Mengenal Kolintang, Alat Musik Pukul Unik dari Sulawesi Utara

Mengenal Kolintang, Alat Musik Pukul Unik dari Sulawesi Utara
info gambar utama

Apakah Kawan GNFI pernah mendengar tentang alat musik kolintang?

Mungkin sebagian dari kita sudah pernah mendengar namanya tetapi belum mengenal lebih lanjut soal alat musik yang satu ini.

Terdiri dari serangkaian gong kecil yang diposisikan secara berurutan, setiap getaran kolintang membawa pesan dalam alunan bunyinya tentang kearifan lokal akan kekayaan budaya di Nusantara.

Supaya kita bisa mengenal alat musik yang satu ini, mari kita ketahui lebih lanjut mengenai kolintang.

Talempong dan Bonang: Alat Musik Serupa dari Dua Kebudayaan Berbeda

Kolintang Berasal dari Mana?

Kolintang, instrumen musik asal Sulawesi Utara, memiliki sejarah yang mencapai abad ke-16.

Awalnya, alat musik ini dibuat dengan bahan kayu sederhana seperti kelapa atau waru, namun kini berkembang menggunakan kayu lokal ringan dan kuat seperti telur, wenuang, cempaka, dan waru.

Terkait penggunaannya, alat musik ini awalnya digunakan untuk mengiringi upacara adat dan ritual keagamaan. Namun, seiring berjalannya waktu, kolintang juga mulai digunakan untuk mengiringi berbagai acara, seperti pesta pernikahan, perayaan hari besar, dan pertunjukan seni.

Bilah-bilah kayu kolintang disusun secara berderet di atas bak kayu, yang berfungsi sebagai resonansi, dan dipukul dengan alat pukul terbuat dari kayu atau rotan. Dalam penyusunan nada, bilah kayu kolintang diatur berurutan dari nada rendah ke nada tinggi.

Ragam Alat Musik Tradisional Sulawesi Tenggara yang Dahulu Pernah Populer

Cara Memainkan Kolintang

Kolintang dimainkan dengan cara dipukul menggunakan alat pukul yang disebut mallet. Mallet ini terbuat dari kayu atau rotan, dan bagian ujungnya dibalut dengan kain atau benang.

Terdapat tiga jenis mallet yang digunakan dalam permainan kolintang, antara lain:

  • Mallet nomor 1 digunakan untuk memainkan nada rendah, dengan kepala yang besar dan berat.
  • Mallet nomor 2 digunakan untuk memainkan nada sedang, memiliki kepala yang sedang dan berat.
  • Mallet nomor 3 digunakan untuk memainkan nada tinggi, dengan kepala yang kecil dan ringan.

Pemain kolintang umumnya memegang mallet dengan cara menggenggam di antara jari-jari. Mallet nomor 1 dipegang menggunakan tangan kiri, sementara mallet nomor 2 dan 3 dipegang dengan tangan kanan.

Selanjutnya, pemain menempatkan tangan kirinya di atas bak kolintang, dengan mallet nomor 1 di antara jari-jarinya. Tangan kanan pemain diletakkan di atas bak kolintang, dengan mallet nomor 2 dan 3 di antara jari-jarinya.

Untuk menghasilkan nada yang dinamis, pemain dapat memukul bilah-bilah kayu dengan kekuatan yang berbeda-beda. Pukulan yang kuat akan menghasilkan nada yang keras, sedangkan pukulan yang lemah akan menghasilkan nada yang lembut.

Pemain kolintang juga dapat menggunakan teknik-teknik tertentu untuk menghasilkan berbagai macam suara, seperti suara yang bergema, suara yang melengking, atau suara yang lembut.

Mengenal 5 Alat Musik Tradisional Indonesia yang Belum Banyak Diketahui

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini