Tangga Seratus Sibolga, Peninggalan Sejarah yang Ternyata Tidak Berjumlah Seratus

Tangga Seratus Sibolga, Peninggalan Sejarah yang Ternyata Tidak Berjumlah Seratus
info gambar utama

Bila membicarakan Sibolga, sering kali orang-orang langsung diingatkan dengan keindahan pantainya yang seperti lukisan. Tidak salah, karena faktanya pantai adalah tempat wisata paling menonjol dari kota yang mendapat julukan sebagai Kota Ikan. Di samping itu, siapa yang menyangka bahwa Sibolga juga memiliki peninggalan sejarah yang cukup fenomenal.

Peninggalan tersebut bukan berupa relief maupun arca, melainkan tangga yang diberi nama “Tangga Seratus”. Letaknya ada di Kelurahan Pasar Baru, Kota Sibolga. Selain tercatat sebagai peninggalan sejarah, tangga ini juga ditetapkan oleh Pemerintah Kota Sibolga sebagai bagian situs Cagar Budaya Kota Sibolga. Sampai saat ini pun Tangga Seratus masih dijadikan destinasi incaran bagi para wisatawan.

Sibolga, Kota Terkecil di Indonesia yang Dijuluki Sebagai Kota Ikan

Fakta Menarik dari Tangga Seratus

Saat menemukan kata seratus dari namanya, semua orang pasti akan mengira jumlah anak tangga yang tersedia adalah seratus. Padahal, kenyataannya jumlah anak tangga dari Tangga Seratus adalah 298.

Terlepas dari namanya yang tidak sesuai jumlah, Tangga Seratus memang benar-benar tangga yang akan membawa pengunjung ke puncak bukit. Sama halnya dengan mendaki gunung yang teramat melelahkan, Kawan akan merasakan sensasi yang sama saat membawa langkah kaki menaiki anak tangga satu persatu yang jumlahnya 298 itu.

Akan tetapi, saat perasaan ingin menyerah telah berhasil disingkirkan sehingga berhasil sampai pada tempat tujuan, maka semua rasa lelah itu akan hilang. Berganti dengan rasa syukur karena memiliki kesempatan untuk menikmati panorama alam yang memanjakan mata.

Dari atas bukit, pengunjung akan disajikan dengan hamparan lautan lepas yang eksotis, lengkap dengan kapal-kapal nelayan yang menjadi pemanis. Biasanya, puncak bukit Tangga Seratus juga dimanfaatkan masyarakat untuk berolahraga.

Sejarah Di Balik Tangga Seratus

Setiap tempat sudah pasti memiliki cerita sejarahnya masing-masing, dan setiap sejarah yang ada di Indonesia tidak terlepas dari sisa-sisa zaman penjajahan. Tangga Seratus juga demikian.

Berlandaskan pada data yang ditemukan di website resmi Portal Informasi Indonesia, Tangga Seratus ditaksirkan telah berusia 100 tahun lebih, dengan kata lain sudah ada sejak masa pendudukan Belanda. Nah, Tangga Seratus dulunya digunakan tentara penjajah pada masa agresi militer Belanda II untuk memantau aktivitas bahari Sibolga, seperti melihat masuk-keluarnya kapal berlayar.

Namun, ada satu hal yang wajib Kawan ketahui tentang Tangga Seratus, yaitu pembangunannya menyimpan kisah kelam. Meski dulunya digunakan oleh tentara penjajah, mirisnya pembangunan dilakukan oleh masyarakat Sibolga, tentu saja dengan paksaan.

Dari cerita yang beredar di masyarakat, kerja paksa untuk membangun Tangga Seratus mengakibatkan korban tewas. Bagaimana tidak, masyarakat yang membangun tangga dari bawah hingga ke puncak bukit tidak dilengkapi dengan fasilitas keamanan. Bahkan, pegangan pun tidak ada. Jadi, Tangga Seratus dulunya hanya dibangun menggunakan material dari bambu dan kayu yang diikat dengan tali tambang.

Rekomendasi Kota untuk Pensiun di Sumatra Utara

Peninggalan Lain di Wilayah Tangga Seratus

Selain tangga yang aslinya berjumlah 298, terdapat dua peninggalan lain, yaitu gua dan penampung air. Ini dia penjelasan lebih detailnya!

Penampung Air

Letaknya ada di puncak bukit. Bangunan ini masih berdiri kokoh, milik perusahaan air minum yang dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1929. Pada masa itu berfungsi untuk mengatur/menyalurkan air dari pegunungan ke masyarakat Sibolga.

Tidak jauh dari gedung, ada sirine yang energinya diambil dari dinamo tua. Dulu digunakan untuk memanggil para pekerja perusahaan air minum. Menariknya, sekarang masih berfungsi. Hanya saja beralih menjadi pemberitahuan telah masuk waktu berbuka puasa kepada masyarakat Sibolga. Katanya sih bunyinya sampai terdengar ke se-Kabupaten Tapanuli Tengah.

Gua

Peninggalan yang satu ini bukan dari Belanda, tetapi Jepang. Gua ini dibuat sendiri oleh tentara Jepang dan digunakan sebagai lubang penginyai. Jadi, saat tentara Jepang bertugas sebagai pengintai kemudian melihat pergerakan yang membahayakan atau mencurigakan, mereka akan langsung melapor ke puncak bukit. Di dalam gua buatan tentara Jepang ini ada pintu masuk dan terdapat dua jalur berbentuk huruf “Y” di dalamnya.

Bukit Gajah Bobok, Wisata Kemah Andalan Anak Muda

Referensi:

https://indonesia.go.id/kategori/budaya/611/meneropong-tapak-sejarah-tangga-seratus

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini