Bermain Balogo, Cara Tradisional Orang Kutai untuk Menjaga Silaturahmi

Bermain Balogo, Cara Tradisional Orang Kutai untuk Menjaga Silaturahmi
info gambar utama

Masyarakat Kutai memiliki permainan tradisional yang tetap dipertahankan di tengah kepungan permainan modern. Salah satu jenis permainan tradisional yang masih bertahan dari Kutai dinamakan belago.

Dimuat dari Indonesia Kaya, perangkat utama dari permainan ini adalah kepingan berbentuk segi lima yang disebut logo. Kepingan ini terbuat dari batok kelapa yang diamplas pada kedua sisinya.

“Logo ini dimainkan dengan cara dicungkil menggunakan sebuah tongkat yang disebut campak,” tulis laman tersebut.

Menjamu Benua, Saat Sultan Kutai Berkabar dengan Dunia Gaib

Bentuk logo bermacam-macam, tidak selalu bundar. Ada yang berbentuk bidawang (bulus), biuku (penyu), segitiga, layang-layang, dan daun. Pemain dibantu sebuah alat yang disebut penapak atau stik atau pemukul dengan panjang sekitar 40 cm dan lebar 2 cm.

“Fungsi penapak atau campa adalah untuk mendorong logo agar bisa meluncur dan menghantam logo lawan yang dipasang saat bermain,” lanjutnya.

Bermain beregu

Dalam aturannya, balogo bisa dimainkan sendiri, satu lawan satu. Bisa pula secara beregu. Jika dimainkan secara beregu, maka jumlah pemain yang naik (pemain yang turun memukul) harus sama dengan jumlah pemain yang pasang.

Jumlah pemain beregu minimal dua orang, maksimal lima orang. Namun dikatakan oleh seorang pemain veteran, Agus Triatno, balogo sebenarnya tidak memiliki batasan untuk para pemainnya.

6 Penghuni Baru Hutan Kehje Sewen

“Semua tergantung kesepakatan, walaupun umumnya dimainkan tiga orang dan paling banyak lima orang,” ujarnya yang dimuat Radar Banjar.

Pria 57 tahun itu menceritakan pada masa kecil dulu, balogo digunakan sebagai sarana berkumpul anak-anak antar kampung. Biasanya dengan permainan ini anak-anak antar kampung ini bisa saling kenal.

“Jadi kami berkeliling ke kampung lain dengan membawa logo dan stik dari rumah,” tambahnya.

Filosofi luhur

Selain menjadi event olahraga. balogo juga mengandung mitos sekaligus filosofi luhur. Diwariskan dari nenek moyang Suku Dayak, dipercaya pada zaman dahulu, balogo dipercaya bisa mengukur tingkat kesuburan atau rezeki seseorang.

Kala itu, balogo adalah permainan musiman. Biasanya dimainkan setelah masa panen padi atau upacara Tiwah. Ritual Tiwah sama artinya dengan membuang harta. untuk mengukur rezeki makan dimainkan balogo.

Ragam Permainan Tradisional Sumatra Utara, Mana yang Paling Berkesan?

Balogo juga menanamkan nilai-nilai positif, seperti kejujuran, tidak egois, kerjasama, kompetisi, dan musyawarah mufakat dalam menyelesaikan persoalan. Terutama menjadi ajang silaturahmi.

“Namun, menurut pengetahuan saya, permainan ini memang asli dari Suku Banjar. Sudah dimainkan sebelum masa kerajaan, boleh dikata sejak zaman purba,” tegas Agus.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini