Kekayaan Seni Budaya Provinsi Bengkulu, Kearifan Lokal yang Terus Dilestarikan

Kekayaan Seni Budaya Provinsi Bengkulu, Kearifan Lokal yang Terus Dilestarikan
info gambar utama

Provinsi Bengkulu dihuni oleh berbagai suku bangsa yang terbagi atas suku bangsa asli dan suku bangsa pendatang. Adapun penduduk asli Bengkulu terdiri atas empat suku bangsa besar, yaitu suku Melayu, suku Serawal, suku Rejang, dan suku Enggano. Berbagai suku bangsa tersebut sangat memengaruhi keragaman budaya provinsi ini.

Kehidupan masyarakat provinsi Bengkulu masih kental dengan berbagai pelaksanaan tradisi atau upacara adat, serta tetap lestarinya berbagai kesenian dan indahnya rumah adat Bengkulu.

Dengan berkunjung ke provinsi ini, Kawan dapat mengenal lebih dekat tentang nilai-nilai budaya dan cara hidup masyarakatnya. Beragam budaya yang unik menjadikan Provinsi Bengkulu memiliki pesona dan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.

Kawan GNFI, berikut warisan seni budaya dari Provinsi Bengkulu!

Upacara Tabut

Upacara Tabut merupakan ritual tradisional masyarakat Bengkulu. Upacara ini diadakan untuk mengenang kisah kepahlawanan cucu Nabi Muhammad SAW, yaitu Hussein bin Ali bin Abi Thalib, yang wafat dalam peperangan di Padang Karbala, Irak.

Tabut berasal dari kata Arab yaitu tabut yang berarti kotak kayu atau peti. Tabot dikenal sebagai peti yang berisikan kitab Taurat Bani Israil. Tabot dipercaya bahwa jika muncul akan mendapatkan kebaikan. Namun, jika hilang akan mendapatkan malapetaka.

Upacara Tabut ini biasa diselenggarakan di Tapak Padri, Kota Bengkulu. Upacara ini dilaksanakan dari tanggal 1-10 Muharram.

Mengingat pentingnya pergelaran upacara Tabut bagi masyarakat, setiap tahun pemerintah dan masyarakat Bengkulu mengiringi kemeriahan upacara Tabut dengan melaksanakan festival. Dalam festival itu dilaksanakan berbagai kegiatan seperti pergelaran seni budaya, lomba budaya dan kepemudaan, lomba Tabut pembangunan, lomba seni ikan-ikan, dan telong-telong.

Menelusuri Tempat Sejarah, Rumah Pengasingan Bung Karno di Bengkulu

Kain Besurek

Kain Besurek merupakan kain batik atau kerajinan khas Provinsi Bengkulu. Dalam bahasa Indonesia Besurek berarti bersurat. Kain Besurek ini bertuliskan huruf-huruf Arab, baik yang dapat dibaca maupun yang tidak dapat dibaca. Kain Besurek yang bermotif tulisan huruf Arab yang bisa dibaca sangat sakral. Kain tersebut hanya dipakai saat upacara adat, misalnya upacara pernikahan dan kematian.

Motif kain khas Provinsi Bengkulu ini merupakan perpaduan antara motif kaligrafi Jambi dan Cirebon. Perpaduan ini membentuk motif khas Provinsi Bengkulu. Sekarang ini, motif kain Besurek sudah lebih bervariasi yaitu dengan memadukan motif bunga rafflesia.

Rumah Adat Bengkulu

Rumah adat suku-suku bangsa di Provinsi Bengkulu berbentuk rumah panggung. Bentuk rumah panggung ini dimaksudkan untuk melindungi penghuninya dari bahaya banjir. Sementara itu, kolong rumah panggung tersebut digunakan baik untuk menyimpan hasil panen, alat-alat pertanian, dan kayu api.

