Mempelajari Women Support Women dari Karakter Katara, Avatar: The Legend Of Aang

Mempelajari Women Support Women dari Karakter Katara, Avatar: The Legend Of Aang
info gambar utama

Avatar: The Legend of Aang merupakan salah satu serial animasi karya Nickelodeon dengan tayangan perdana tahun 2005. Terhitung sudah tiga kali saya menonton serial animasi Avatar ini hingga menyadari satu hal, bahwa Avatar bukan hanya serial animasi penghibur anak-anak.

Serial tersebut telah mengajari banyak hal, salah satunya dari tokohnya yang bernama Katara, seorang pengendali air dari Suku Air Selatan.

Katara telah menjadi karakter seorang gadis yang luar biasa dan menarik. Saya menyadari jika Katara merupakan salah satu ikon feminis animasi yang menginspirasi, terkhususnya pada istilah ‘Women Support Women.”

Pada “Buku Pertama, episode Ahli Pembengkokan Air”, Aang, Katara, dan Sokka (bersama Appa dan Momo) tiba di Suku Air Utara mencari ahli pembengkokan air untuk mengajari Aang. Katara juga bersemangat karena dia ingin mempelajari skill pembengkokan air.

Diplomasi Indonesia Aktif Perjuangkan Pendidikan Perempuan di Afghanistan

Mereka bertemu Guru Pakku, sang ahli pembengkokan air, tetapi Guru Pakku menjelaskan bahwa di Suku Air Utara, perempuan tidak diperbolehkan belajar membengkokkan air. Wanita di Suku Air Utara belajar dari Yugoda dalam menggunakan pembengkokan air untuk menyembuhkan orang lain

Katara dengan tegas menolak menerima tradisi ini. Ia menyatakan, “Saya tidak ingin sembuh, saya ingin bertarung!” Katara telah menunjukkan kepada banyak gadis muda bahwa seorang gadis juga bisa berkelahi dan tidak apa-apa untuk membela apa yang diyakini benar.

Pada pisode lain di “Book One, The Deserter”, Aang melakukan tembakan pertamanya dan tidak sengaja membakar tangan Katara. Katara menangis sembari melarikan diri dari Sokka dan Aang. Katara mencoba mendinginkan tangannya yang terbakar di dalam air.

Namun, secara tiba-tiba, air di sekitar tangannya bersinar dan menyembuhkan dirinya sendiri. Ternyata Katara mempunyai kemampuan penyembuhan menggunakan air sebagai katalisnya. Katara menggunakan kemampuan penyembuhannya untuk membantu karakter lain di berbagai waktu.

Saya sempat bingung ketika Katara mulai membantu orang lain dengan menggunakan kemampuan penyembuhannya. Padahal, sebelumnya dia bersikeras bahwa tidak ingin melakukan itu. Membantu orang lain merupakan tindakan baik untuk dilakukan, tetapi bagi saya dia seperti hipokrit karena melakukan sesuatu yang sebelumnya dia tolak.

Perempuan Kian Miliki Peran Penting dalam Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Saya baru menyadiri walaupun Katara mengatakan dia tidak menyembuhkan orang lain dan ingin melawan, Katara tidak pernah mengatakan bahwa menyembuhkan orang lain adalah pilihan buruk. Katara menghormati mereka yang memilih untuk menyembuhkan daripada melawan.

Ketika Katara bertemu Yugoda di kelas penyembuhan, dia tidak pernah meremehkannya. Katara memilih untuk bertarung karena dia sadar akan kekuatannya. Katara merasa dia bisa melakukan lebih dari sekadar menyembuhkan, jadi mengapa tidak? Akan tetapi, saat Katara mengetahui tentang kemampuan penyembuhannya, dia memutuskan untuk membantu orang lain juga.

Dalam episode “Buku Ketiga, Wanita Lukis”, gadis itu mengatakan bahwa dia tidak akan pernah meninggalkan orang-orang yang membutuhkannya. Katara bisa menjadi salah satu role mode untuk memilih apa yang ingin kita lakukan dan tidak meremehkan gadis lain yang memilih sesuatu yang berbeda dari diri kita.

Saya terkadang memperhatikan masih banyak wanita memandang rendah wanita lain hanya karena mereka memilih melakukan sesuatu yang lebih disukainya dan berbeda. Sebagai contoh, perdebatan wanita karier vs ibu rumah tangga, menikah vs tidak menikah, hingga tidak ingin memiliki anak vs memiliki anak.

Saya menyadari jika saya tidak lebih istimewa hanya karena memilih untuk melakukan sesuatu yang saya inginkan dan itu tidak berbeda di antara pilihan wanita lain. Semua wanita dapat melakukan apapun yang mereka mau lakukan tanpa memandang rendah wanita lain yang mengambil jalan hidup berbeda.

Selama keputusannya tidak merugikan siapa pun, kita harus saling mendukung. Kita harus belajar dari Katara bahwa perempuan memiliki kebebasan untuk memilih apapun yang disukai dan ingin dilakukan tanpa merendahkan pilihan perempuan lain.

Restorasi Film Tahun 1952 Karya Sutradara Perempuan Pertama Indonesia Sudah Selesai

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DN
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini