Sejarah Ajaran Tridharma, Sinkretisme Tiga Agama Dampak Orde Baru

Sejarah Ajaran Tridharma, Sinkretisme Tiga Agama Dampak Orde Baru
info gambar utama

Ajaran Tridharma menjadi corak warna tersendiri di Indonesia. Ajaran tersebut telah menempuh jalan panjang untuk dapat diterima di tengah-tengah kemelut rasisme pada Orde Baru. Yang perlu digarisbawahi, Tridharma bukanlah agama Buddha. Lantas, apa itu ajaran Tridharma?

Tridharma merupakan ajaran yang tercipta dari gabungan tiga agama. Dalam dialek Hokkian, Tridharma disebut Samkau yang secara harfiah berarti “Tiga Ajaran”. Tiga ajaran tersebut yang dimaksud adalah Konghucu atau Konfusianisme, Taoisme, dan Buddhisme.

Istilah Tridharma hanya ada di Indonesia. Tridharma itu mencakup Tiga Ajaran (Sam Kauw, Three Teachings, Tiga Agama, Three Religions of China), yang merupakan Satu Dasar atau Satu Doktrin (Sam Kauw It Li) (Naziyyah, 2008).

Jadi intinya, Tridharma merupakan ajaran yang terbentuk dari gabungan tiga agama, yakni Konghucu, Buddha, dan Taonisme.

Mengenal Agama Konghucu di Indonesia: Kitab, Hari Besar, dan Ajarannya

Sejarah Ajaran Tridharma di Indonesia

Tridharma muncul karena faktor eksternal masa Orde Baru saat itu yang menolak segala hal berkaitan dengan Tionghoa. Agama tertua Tionghoa, yakni Konghucu saat itu ditolak keberadaannya oleh pemerintah.

Sebenarnya, agama ini sudah diakui sejak 1971. Akan tetapi, masih banyak perdebatan yang terjadi mengenai status agama Konghucu sepanjang tahun 1970-an dan berakhir ajaran Konghucu tidak lagi diakui oleh negara.

Agama resmi yang diakui oleh Pemerintah Indonesia (rezim Orde Baru) saat itu hanya ada lima, yakni Islam, Kristen, Katolik, Buddha, dan Hindu.

Melihat desakan tersebut dan adanya tekad kuat untuk mempertahankan ajaran Konghucu, akhirnya Konghucu menggabungkan diri dengan ajaran Buddha, yang pada akhirnya juga membaur dengan ajaran Taoisme. Saat itu, Tridharma hanyalah sebagai payung pelindung bagi ajaran Konghucu.

Umat Tridharma pada masa itu dikelompokkan ke dalam lingkup agama Buddha.

Menguak Tabir Peradaban Masa Lalu dari Candi Buddha Terbesar di Jawa Timur

Sementara itu, Miharja dkk. dalam tulisannya “Tridharma Agama di Indonesia: Membaca Majalah Hikmah Tridharma dan Tjahaja Tridharma Tahun 1970an-1980an”, mengungkapkan bahwa agama-agama Tionghoa yang telah berkembang sejak masa pra-kemerdekaan, yakni Buddha, Konghucu, dan Tao disebut sebagai Sam Kauw.

Pada 1934, Kwee Tek Hoay, seorang sastrawan Melayu Tionghoa sekaligus tokoh ajaran Tridharma mencoba menyatukan ketiga agama tersebut. Sebelumnya, pada tahun 1933 ia mendirikan Sam Kauw Goat Po atau Perkumpulan Tiga Agama (Buddha, Konghucu, dan Tao).

Setahun kemudian, ia mendirikan organisasi Sam Kauw atau Sam Kauw Hwee. Setelah perang dunia usai, organisasi ini berubah menjadi Gabungan Sam Kauw Hwee (federasi organisasi Sam Kauw). Namun karena nama-nama Cina saat itu dilarang keras oleh pemerintah, Sam Kauw Hwee akhirnya diganti menjadi Tridharma.

Wajah-Wajah Istimewa: Belajar dari Buddha, Yesus sampai Muhammad

Samkau atau Tridharma di Cina

Di Cina, ketiga agama tersebut – Konghucu, Buddha, Taonisme – telah saling memengaruhi satu sama lain. Bahkan, figur utama dari ketiga agama tersebut digambarkan sangat erat.

Dalam sebuah lukisan “Tiga Pencicip Cuka”, Konfusius, Lao Tzu, dan Buddha Gautama dilukiskan bersama-sama tengah meminum air dari sebuah gentong. Ini menunjukan bahwa ketiga guru tersebut dan ajaran mereka memiliki pengaruh besar dalam kebudayaan dan peradaban Cina.

Meskipun memiliki hubungan yang dekat, di negeri asalnya ketiga kepercayaan ini memiliki tempat ibadahnya masing-masing. Umat Buddha Mahayana di Kuil (untuk membedakan dengan Buddha serupa yang di Vihara), umat Tao di Bio, dan umat Kong Hu Cu di Lithang.

Hal ini sangat berbeda dengan di Indonesia. Kebijakan politik penguasa pada rezim Orde Baru menuntut umat Tridharma di Indonesia beribadah dalam satu tempat ibadah, seolah-olah ketiga umat itu adalah penganut satu agama.

Mataram Kuno, Kerajaan Toleransi Bercorak Hindu-Buddha

Referensi:

  • Naziyyah, Makhillatul. 2008. Keberagamaan Umat Tri Dharma (Studi Kasus di Vihara Avalokitesvara Gunung Kalong Ungaran). Skripsi Jurusan Perbandingan Agama. Semarang: UIN Walisongo.
  • Miharja, Deni, dkk., 2022. “Tridharma Religion in Indonesia: Reading Hikmah Tridharma and Tjahaja Tri-Dharma Magazines during the 1970s-1980s”. Religious 6(2):223-230.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

Terima kasih telah membaca sampai di sini