Motif Batik Jayastamba sebagai Ciri Khas Kabupaten Nganjuk

Motif Batik Jayastamba sebagai Ciri Khas Kabupaten Nganjuk
info gambar utama

Batik merupakan warisan budaya Indonesia yang telah diakui sebagai warisan dunia oleh UNESCO sejak tahun 2009. Dengan peralatan khusus seperti malam (lilin) dan canting, pembuatan batik memerlukan keluwesan tangan, ketelatenan mata, dan kesabaran tinggi bagi setiap orang yang hendak melukis batik.

Indonesia sebagai negara kepulauan dari Sabang sampai Merauke dengan sejuta kekreatifan yang telah diturunkan oleh para leluhur, termasuk motif batik sebagai karya dari hasil pengamatan pada alam maupun perwujudan tempat historis. Kaya akan simbol dan filosofi di setiap goresan, pada akhirnya batik di tiap daerah Indonesia mempunyai motif khas tersendiri.

Jawadwipa atau Pulau Jawa merupakan pulau yang terkenal mewariskan karya leluhur, yakni batik dengan motif beragam, seperti Mega Mendung berasal dari Cirebon, Kawung berasal dari Yogyakarta, dan Tengkawang Ampiek berasal dari Kalimantan Timur. Kota Angin di Jawa Timur, Kabupaten Nganjuk, juga mempunyai motif batik khas yang dinamakan Jayastamba.

Ciri khas dari batik dengan motif Jayastamba terlihat pada goresan berbentuk stupa candi yang mencerminkan perwatakan teguh. Interpretasi motif Jayastamba pada batik Nganjuk mengisyaratkan bahwa orang yang mengenakan mempunyai pendirian teguh dan kuat, sehingga tidak gampang goyah terhadap sesuatu.

Usul Indonesia untuk Standar Bawang dan Pala Diterima Secara Internasional
Deformasi Motif Jayastamba © Dokumentasi Pribadi 2023
info gambar

Seiring berkembangnya teknologi, pengrajin batik di Nganjuk mengimplementasi teknik ecoprint sebagai seni kreatif dengan menggunakan bahan-bahan alami untuk mencetak motif pada kain. Pengrajin batik masih tetap mempertahankan esensi budaya dari motif Jayastamba dan menjaga perwujudan Jayastamba di tiap batiknya dengan mendeformasi bentuk pada kain batik berdasarkan kekreatifan masing-masing pengrajin.

Motif Jayastamba sering dideformasi dengan motif Wayang Thimplong yang menghasilkan motif Lung Brambang Anjuk Ladang dan motif Jaya Stamba Nawasena. Perwujudan motif Jayastamba juga tersirat pada motif Trimuka dan motif Sekar Teratai berupa bentuk stupa candi dengan penambahan motif lain.

Upaya perwujudan melestarikan motif Jayastamba dilakukan oleh guru bidang Seni Budaya di Kabupaten Nganjuk, mulai dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama, dengan mengajak siswa untuk melukis batik yang telah digambarkan motif Jayastamba pada kain menggunakan canting sambil melakukan pengenalan singkat tentang motif Jayastamba.

Siswa melukis motif Jayastamba © Dokumentasi Pribadi 2023
info gambar
Cerita dari Desa Rahtawu, Mitos Larangan Menggelar dan Membicarakan Wayang

Sejarah Singkat Motif Jayastamba

Jayastamba berasal dari bahasa Sanskerta dengan pemaknaan kata ‘Jaya’ yang diartikan sebagai kemenangan, kejayaan, dan tidak terkalahkan, sementara ‘Stamba’ berarti tugu, pilar, atau tonggak. Secara keseluruhan, Jayastamba berarti tugu kemenangan. Motif Jayastamba diadopsi pada penemuan prasasti Jayastamba sebagai tugu kemenangan atas kejayaan Kabupaten Nganjuk di masa kerajaan Mataram Kuno.

Prasasti Jayastamba ditemukan di Desa Candilor, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk. Uniknya, prasasti Jayastamba juga dikenal dengan prasasti Candilor sesuai tempat ditemukannya. Karena prasasti Jayastamba ditemukan pada tahun 859 Caka atau 10 April 937 M, akhirnya tanggal 10 April pun digunakan patokan sebagai hari jadi Kabupaten Nganjuk.

Prasasti asli Jayastamba disimpan di Museum Nasional Jakarta pada nomor inventaris D.59 dengan ukuran tinggi 2 meter dan lebar 100 hingga 104 centimeter. Adapun relief chattra atau payung pada sisi muka puncak prasasti dan sebuah relief naga di atas sebuah teratai yang diapit dengan roda berjari empat atau disebut cakra lidah api di sisi kanan pada sisi bawah prasasti.

Tak banyak referensi yang bisa digali lebih dalam terkait motif batik Jayastamba sebagai motif batik khas Nganjuk dikarenakan lemahnya keilmuan pelestarian budaya dan pengelolaan informasi budaya oleh sumber daya manusia. Untuk itu, mari turut andil melestarikan budaya melalui tulisan tanpa mengubah sepatah kata pun dari sejarah yang telah ditorehkan pada prasasti maupun karya sastra.

Insyafnya Para Pemburu untuk Pelestarian Burung Endemik Langka dari Maluku

Referensi:

  • https://ich.unesco.org/en/RL/indonesian-batik-00170
  • https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/va/article/view/55035/43634
  • https://www.nganjukkab.go.id/detail-kabar/resmikan-batik-ecoprint-nganjuk-berharap-batik-nganjuk-tembus-hingga-pasar-internasional
  • https://radarkediri.jawapos.com/features/781288258/mengenal-jayastamba-yang-menjadi-ikon-kabupaten-nganjuk-1bersambung
  • https://www.ngopibareng.id/read/nganjuk-di-tmii-pameran-batik-jayastamba-hingga-sambel-pecel
  • https://nganjuk.inews.id/read/237232/sejarah-tugu-jayastamba-yang-sekarang-menjadi-ikon-kota-nganjuk

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NU
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini