Belajar dari Pemilu 2024, Jangan Sampai Pesta Demokrasi Mengorbankan Kesehatan Jiwa

Belajar dari Pemilu 2024, Jangan Sampai Pesta Demokrasi Mengorbankan Kesehatan Jiwa
info gambar utama

Pemilu 2024 memberi pelajaran bagi masyarakat Indonesia. Jangan sampai pesta demokrasi 5 tahunan itu menganggu kesehatan jiwa

Bukan tanpa alasan, pemilu memang dapat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa seseorang. Hal itu dibuktikan oleh penelitian bertajuk "Studi Kesehatan Jiwa dan Pemilu 2024" yang dilakukan oleh tim peneliti Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa.

Dari temuan penelitian, terungkap bahwa Pemilu 2024 meningkatkan risiko kecemasan dan depresi sedang-berat. Proses pemilu memunculkan konflik diri, konflik dengan pihak lain, hingga tekanan dalam memilih atau membuat pilihan politik.

"Dari sini, kita bilang bahwa jika Anda orang Indonesia yang sesuai dengan demografi penelitian ini yang mewakili kita semua, dan mengikuti proses pemilu dari bulan Oktober sampai 14 Februari, Anda punya 1,6 sampai 2,7 kali risiko mengalami kecemasan, dan 3 kali lebih besar mengalami depresi," ujar Inisiator Kaukus dan Peneliti Utama Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK dalam paparannya di Jakarta, Rabu (28/2/2024).

Setelah Pemilu 2024, prevalensi kecemasan masyarakat mencapai 16 persen. Sementara itu, tingkat depresi mencapai 17,1 persen.

Sebanyak 1.077 responden ikut serta dalam penelitian tersebut. Mereka adalah orang yang berasal dari 29 provinsi di Indonesia serta luar negeri. Sebanyak 77 persen responden adalah perempuan, dan 71 persen berusia di bawah 40 tahun di mana 83 persen sudah menikah.

Sebagian besar responsen tergolong aktif berpartisipasi dalam Pemilu 2024. Sebanyak 39 persen mengaku aktif mengikuti kampanye luring, 46 persen aktif berkampanye daring, dan 62 persen aktif mengikuti debat capres-cawapres.

Sebanyak 52 persen responden aktif mengakses materi kampanye melalui media massa. Sementara itu, 54 persen aktif mengakses lewat media sosial.

Bagaimana Kesehatan Mental pada Generasi Z?

Belajar dari Pemilu 2024

Kecemasan dan depresi karena pemilu bukanlah hal yang tidak bisa dicegah. Ada upaya yang bisa dilakukan untuk meminimalisirnya.

Belajar dari temuan penelitian pada Pemilu 2024, tim peneliti pun memberi saran agar masyarakat untuk lebih bijaksana saat menerima materi kampanye dari para kontestan pemilu.

"Harus bijak dalam menyikapi tawaran isu-isu kampanye dan agenda-agenda politik daripada caleg dan peserta pemilu. Bijak dalam arti mampu memfilter, jangan sampai isu kampanye membuat konflik diri," kata Ray.

Konflik diri merupakan keadaan di mana terdapat lebih dari satu pemikiran atau keinginan dalam diri seseoeang, yang mana ini kemudian berpengaruh terhadap perilakunya. Dalam konteks pemilu, konflik dirinya adalah seputar pembuatan keputusan untuk memilih.

Jika perasaan cemas dan depresi sudah muncul, maka yang dibutuhkan adalah penanganan profesional. Untuk itu, peneliti juga mendorong pemerintah agar dapat menyediakan layanan psikolog yang bisa diakses luas oleh masyarakat.

"Pemerintah sejak sebelum pemilu pun sudah ada program untuk menyediakan satu orang psikolog di setiap puskesmas. Barangkali itu perlu dipercepat supaya kemungkinan anxiety yang mengarah ke depresi bisa ditangani oleh psikolog yang sangat profesional." ujar pakar Ilmu Kedokteran Jiwa Prof Dr. dr. Tjhin Wiguna, SpKJ(K).

Menggugah Kesadaran Pentingnya Kesehatan Mental di Kalangan Remaja

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan A Reza lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel A Reza.

Terima kasih telah membaca sampai di sini