Rumah adat Bengkulu terdiri atas beberapa bagian, yaitu berando (penigol), penduhuak, dapur, andie-andie, dan gang. Berando berfungsi sebagai tempat menerima tamu biasa. Penduhuak sebagai tempat untuk menyimpan barang dan pakaian. Dapur digunakan untuk memasak dan berdiang. Andie-andie berfungsi sebagai tempat untuk memberi pelajaran dan nasihat kepada anak. Gang merupakan tempat untuk mencuci kaki sebelum masuk ke dalam rumah. Selain itu, masih ada beberapa ruang yang lain, seperti hal atau dihal, bilik, dan garang.

Saraval Anam

Saraval Anam atau biasa disebut dengan berzikir adalah salah satu kesenian masyarakat Lembak. Masyarakat Lembak tersebar di Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Utara yang berbatasan dengan Kota Bengkulu. Sebagian masyarakat Lembak yang lain berada di Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahiang. Kesenian ini sering ditampilkan pada acara pernikahan, aqiqah, dan memperingati maulid Nabi Muhammad SAW.

Alat Musik Dol

Dol merupakan alat musik tradisional Provinsi Bengkulu. Bentuknya mirip dengan gendang yang terbuat dari kulit sapi. Ukuran alat musik Dol bermacam-macam, ada yang besar dan ada juga yang kecil. Besar kecilnya Dol tidak memengaruhi suaranya.

Suara Dol yang besar berasal dari senar yang dipasang di dalam Dol besar, sedangkan suara Dol kecil berasal dari tebal atau tipisnya kulit sapi. Perbedaan irama Dol yang dimainkan berasal dari pukulannya. Ada tiga jenis pukulan yang ada pada Dol, yaitu suweri untuk perjalanan panjang, suwena untuk berduka cita, dan tamatang untuk suasana riang.

Fenomena Air Telaga Berubah Biru di Bengkulu, Kini Jadi Tempat Wisata

Tari Andun Bimbang

Tari Andun Bimbang adalah tarian khas dari Bengkulu Selatan. Tarian ini biasa ditarikan pada acara pernikahan maupun penyambutan tamu khusus. Tarian ini menggambarkan orang yang sedang menari-nari di atas kapal yang terguncang ombak. Menurut legenda, tarian ini tercipta saat pendahulu masyarakat Bengkulu Selatan berpindah tempat melewati samudera. Untuk menghilangkan rasa bosan mereka menari-nari di atas kapal mengikuti irama gelombang yang mengasyikkan. Untuk mengenang kembali, dibuatlah sebuah tarian.

Kedurai Agung

Keduarai Agung merupakan upacara khas suku bangsa Rejang. Kawan dapat menyaksikan upacara ini di Desa Bandar Agung, Kecamatan Tapus, Kabupaten Lebong. Upacara Kedurai Agung ini dilaksanakan setahun sekali. Kedurai Agung merupakan kenduri untuk berdamai kembali dengan para leluhur sehingga desa terhindar dari musibah penyakit, baik yang menjangkiti manusia, hewan, dan ternak.

Pelaksanaan upacara ini dilakukan pada bulan Zulkaidah. Menurut kepercayaan masyarakat Rejang, bulan Zulkaidah diyakini sebagai bulan hama dan penyakit.

Ada beberapa kedurai yang merupakan bagian dari Kedurai Agung. Salah satunya adalah Kedurai Donok (laut). Kedurai Donok dipimpin oleh pawang ritual suku bangsa Rejang. Kedurai Donok dilaksanakan di Sungai Ketaung. Hal ini dikarenakan Sungai Ketaung diyakini sebagai jalur perlintasan arwah para leluhur dari laut.

Benteng Marlborough: Si Kura-Kura Beton, Cagar Budaya Peninggalan Inggris di Bengkulu

Selain Kedurai Donok, dilakukan pula Kedurai Tebo. Kedurai Tebo dilakukan untuk menghormati para leluhur yang berasal dari gunung. Upacara ini merupakan perwujudan permintaan maaf, penghormatan, sekaligus permohonan kepada Tebo (harimau) agar terhindar dari malapetaka. Tebo sangat dihormati karena diyakini sebagai perwujudan para leluhur mereka yang ada di gunung.

#WritingCamp

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

S
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini