Kisah Kalimalang, Kali Buatan yang Berikan Berkah Puluhan Tahun untuk Warga Bekasi

Kisah Kalimalang, Kali Buatan yang Berikan Berkah Puluhan Tahun untuk Warga Bekasi
info gambar utama

Berbeda dari sungai alam di Jawa Barat yang mengalir dari selatan ke utara, Kalimalang mengalir dari timur ke barat. Kali buatan yang diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 26 Agustus 1967 ini menjadi saksi sejarah perubahan peradaban di Kota Bekasi.

Kalimalang memalang sejumlah sungai alam, seperti Sungai Cirata, Sungai Bekasi, dan Sungai Cakung. Kini, kali sepanjang 71 kilometer itu tengah menanti perubahan di tengah perubahan kota.

Geger Penemuan Cadangan Minyak 92,79 Juta Barel di Tambun Bekasi

“Disebut Kalimalang karena dia mengalir memalangi kali alam. Posisi kali tersebut berada di atas kali alam, yang kemudian menyatu. Tetapi, prinsipnya dia ada di atas kali alam,” kata pemerhati sejarah Ali Anwar yang dimuat Kompas.

Kalimalang juga terhubung dengan Waduk Jatiluhur, Purwakarta, dan membentang melintasi Karawang, Bekasi, hingga Cawang, Jakarta Timur. Peresmian kali itu dilakukan bersamaan dengan peresmian Waduk Jatiluhur.

Gotong royong

Kalimalang dibangun pada zaman Presiden Soekarno tahun 1957 dan ditargetkan rampung tahun 1962. Tetapi, karena persoalan teknis dan situasi politik di dalam negeri, penyelesaian proyek itu molor.

Meski saat itu di Bekasi telah ada Sungai Bekasi, warga antusias memberikan lahannya secara cuma-cuma untuk pengerjaan proyek Kalimalang. Hal ini menjadi wujud karakter bangsa Indonesia, termasuk Bekasi yang dikenal dengan jiwa gotong royong.

Misteri Asal-usul Nama Bekasi, Bagian dari Bulan atau Gabungan 280 Tanah?

Pembangunan Kalimalang merupakan kebijakan pemerintah untuk memenuhi pasokan air baku bagi warga Jakarta. Tahun 2018, pasokan air baku sebanyak 725 meter kubik bagi warga Jakarta disuplai dari aliran air di Kalimalang.

Kali itu juga berfungsi sebagai saluran irigasi, termasuk mengaliri area persawahan warga Bekasi. Sejak diresmikan, Kalimalang telah membawa keberkahan bagi para petani di daerah Bekasi.

“Sejak ada Kalimalang, hasil panen warga meningkat. Awalnya mereka hanya panen sekali setahun, meningkat menjadi dua hingga tiga kali setahun,” ucap Ali.

Awal pencemaran

Stefanus Ato dalam Kalimalang, Penanda Perubahan Peradaban menjelaskan sejak berfungsi setengah abad lalu, air Kalimalang mengalir dengan sangat jernih. Saking jernihnya, air kali ini bahkan berkilau ketika terpapar sinar matahari.

“Situasi itu tentu berbeda dengan saat ini,” katanya.

Dikatakannya pada 22 April 2019 di tepi Kalimalang, dekat Kampus Unisma, Kota Bekasi, air mengalir perlahan. Dilihatnya seorang perempuan setengah baya duduk di beton salah satu saluran itu untuk mencuci pakaian.

KH. Masturo, Ulama Perintis Muhammadiyah di Bekasi yang Kini Jadi Nama Jalan

Tidak jauh dari perempuan itu, jelasnya, sejumlah pria sibuk memberikan tubuh yang berlumpur. Di balik aktivitas sejumlah warga sore itu, aliran air Kalimalang dipenuhi sampah eceng gondok, sampah plastik, daun kering, dan bangkai tikus.

“Saya sudah hampir setengah tahun ini mandi dan cuci pakai air kali ini. Tak ada apa-apa, kulit saya cocok,” kata Maban.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini