Melihat Lebih Dalam, Mengungkap Akar Konflik di Balik Dinding Lapas

Melihat Lebih Dalam, Mengungkap Akar Konflik di Balik Dinding Lapas
info gambar utama

Sistem pemasyarakatan di berbagai negara sering kali menjadi pusat perdebatan yang kompleks. Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) sering menjadi cermin dari kondisi sosial, hukum, dan kemanusiaan dalam suatu masyarakat. Meskipun dirancang untuk memberikan hukuman dan rehabilitasi, banyak lapas menghadapi tantangan besar yang berkaitan dengan konflik internal, keamanan, dan kemanusiaan.

Di banyak bagian dunia, tak jarang lapas menjadi tempat di mana pelanggaran hak asasi manusia, kekerasan, dan ketidakadilan terjadi secara rutin. Konflik antara narapidana, antara narapidana dan petugas, serta ketidakpuasan terhadap kondisi tahanan sering mewarnai kehidupan di dalamnya.

Beberapa masalah yang muncul di lapas meliputi kelebihan kapasitas, kekurangan fasilitas, kurangnya akses terhadap layanan kesehatan, dan kurangnya program rehabilitasi yang efektif.

Memahami akar konflik di lapas adalah langkah penting dalam merumuskan perubahan yang substansial dalam sistem pemasyarakatan. Diperlukan pemahaman mendalam terhadap faktor-faktor yang memicu konflik, seperti ketidaksetaraan, kekerasan, kurangnya akses terhadap keadilan, dan kurangnya respon terhadap kebutuhan dasar narapidana.

Artikel ini bertujuan untuk menggali akar-akar konflik di lapas dengan lebih mendalam serta menawarkan pandangan mengenai langkah-langkah konstruktif menuju sistem pemasyarakatan yang lebih manusiawi.

Dengan memahami akar masalah tersebut, diharapkan munculnya gagasan-gagasan inovatif yang mampu merubah paradigma pemasyarakatan dari sekadar hukuman menjadi proses rehabilitasi yang berorientasi pada pemulihan, keadilan, dan martabat manusia.

Jamin Ginting, Pahlawan Nasional Indonesia Kebanggaan Masyarakat Karo

Lembaga Pemasyarakatan dan Masalah yang Dihadapi

Pada realitanya, kondisi lapas yang seharusnya ditujukan untuk melakukan pembinaan dan pengayoman kepada masyarakat yang melanggar hukum, justru di dalamnya terdapat beberapa fenomena yang kurang manusiawi.

Kenyataan yang tidak baik ini telah dilakukan oleh sesama narapidana ataupun pihak lapas terhadap narapidana. Runtutan kejadian lebih sering disebabkan oleh beberapa hal, seperti:

  • Diskriminasi
  • Adanya perbedaan pandangan terhadap setiap kasus yang dimiliki oleh narapidana
  • ⁠Premanisme dan penyelundupan

Dapat diketahui bahwa lapas berisikan para narapidana yang telah melanggar hukum melalui tindakan sebelumnya. Oleh karenanya, ini dapat memengaruhi culture yang terjadi di dalam lapas seperti halnya premanisme berujung perundungan, perkelahian, dan konflik sosial lainnya.

Dalam beberapa momen, culture tersebut sulit dikendalikan oleh sipir atau petugas lapas yang disebabkan dari sulitnya pengontrolan emosi pada setiap napi. Sudah seharusnya para sipir melakukan pendekatan sosiologis dan psikologis untuk mengatasi culture yang menimbulkan konflik sosial sebagai upaya membangun sistem pemasyarakatan yang lebih manusiawi.

Memahami Akar Konflik di Lapas dan Solusinya

Melalui pemahaman mendalam terhadap akar konflik di Lapas, kita dapat membentuk sistem pemasyarakatan yang lebih manusiawi. Reformasi kebijakan, penegakan hukum yang adil, pendekatan rehabilitatif, dan transparansi adalah langkah-langkah kunci dalam mewujudkan visi sistem pemasyarakatan yang berfokus pada keadilan dan kemanusiaan.

Sistem pemasyarakatan di Indonesia terus menghadapi tantangan kompleks dan memahami akar konflik di Lapas adalah langkah esensial untuk merevolusi sistem ini menjadi lebih manusiawi. Beberapa faktor kunci perlu diperhatikan agar transformasi ini dapat terjadi.

Pelestarian Canang Kayu, Alat Musik Tradisional Masyarakat Singkil Aceh

Overpopulasi dan Kondisi Lingkungan

Overpopulasi di Lapas/ rutan menjadi pemicu utama konflik. Dengan kapasitas yang terbatas, lingkungan yang sesak dan kurang sehat cenderung memicu ketegangan antarnarapidana. Diperlukan reformasi kebijakan pidana untuk mengurangi jumlah tahanan, fokus pada alternatif hukuman, dan meningkatkan kondisi penahanan.

Ketidaksetaraan dalam Sistem Hukum

Keadilan yang tidak merata di dalam sistem hukum dapat menciptakan rasa ketidakpuasan di kalangan narapidana. Penting untuk mendorong penegakan hukum yang adil, mengurangi disparitas hukuman, dan memberikan akses setara terhadap pendidikan dan pelatihan keterampilan.

Pendekatan Rehabilitatif dan Punitif

Paradigma pemasyarakatan perlu bergeser dari pendekatan punitif menuju rehabilitatif. Pendidikan, pelatihan keterampilan, dan program rehabilitasi yang efektif harus menjadi fokus utama untuk membantu narapidana mengubah perilaku dan mempersiapkan mereka untuk reintegrasi ke masyarakat.

Ketidaktransparanan dan Kurangnya Akuntabilitas

Sistem pemasyarakatan yang kurang transparan dan tidak akuntabel seringkali menjadi tempat munculnya ketidakpuasan. Diperlukan langkah-langkah untuk meningkatkan transparansi, memberikan akses informasi publik tentang kondisi di dalam lembaga pemasyarakatan, dan mendirikan mekanisme pengawasan independen.

Keterlibatan Masyarakat

Melibatkan masyarakat dalam pemecahan masalah pemasyarakatan adalah kunci untuk menciptakan sistem yang lebih responsif dan berdampak. Partisipasi aktif dari masyarakat dapat membantu merancang solusi yang lebih sesuai dengan kebutuhan lokal, serta memberikan dukungan dalam proses rehabilitasi.

Dengan memahami dan mengatasi akar konflik di Lapas, kita dapat membentuk fondasi yang kokoh untuk sistem pemasyarakatan yang lebih manusiawi.

Roti Buaya, Memori Peradaban Masyarakat Sungai dalam Kebudayaan Betawi

Reformasi kebijakan, penekanan pada keadilan, pendekatan rehabilitatif, transparansi, dan keterlibatan masyarakat merupakan langkah-langkah krusial untuk meraih perubahan yang berarti dan berkelanjutan dalam sistem pemasyarakatan Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini