Lompat Batu di Nias, Kalau Gagal Dianggap Belum Dewasa?

Lompat Batu di Nias, Kalau Gagal Dianggap Belum Dewasa?
info gambar utama

Indonesia memang memiliki beragam budaya dan tradisi dari setiap suku atau daerahnya. Namun, tahukah Kawan tentang tradisi yang didapati dari Nias? Btw, daerah ini terletak di Provinsi Sumatra Utara, tepatnya berjarak kurang lebih 85 mil laut dari Sibolga. Nias juga merupakan daerah kepulauan yang mempunyai 27 pulau kecil, di antaranya 11 pulau berpenduduk, sementara 16 lainnya tidak dihuni.

Luas pulau Nias menyita 4,88% wilayah Sumatra Utara, tepatnya sebesar 3.495,40 km2. Posisinya persis di sebelah barat Pulau Sumatra dan dikelilingi oleh Samudera Hindia.

Nias adalah salah satu suku yang masih menjunjung tinggi adat dan kebudayaan. Sampai-sampai, ada hukum adat Nias yang akan mengatur segala hal terkait kehidupan pengikut sukunya mulai dari lahir sampai kematian. Hukum adat tersebut secara umum disebut Fondrako.

Nah, suku Nias memiliki tradisi bernama “Lompat Batu” atau dalam bahasa mereka disebut “Fahombo Batu”. Ini menjadi satu ciri khas unik darinya yang tidak ada di suku lain.

Tradisi Seba: Ungkapan Syukur dan Terima Kasih Suku Baduy

Tidak Dilakukan oleh Semua Suku Nias

Meski asalnya dari Nias, tapi bukan berarti semua orang yang bersuku Nias pasti melakukannya, melainkan hanya yang berada di Nias Selatan. Alasannya karena perbedaan budaya yang diwarisi oleh nenek moyang tiap daerah berbeda. Selain itu, tradisi ini juga hanya dilakukan oleh laki-laki.

Sejarah Tradisi Lompat Batu

Setiap tradisi yang dilestarikan sudah pasti bukan tanpa alasan. Sama halnya dengan Lompat Batu ini, tidak semata-mata dilakukan untuk kesenangan belaka. Jadi, pada zaman di mana perang antarwilayah masih terjadi, ada situasi yang membuat orang-orang di sana harus memanjat pagar yang tingginya mencapai dua meter untuk melewati benteng lawan.

Oleh karena itu, seleksi yang ditetapkan masyarakat dalam penerimaan prajurit raja wajib bisa melompati bambu yang setinggi dua meter pula. Atau bisa juga menggunakan material lain yaitu berupa batu setebal 40 cm yang disusun sampai mencapai 2-3 meter.

Cara itu dianggap sebagai tolok ukur bahwa seorang laki-laki sudah dewasa dan matang secara fisik. Itu sebabnya meski zaman peperangan telah berakhir, Lompat Batu diteruskan untuk menandai remaja yang menginjak dewasa.

Tradisi Religi "BABURDAHAN" yang jarang terdengar

Pelaksanaan Lompat Batu

Seorang laki-laki yang telah berhasil melakukan lompat batu akan merasa bangga, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga bagi keluarganya. Hal itu dibuktikan dengan penyembelihan beberapa ekor ternak sebagai bukti kesyukuran atas keberhasilan yang diperoleh anaknya.

Dalam mencapai keberhasilan, akan ada usaha yang harus dilakukan. Maka, sejak umur 7 tahun anak laki-laki akan berlatih. Langkah awalnya menggunakan tali yang diikat di masing-masing tiang yang ditancapkan ke tanah. Selanjutnya disediakan juga batu tumpuan untuk lebih mudah melompatinya.

Latihan itu pun dilakukan secara bertahap, dimulai dari yang terendah, dan perlahan ketinggiannya ditambah sampai seorang remaja sudah benar-benar mampu. Jadi, tidak sembarang dilakukan karena akan ada resiko patah tulang.

Akan tetapi, ada juga yang percaya bahwa keberhasilan Lompat Batu tidak murni dari sebuah latihan, melainkan ada campuran unsur magis dari berkat yang diberikan oleh roh leluhur dari pelompat batu sebelumnya yang sudah meninggal.

Pelaksanaan Lompat Batu juga tidak dilakukan dengan waktu yang diinginkan kapan saja. Melainkan disepakati oleh masyaseserakat. Sedangkan tempatnya juga demikian, ada lokasi khusus yang telah ditetapkan di setiap kampung yang dipakai secara turun-temurun.

Pada saat sudah tiba waktunya untuk dilakukan lompat batu, para warga kampung akan beramai-ramai datang untuk menyaksikannya. Remaja yang menjadi peserta diharuskan memakai pakaian yang dianggap sebagai baju pejuang Nias.

Kini Lompat Batu tidak hanya dijadikan sebagai tradisi, tapi juga dilakukan untuk menarik minat wisatawan lokal dan mancanegara.

Budaya yang Lahir Dari Rasa Syukur : Tradisi Ba'dha di Desa Dukuh Sawah

Referensi:

  • https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=1828
  • https://indonesia.go.id/kategori/komoditas/983/tak-sekadar-lompat-batu-biasa?lang=1

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini