesehatan, kehidupan sosial, serta politik dan hukum.

Survei Optimisme ini awalnya dilatarbelakangi oleh kesadaran betapa pentingnya tingkat optimisme generasi muda terhadap masa depan Indonesia. Selain itu, GNFI juga berharap adanya Survei Optimisme berkelanjutan ini bisa jadi acuan bagi para pembuat kebijakan dalam pemerintahan, korporasi, serta lembaga masyarakat lainnya.

Tahun ini bersama Populix, GNFI kembali melakukan Survei Optimisme terhadap generasi muda Indonesia. Dengan jumlah responden 1289 orang yang tersebar di seluruh negeri, indeks optimisme yang didapatkan menguak fakta-fakta menarik. Berikut 5 insight menarik dari hasil Survei Optimisme Generasi Muda Indonesia 2023 yang Kawan harus tahu banget:

1. Paling Pede di Sektor Pendidikan dan Kebudayaan

Indeks tertinggi diungguli oleh dimensi pendidikan dan kebudayaan. Optimisme perempuan pada aspek ini cenderung lebih tinggi, sedangkan jika berdasarkan usia, gen z yang paling optimis pada aspek pendidikan dan kebudayaan dibanding generasi lainnya.

Skor "kuliner Indonesia dapat diterima dunia" memimpin dengan angka tertinggi di sektor ini, yakni 9.04. Disusul oleh skor tertinggi di posisi kedua, 8.72 yakni soal perolehan akses pendidikan berkualitas untuk keluarga, hasil yang menandakan anak muda ternyata menaruh kepercayaan besar pada kualitas pendidikan di negeri ini.

“Anak-anak muda Indonesia sangat bangga terhadap budayanya, termasuk percaya bahwa kuliner kita punya potensi untuk dapat dikenal oleh dunia. Sementara di bidang IPTEK tidak seyakin itu. Mungkin, generasi muda Indonesia saat ini merasa sains kita tidak kuat dan belum mampu berinovasi. Boleh dibilang ini adalah stereotype, tapi ini menjadi persepsi anak-anak muda Indonesia dalam sektor pendidikan dan kebudayaan.” terang Timothy Astandu, CEO & Co-Founder Populix.

Indonesia Tourism Fund Segera Diluncurkan untuk Gelaran Event Berkelas Dunia

2. Yakin Bisa Membeli Rumah Sendiri di Masa Depan

Rumah sebagai salah satu dari 3 kebutuhan utama manusia merupakan kebutuhan yang paling sulit dipenuhi dibanding kebutuhan pangan dan sandang. Meski sering dilabeli generasi boros dan sulit menabung, optimisme generasi muda untuk membeli rumah sendiri terbilang tinggi. Sebanyak 85% yakin mampu beli rumah atau tempat tinggal sendiri di masa depan.

Sementara itu, harga rumah yang terus naik tiap tahunnya tidak sinkron dengan indeks optimisme anak muda yang dipaparkan. Untuk itu, demi mewujudkan keyakinan tersebut pemerintah harus mengupayakan setiap tingkatan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan papan mereka. Dengan demikian, harga rumah yang terus melambung tidak jadi halangan bagi anak muda untuk punya rumah sendiri.

Upaya tersebut tidak bisa hanya melalui program yang berkaitan seputar rumah saja, tetapi latar belakang anak muda seperti pekerjaan dan pendidikan juga berperan besar menentukan kemampuan mereka ke depannya dalam membeli hunian sendiri di masa mendatang.

3. Masih Banyak yang Insecure Soal Pekerjaan

Meski banyak responden nonmahasiswa yang belum bekerja optimis akan dapat pekerjaan yang diinginkan, masih banyak responden mahasiswa yang belum bekerja kurang yakin bisa diterima di dunia kerja. Hasil ini tentunya tidak lepas dari fakta terkait jumlah pengangguran di Indonesia yang masih tinggi.

Per Februari 2023, BPS menyebut 5,59% pengangguran berasal dari perguruan tinggi. Walaupun sudah mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, masalah pengangguran bergelar sarjana ini harus terus ditinjau.

Daripada diberikan solusi seperti penambahan lapangan pekerjaan dan sejenisnya, perbaikan sistem pendidikan dan sistem rekrutmen kerja akan lebih berdampak.

Misalnya, banyak kurikulum, metode pembelajaran, kualitas dosen yang tidak sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Lalu untuk sistem rekrutmen, banyak perusahaan yang ingin merekrut karyawan yang memiliki kualifikasi serba bisa di luar titel pekerjaan.

Hal-hal seperti inilah yang membuat mahasiswa, khususnya yang belum bekerja sedikit kurang yakin bisa mendapatkan pekerjaan.

Mengenal Kolintang, Alat Musik Pukul Unik dari Sulawesi Utara

4. Lumayan Pesimis Soal Etika Bermedia Sosial

Dari banyaknya hal memiliki indeks optimisme tinggi, etika bermedia sosial yang baik sepertinya bukan salah satunya. Etika bermedia sosial yang baik memperoleh indeks optimisme sebesar 6.97 atau cenderung pesimis. Kritisnya generasi muda terhadap masalah ini karena masih banyaknya pengguna media sosial yang tidak sopan di internet.

Menurut Pengamat Sosial dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati, etika bermedia sosial netizen Indonesia bisa jadi kurang sopan disebabkan oleh beberapa hal. Devie menjelaskan bahwa biasanya secara offline manusia terikat oleh batas-batas kultural. Namun, saat di ruang digital batas tersebut bisa hilang karena dunia maya memungkinkan orang-orang tampil secara anonim.

Kemudian, penampakkan diri secara anonim itulah yang membuat seseorang bisa jadi sangat tidak sopan, karena merasa bisa menembus batas-batas kultural tersebut tanpa diketahui identitasnya.

5. Ragu Korupsi di Masa Depan Akan Berkurang

Secara garis besar sektor politik dan hukum menerima skor indeks terendah, yakni 5.72. Dari tiga aspek yang ditanyakan, publik paling pesimis soal "berkurangnya korupsi di masa depan". Alasan utama dibalik tingginya pesimisme terkait masalah ini ialah persepsi bahwa praktik korupsi masih langgeng di Indonesia sejak dulu hingga sekarang.

Selain persoalan korupsi, rasa pesimis anak muda juga mengarah pada aspek penegakan hukum yang tidak diskriminatif di Indonesia. Responden masih ragu sebab hukum di Indonesia seringkali berpihak pada penguasa daripada rakyat biasa.

Akibat keraguan yang berkelanjutan itu, tahun ini pun skor yang diperoleh aspek penegakan hukum ini tak jauh berbeda dibanding tahun lalu, masih sama-sama rendah.

Resmi Beroperasi, Jembatan Penyebarangan Stasiun Bojonggede Habiskan Rp18,33 Miliar

Komisioner Komisi Pemilihan Umum periode 2017-2022, Ilham Saputra, menyatakan bahwa pesimisme anak muda terkait politik dan hukum sebenarnya merupakan sebuah optimisme tersirat, karena dibalik itu mereka sangat perhatian terhadap isu KKN.

Ia menambahkan kondisi tersebut adalah kesempatan bagus untuk dijadikan ajang mendorong kesadaran anak muda dalam berpolitik. Ilham berharap, kesadaran politik itu dipergunakan dengan baik dalam memilih pemimpin pada pemilu nanti, sebab nasib Indonesia ke depannya ditentukan dari memilih pemimpin yang tepat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MD
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini