Musim Kemarau Baru Berakhir Pada Akhir Januari, Ancaman Bencana di Depan Mata?

Musim Kemarau Baru Berakhir Pada Akhir Januari, Ancaman Bencana di Depan Mata?
info gambar utama

Kondisi cuaca di wilayah Indonesia belakangan ini tak menentu. Hari ini bisa hujan deras, tetapi besoknya panas terik. Di beberapa wilayah terkena kekeringan. Tetapi ada juga wilayah lain di Indonesia yang mengalami kebanjiran.

Pakar meteorologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Edvin Aldrian menjelaskan puncak musim kemarau saat ini masih berlangsung sampai Januari 2024. Ternyata hal ini disebabkan fenomena El Nino yang makin parah akibat perubahan iklim.

“Musim kemarau semakin panjang, musim hujan makin pendek. Bisa hujan deras, besoknya gantian panas terik,” jelas Edvin.

Jumat Menanam, Upaya BKSDA Lestarikan Lingkungan di Taman Jagat Satwa Nusantara

Edvin menambahkan, dampak perubahan iklim tersebut membuat kondisi mendung berhari-hari, tetapi berganti hari gerahnya bukan main. Hal itu menjadikan kondisi cuaca tak menentu, meski pada bulan November sempat turun hujan.

“Namun (hujan) berjalan sebentar. Sempat panas terik beberapa minggu yang lalu, kini Senin 25 Desember mulai mendung dan hujan lagi. Di beberapa wilayah lain di Nusantara justru banjir,” tuturnya.

Kondisi anomali

Edvin mengungkapkan hadirnya anomali cuaca ini menjelaskan Indonesia masih berada di musim kemarau. Dia memperkirakan hal itu bisa terjadi sampai Januari tahun depan. Hal ini karena fenomena El Nino ditambah perubahan iklim.

Edvin mengungkapkan hawa panas masih sangat terasa, karena Indonesia masih berada di tengah musim kemarau yang memanjang dari September sampai Januari 2024. Bagi masyarakat, jelasnya suhu lebih tinggi hingga 38-39 derajat karena El Nino.

“Kalau kita ke Arab Saudi, terasa seperti 31 derajat, suhu aslinya bisa 36-37 derajat. Jadi lebih panas dari yang terasa,” jelas Edvin.

Lima Spesies dari Genus Pohon Terbesar Ditemukan di Sulawesi

Edvin menjelaskan fenomena El Nino adalah kenaikan rata-rata suhu air laut Samudra Pasifik yang di atas normal. Hal ini mengakibatkan curah hujan berkurang dan musim kemarau memanjang.

“Di Indonesia, hal ini sudah terjadi sejak beberapa tahun yang lalu dan terus bertransisi,” jelasnya.

Ancaman bencana?

Dia menjelaskan musim hujan di Indonesia diperkirakan baru akan terjadi di sekitar Januari sampai Februari 2024, sebelum masuk lagi ke musim panas. Tetapi karena musim hujan yang pendek dikhawatirkan akan menimbulkan bencana alam, seperti banjir dan longsor.

“Tapi yang dikhawatirkan di Indonesia itu adalah yang basah semakin basah. Seperti yang terjadi di Sumatra Barat yang kena banjir bandang,” cetusnya.

Dia menguraikan dampak perubahan iklim terhadap kenaikan curah hujan. Pertama, pemanasan iklim menyebabkan peningkatan curah hujan ekstrim di sebagian besar dunia. Peningkatan ini terjadi karena pemanasan udara.

Setelah Dirawat 7 Bulan, Orangutan Bernama Rongring Dilepasliarkan ke SM Siranggas Sumut

Kedua, hujan lokal dengan intensitas tinggi memiliki lebih banyak uap air saat udara lebih panas, sehingga menghasilkan lebih banyak hujan menyebabkan banjir dan longsor. Ketiga dengan proyeksi terus meningkatkan suhu udara, fenomena ini akan terus berlanjut.

“Oleh karena itu, kemungkinan besar akan ada frekuensi dan intensitas hujan ekstrim yang lebih tinggi di masa depan, meskipun tidak dapat diprediksi,” paparnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini