Tiga Orang Utan Korban Perdagangan Hewan Dipulangkan dari Thailand

Tiga Orang Utan Korban Perdagangan Hewan Dipulangkan dari Thailand
info gambar utama

Siapa yang pulang ke kampung halaman ketika liburan Nataru 2023 lalu? Ternyata bukan hanya kita saja, tetapi teman-teman primata kita juga bisa pulang ke rumah, loh! Inilah cerita perjalanan pulangnya tiga ekor orang utan yang bernama Nobita (7 tahun, jantan), Shisuka (7 tahun, betina), dan Briant (4 tahun, jantan).

Pada tahun 2016 silam, Polisi Penanggulangan Kejahatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Thailand menangkap pelaku perdagangan satwa ilegal di Bangkok. Dari situlah mereka menyelamatkan sepasang orang utan sumatera, yaitu Nobita dan Shisuka. Briant kemudian diselamatkan pada tahun 2019. Sejak saat itu, ketiga orang utan tersebut dirawat di Kho Pratubchang Wildlife Rescue Center (KPRC) di Provinsi Ratchaburi, Thailand. Mereka tinggal di sana selama proses hukum berlangsung.

Setelah proses hukum selesai, pemerintah Indonesia meminta kerajaan Thailand untuk memulangkan ketiga orang utan ke habitat aslinya. Permintaan itu sesuai dengan Convention on Internasional Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES). CITES adalah perjanjian internasional yang ditandatangani 184 negara pada tahun 1973.

Strudel Malang, Kue dengan Resep Tiruan yang Tenar Menjadi Buah Tangan

Konvensi tersebut memastikan perdagangan internasional binatang dan tanaman tidak engancam keberadaan ereka di alam liar. Orang Utan pun terdaftar sebagai apendiks 1 dalam konvensi tersebut. Dari situ, dimulailah perjalanan pulang ketiga orang utan tersebut ke Indonesia.

Upacara Serah Terima Nobita, Shisuka, dan Briant. Gambar diambil melalui Siaran Pers Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
info gambar

Upacara serah terima Nobita, Shisuka, dan Briant dilakukan di Kantor Kargo Bandara Survanabhumi, Thailand pada Kamis, 21 Desember 2023. Mereka diterima oleh pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Duta Besar RI untuk Thailand, yaitu Duta Besar Rachmat Budiman. Mereka kemudian diterbangkan dengan pesawat Garuda ke fasilitas transit Garuda Indonesia di Jakarta.

Selama perjalanan, mereka ditemani oleh dua dokter hewan yang dikirim oleh pemerintah Indonesia. Besoknya, ketiganya diberangkatkan ke Jambi untuk dirawat sementara di Tempat Tindakan Karantina Frankfurt Zoological Society (FZS) di bawah pengawasan Balai KSDA Jambi.

Kisah Distrik Agats, Kota Menawan dari Papua yang Dibangun di Atas Papan

Setelah menjalani karantina, ketiga orang utan tersebut akan menjalani rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Orangutan Sumatera (PROS) Sungai Pengian Jambi. Di sana, mereka akan belajar untuk bertahan hidup di alam liar. Hal itu dilakukan mengingat mereka sudah lama dirawat di pusat penyelamatan hewan. Setelah dinyatakan siap, mereka akhirnya akan dilepasliarkan ke habitat alaminya.

Ternyata, pemulangan ini bukan pertama kalinya dilakukan antara Indonesia dan Thailand. Shisuka, Nobita, dan Briant adalah kelima kalinya kerajaan Thailand memulangkan orang utan ke Indonesia. Totalnya, sudah terdapat 74 individu orang utan dipulangkan sejak tahun 2006, termasuk Nobita, Shisuka, dan Briant.

Beberapa dari mereka sekarang telah dilepasliarkan ke habitat aslinya di Kalimantan dan Sumatera. Ketiga orang utan ini juga menjadi orang utan terakhir yang berstatus sebagai barang bukti perdagangan satwa ilegal di Thailand.

Proses ini pun bertepatan dengan peringatan 73 tahun hubungan bilateral Indonesia dan Thailand. Pulangnya ketiga orang utan ini menunjukkan komitmen kerja sama Thailand dan Indonesia untuk mencegah perdagangan hewan antara kedua negara. Banyak pihak yang patut diapresiasi dalam proses ini, khususnya Departemen Konservasi Taman Nasional, Margasatwa, dan Tanaman. Apresiasi spesial juga disampaikan pada dua petugas yang telah menjaga ketiga orang utan tersebut dengan penuh kasih sayang, yaitu Chaovalite Lavat dan Kanokon Seanathum.

Pemulangan Shisuka, Nobita, dan Briant menjadi panggilan bagi negara-negara untuk bersatu dalam melindungi kehidupan satwa liar. Peran negara yang kuat dalam mencegah perdagangan hewan dapat memastikan bahwa orang utan dan spesies lainnya hidup bebas dan damai di habitat aslinya. Keberlanjutan hidup mereka pun bergantung pada keputusan kolektif kita untuk berdiri sebagai penjaga alam. Oleh karena itu, mari kita dorong negara-negara untuk bersatu demi masa depan orang utan dan ekosistem yang kita bagi bersama.

10 Kuliner Khas Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Ayam Taliwang Jadi Primadona

Daftar Pustaka

  • Reditya, T.H. (2023, 21 Desember). Indonesia Repatriasi 3 Orang Hutan dari Thailand, Dinamakan Nobita, Shizuka, dan Brian. Diakses secara daring melalui URL https://www.kompas.com/global/read/2023/12/21/193000370/indonesia-repatriasi-3-orang-hutan-dari-thailand-dinamakan-nobita-shizuka pada 16 Januari 2024.
  • Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (PPID). (2023, 21 Desember). Repatriasi Tiga Individu Orangutan: Indonesia dan Thailand Komitmen Perangi Perdagangan Ilegal Satwa Liar. Diakses secara daring melalui URL https://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-pers/7560/repatriasi-tiga-individu-orangutan-indonesia-dan-thailand-komitmen-perangi-perdagangan-ilegal-satwa-liar pada 16 Januari 2024.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini