Intip Peringatan Naik Tahta Sultan Hamengkubuwono X dalam Tradisi Labuhan Merapi

Intip Peringatan Naik Tahta Sultan Hamengkubuwono X dalam Tradisi Labuhan Merapi
info gambar utama

Prosesi Labuhan Merapi yang berlangsung di Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman berlangsung secara khidmat, Senin (12/2) pagi. Prosesi ini diikuti ratusan warga maupun Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Dinukil dari Detik, prosesi Labuhan Merapi ini dipimpin langsung oleh sang juru kunci Gunung Merapi Was Wedana Surakso Hargo Asihono. Acara ini sendiri dilakukan sebagai peringatan Sri Sultan Hamengku Buwono ke 10 naik tahta.

Kelezatan Dawet Telasih yang Digemari oleh Leluhur Pendiri Mataram Islam

Selain di Kinahrejo, proses ini juga berlangsung di Gunung Lawu dan Pantai Parangkusumo. Labuhan Merapi pada tahun 2024 ini merupakan kali kedua berlangsung secara terbuka pasca pandemi Covid 19 melandai.

“Labuhan pada tahun ini seperti biasa tidak ada perubahan jadi seperti tahun-tahun yang kemarin,” jelasnya.

Prosesi Labuhan Merapi

Dimuat dari Harian Jogja, Labuhan Merapi yang bertajuk Rahayuning Bawana Gumantung Pakartining Janma sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Peserta mengarak gunungan dan uborampe dari Kantor Kapenewon Cangkringan ke petilsasan rumah Mbah Marijan.

Kemudian gunungan dan uborampe akan diserahkan oleh Panewu Cangkringan dan diterima oleh Juru Kunci Merapi. Uburampe ini terdiri dari selembar kain cangkring, kain kawung kemplong, semekan bangun tulak, semekan gadhung, kampoh poleng, dhestar daramuluk, peningset udaraga, sebungkus rokok wangen, kemenyan, ratus minyak, koyoh, amplop berisikan uang tindhik, dua biji apem mustika.

Keberkahan dari Nguras Enceh, Air Suci Warisan dari Sultan Agung

Setelah kenduri wilejungan, ubarampe akan diarak menuju Gunung Merapi melewati jalur Kinehrejo pada keesokan harinya. Ubarampe yang telah dimasukan dalam peti akan di tandu menuju tempat acara.

Para pengusung beserta peserta akan naik menuju Sri Manganti. Di tempat tersebut rombongan akan melakukan prosesi di atas sela dhampit (batu berhimpit). Kemudian dilanjutkan dengan prosesi ritual dan doa.

Sejak zaman Mataram Islam

Labuhan Merapi adalah upacara adat yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram Islam. Upacara ini dimaksudkan agar negara dan rakyatnya senantiasa dalam keadaan selamat, tentram dan sejahtera.

Ada beberapa versi yang membahas tentang sejarah tradisi Labuhan Merapi. Versi pertama bermula dari Panembahan Senopati sedang bertapa di Pantai Parangkusumo. Ketika itu Panembahan Senopati diberikan kenang-kenangan telur oleh Ratu Laut Selatan.

Sosok Ki Ageng Selo, Sang Penangkap Petir yang Diabadikan di Masjid Demak

Telur itu kemudian diberikan oleh Panembahan Senopati kepada sang juru taman. Ternyata tubuh Sang Juru Taman berubah jadi raksasa. Setelah itu Sang Juru Taman ditugaskan tinggal di Gunung Merapi dan setiap tahuhnya akan dikirim makanan yang disuka.

Versi kedua adalah Panembahan Senopati sedang mencari dukungan. Dirinya kemudian menjalin perjanjian dengan Ratu Laut Selatan. Sebagai imbalan, Panembahan Senopati wajib memberikan persembahan kepada penunggu Gunung Merapi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini