Kisah Raden Budog dan Sri Poh Haci dalam Legenda Tanjung Lesung

Kisah Raden Budog dan Sri Poh Haci dalam Legenda Tanjung Lesung
info gambar utama

Tahukah Kawan, Pantai Tanjung Lesung? Destinasi wisata di ujung barat Pulau Jawa ini memiliki pantai dengan pasir putih dan air laut yang jernih. Keindahan alamnya menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Namun dibalik keindahan alamnya, tersimpan kisah kelam yang telah menjadi legenda masyarakat Banten. Legenda tersebut dikenal dengan Legenda Tanjung Lesung.

Legenda Tanjung Lesung

Konon pada zaman dahulu ada seorang pengembara yang gagah dan tampan bernama Raden Budog. Suatu hari usai dia berlelah-lelah bermain di pantai, dia memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon ketapang, hingga akhirnya dia pun tertidur pulas. Dalam tidurnya dia bermimpi bertemu dengan gadis yang sangat cantik, seolah itu nyata baginya.

Berhari-hari dia selalu dibayangi oleh sosok gadis cantik dalam mimpinya itu. Akhirnya dia memutuskan mengembara ke utara untuk mencari keberadaan gadis impiannya tersebut dengan ditemani anjing dan kuda peliharaannya.

Wakatobi Percantik 4 Destinasi Wisata, Nilai Proyek Rp96 Miliar

Raden Budog memacu kudanya di tengah jalan yang terjal. Namun tiba-tiba kudanya terjatuh, dan Raden Budog pun jatuh berguling-guling bersama kudanya. Anjingnya pun menggonggong dan berlari ke arahnya. Kemudian Raden Budog beserta kuda dan anjingnya memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil menyantap perbekalannya di Gunung Walang (sekarang Kampung Cimahpar).

Ketika dirasa cukup, dia melanjutkan perjalanan menuju ke pesisir Pantai Cawar. Di Pantai Cawar dia menerjunkan dirinya ke dalam air laut yang jernih. Dia juga membilas sekujur tubuhnya di muara pantai. Setelah itu, dia menghampiri kedua hewan peliharaannya dengan maksud untuk melanjutkan pengembaraan.

Namun, kedua hewan peliharaannya itu tidak tergerak untuk menuruti perintah tuannya, hingga membuat Raden Budog kesal. Kekesalan yang dilontarkannya itu seketika membuat kedua hewan peliharaannya berubah menjadi karang.

Akhirnya Raden Budog melanjutkan pengembaraannya seorang diri dengan menyusuri pesisir pantai. Namun, tiba-tiba di tengah perjalanan, hujan turun sangat deras. Betapa gembiranya ketika dia menemukan sebuah gua untuk berteduh. Setelah hujan reda, dia kemudian keluar dari gua dan menutup mulut gua dengan daun langkap. Sampai saat ini mulut gua itu tetap tertutup daun langkap dan membatu. Gua tersebut kini dikenal dengan Karang Meungpeuk.

Jokowi Resmikan 3 Jembatan Senilai Rp251 Miliar di Jateng, Mobilitas Kian Aman

Tidak jauh dari gua tempat Raden Budog berteduh, sebuah muara air mengalir deras akibat hujan yang mengguyur. Raden Budog menghentikan langkahnya dan menunggu sambil duduk di atas batu. Sayup-sayup terdengar bunyi lesung dari arah seberang sungai. Dia yakin di seberang sana tempat tinggal gadis impiannya itu. Karena ketidaksabarannya, akhirnya Raden Budog berjalan menerjang aliran air yang deras itu untuk menuju perkampungan tersebut.

Tibalah Raden Budog di sebuah perkampungan. Dia mendengar bunyi lesung yang mengalun merdu. Dia langkahkan kakinya untuk memasuki perkampungan. Dilihatnya gadis-gadis yang begitu lincah memainkan lesung sehingga terdengar seperti nada-nada yang mengalun merdu.

Namun tiba-tiba perhatiannya teralihkan oleh seorang gadis yang sedang memberi aba-aba pada gadis-gadis lainnya. Penampakan gadis itu persis seperti gadis yang ada dalam mimpinya. Nama gadis itu Sri Poh Haci. Karena merasa ada yang memperhatikan, Sri Poh Haci menghentikan permainan lesungnya dan bergegas pulang ke rumah.

Tidak lama kemudian Raden Budog mendatangi rumah Sri Poh Haci. Dia berniat untuk bermalam di rumah Nyi Siti, ibu Sri Poh Haci. Namun, niatannya ditolak oleh Nyi Siti karena dia tidak menerima tamu laki-laki. Raden Budog kesal dengan sikap Nyi Siti terhadapnya, akhirnya dia memutuskan untuk tidur di bale-bale bambu dekat rumah Nyi Siti.

Keesokkan paginya, Raden Budog mencium wangi aroma kopi hingga membangkitkan tidurnya. Dilihatnya Sri Poh Haci menghidangkan kopi di dekatnya. Dari sinilah, awal mula Raden Budog dan Sri Poh Haci menjadi dekat dan saling jatuh cinta. Mereka kemudian berniat untuk menikah. Nyi Siti sempat tidak menyetujui anaknya menikah dengan seorang laki-laki yang tidak tahu asal usulnya dan keras kepala itu. Namun, Nyi Siti tidak ingin mengecewakan anak semata wayangnya, akhirnya dia menyetujui pernikahan Raden Budog dengan Sri Poh Haci.

Setelah menjadi sepasang suami istri, Raden Budog mulai tertarik memainkan lesung yang dimainkan istrinya itu. Sebelumnya istrinya sudah memperingatkan Raden Budog agar tidak membunyikan lesung di hari Jumat, karena hari Jumat dianggap keramat di kampung itu.

Bisnis Teh Jumbo yang Sedang Viral, Bagaimana Prospeknya?

Raden Budog sangat senang membunyikan lesung, hingga dia tidak menghiraukan hari yang dianggap sebagai pantangan untuk membunyikan lesung. Berkali-kali penduduk kampung memperingatkan dan melarangnya, namun tidak juga dihiraukannya.

Tiba-tiba sekujur tubuhnya ditumbuhi oleh bulu-bulu. Raden Budog terkejut dengan perubahan dirinya menjadi seekor lutung. Dia kemudian lari terbirit-birit masuk ke dalam hutan yang berada di dekat kampung tersebut.

Sri Poh Haci sangat malu dengan perbuatan suaminya itu. Dia memutuskan untuk pergi meninggalkan kampungnya. Konon, Sri Poh Haci kemudian berubah menjadi Dewi Padi. Untuk mengenang kelihaian Sri Poh Haci dalam membunyikan lesung, kampung tersebut kemudian dinamakan Kampung Lesung. Karena letaknya berada di daerah tanjung, banyak yang menyebutnya dengan Tanjung Lesung.

Referensi:

Pustakawan Utama. 2021. Folklore/Cerita Rakyat Destinasi Wisata Indonesia. Jakarta Pusat: Perpusnas Press.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini