Ini Bedanya Putu Bambu dan Putu Ayu, Jajanan Tradisional Jawa

Ini Bedanya Putu Bambu dan Putu Ayu, Jajanan Tradisional Jawa
info gambar utama

Jajanan tradisional pasar khas Jawadwipa masih terbentang ragamnya hingga mampu menggoyang lidah. Keberagaman ini merupakan hasil karya para pengrajin kue yang terampil dan kreatif mengolah bahan-bahan untuk menciptakan inovasi jajanan pasar terbaru.

Beda nama, beda pula bahan, rupa, dan pengolahannya. Salah satu jajanan pasar yang sering salah sebut bahkan salah persepsi di kalangan masyarakat adalah Putu yang mempunyai dua rupa, yakni Putu Bambu dan Putu Ayu. Lalu, apa saja perbedaan keduanya?

Bahan Dasar

Putu Bambu terbuat dari tepung beras yang dikrawu (diaduk menggunakan tangan) dengan air bersama tetesan pewarna pandan lalu dikukus sebentar untuk menghasilkan tepung bertekstur gumpal kasar. Sementara Putu Ayu terbuat dari tepung terigu dengan campuran santan, air, dan pewarna pandan hingga menghasilkan adonan kental untuk siap dicetak.

Bahan Campur

Putu Bambu menggunakan sisiran gula kelapa sebagai isian tengahnya dan parutan kelapa sebagai cocolan gurih. Berbeda hal dengan Putu Ayu yang menggunakan gula tebu atau gula pasir pada adonan dan parutan kelapa dikukus bersamaan saat adonan dimasukkan pada cetakan.

Kunjungan Wisman 2023 Meningkat Lebih dari 2 Kali Lipat dari Tahun Sebelumnya
Putu Ayu | dokumentasi pribadi
info gambar

Cetakan

Seperti namanya, Putu Bambu menggunakan irisan bambu yang dilubangi bagian tengahnya sebagai cetakan. Apabila ingin mencoba sendiri, beberapa resep online yang ditulis oleh pengrajin kue merekomendasikan untuk menggunakan kertas gulung. Sementara Putu Ayu menggunakan cetakan plastik berbentuk bunga dengan berbagai rupa dan ukuran yang telah banyak tersedia di pasar maupun toko bahan kue.

Cara Memasak

Putu Bambu mempunyai ciri khas yakni suara bak suling untuk mengundang pembeli berdatangan. Alat yang digunakan untuk mengukus adonan kering putu bambu terbuat dari kaleng kotak bekas yang dilubangi sisi atasnya berjumlah 5, di mana 4 lubang sebagai tempat mengukus dan 1 lubang guna mengeluarkan uap sisa. Berbeda jauh dengan Putu Ayu yang langsung dikukus hingga matang di panci kukusan.

Penyajian

Putu Bambu dengan lelehan gula kelapa yang ditaburi oleh parutan kelapa lebih enak disantap selagi hangat bersama secangkir teh atau kopi. Kue Putu Ayu dapat dinikmati kapan saja atau setelah agak dingin dari panci kukusan dengan cita rasa manis-gurih.

Putu Bambu | unsplash.com
info gambar
Lindungi Investor dan Konsumen, Pasar Kripto Bakal Diawasi OJK

Pemasaran

Dewasa ini, tak banyak ditemui pedagang Putu Bambu yang bertahan karena biaya produksi lebih mahal daripada pendapatan serta lelah yang diperoleh dari berjualan berkeliling. Sementara Putu Ayu masih banyak ditemui di pasar, pedagang kaki lima, bahkan toko swalayan dikarenakan pembuatannya mudah dan praktis serta biaya produksi bisa disesuaikan dengan harga pasar yang fluktuatif.

Harga

Putu Bambu dijual per biji seukuran jempol orang dewasa seharga Rp1.000 hingga Rp 1.700 tergantung domisili. Fakta mencengangkan adalah harga tersebut sudah naik 10 kali lipat dari sebelumnya seharga Rp 100 per biji pada era 70an. Sementara Putu Ayu dijual per biji seharga Rp 1.000 hingga Rp 2.500 tergantung ukuran, tempat membelinya, dan domisili.

Fakta menarik mengenai Putu Bambu dulunya dikenal dengan sebutan XianRoe Xiao Long pada masa Dinasti Ming yang mempunyai isian kacang hijau lembut. Seiring bergulirnya zaman terutama di masa Kerajaan Mataram ditemukan perubahan nama menjadi kue putu diiringi perubahan isian berupa gula Jawa yang mudah didapatkan.

Putu Ayu | Dokumentasi Pribadi
info gambar

Lain halnya Putu Ayu sebagai jajanan terkenal di kalangan masyarakat Jawa sejak masa kolonial Belanda yang berasal dari Kudus, Jawa Tengah. Sering dihidangkan pada perayaan hari besar maupun sebagai camilan, Putu Ayu memiliki pemenggalan makna di mana Putu berarti bunga atau puspa dalam Bahasa Sanskerta dan Ayu berarti cantik dalam Bahasa Jawa.

Terlihat jelas perbedaan antara Putu Bambu dan Putu Ayu, tetapi keduanya tetap menjadi jajanan tradisional favorit yang tak lekang waktu. Sama-sama warna hijau tapi hati-hati agar salah pilih, ya!

Mengenal Bendungan Semantok, Terpanjang se-Asia Tenggara!

Referensi:

  • https://www.fimela.com/lifestyle/read/3869135/begini-sejarah-kue-putu-yang-jadi-kudapan-manis-khas-jawa
  • https://www.kompasiana.com/nurasih2000/64930e794addee09f02ecaa2/kue-putu-ayu-jajanan-tradisional-jawa-yang-enak-dengan-aroma-pandan-yang-khas

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NU
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini