Jenis-Jenis Jamu Tradisional Indonesia, Diakui Sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO

Jenis-Jenis Jamu Tradisional Indonesia, Diakui Sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO
info gambar utama

Apakah Kawan pernah mendengar lagu berbahasa Jawa berjudul Suwe Ora Jamu? Sepenggal liriknya adalah: Suwe ora jamu, jamu pisan godhong telo, Suwe ora ketemu, ketemu pisan gawe gela. Lagu ini begitu populer bukan?

Lagu Suwe Ora Jamu berkaitan dengan resep jamu keraton yang biasa diminum kaum bangsawan sejak lama dan cukup manjur. Jamu adalah sebutan orang Jawa terhadap obat tradisional dari ramuan tumbuh-tumbuhan alami, telah lama menjadi identitas kesehatan Indonesia dan tidak menggunakan bahan kimia sebagai adiktif.

Tradisi ini sudah melekat sejak zaman nenek moyang, jauh sebelum pengenalan farmakologi modern di Indonesia. Karena itulah, banyak resep jamu yang telah bertahan ratusan tahun, diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi.

Sebagai bagian tak terpisahkan dari warisan Indonesia, jamu telah menjadi penopang kesehatan masyarakat selama berabad-abad. Dalam buku "Standarisasi Obat Herbal" oleh Sudarsono dan lainnya, diungkapkan bahwa jamu telah dikenal dan digunakan sejak abad ke-5 hingga abad ke-19 M.

Praktek penggunaan jamu berupa tanaman yang menjadi sarana utama masyarakat tradisional untuk pengobatan penyakit dan memelihara kesehatan.

Dikutip dari Indonesia.go.id, pada abad ke-20 tepatnya pada tahun 1940 masa penjajahan Jepang, minat terhadap tradisi minum jamu kembali berkembang seiring dibentuknya Komite Jamu Indonesia. Seiring berjalannya waktu, penjualan jamu pun ikut meningkat sejalan dengan perkembangan teknologi.

Namun, popularitas jamu sebagai industri yang terstruktur mulai meningkat sejak tahun 1974 sampai 1990, banyak perusahaan jamu didirikan dan industri ini semakin berkembang pesat di Indonesia. Pada saat itu ramai diadakan pembinaan dan dukungan dari pemerintah untuk meningkatkan aktivitas produksi industri jamu.

Kawan GNFI, apakah sudah pernah minum jamu? Jika belum, berikut ulasan tentang jenis-jenis jamu tradisional di Indonesia!

Jamu Kunyit Asam

Jamu kunyit asam merupakan racikan yang menggabungkan kunyit dan asam jawa. Jamu ini memiliki banyak manfaat untuk kesehatan dan memiliki rasa yang segar, tentunya pasti membuat orang yang mengkonsumsi jamu ini ketagihan.

Dibuat dari bahan utama buah asam dan rimpang kunyit, jamu kunyit asam mudah dikenali karena warna kuning yang dihasilkan oleh senyawa kurkumin. Kurkumin ini memiliki fungsi antioksidan yang baik bagi tubuh, anti-inflamasi, serta antikanker.

Manfaat jamu kunyit asam juga dapat meredakan nyeri haid pada perempuan, karena mengandung senyawa kurkuminol yang berfungsi sebagai analgetik. Manfaat kunyit tersebut diperkuat dengan kandungan asam jawa yang memiliki senyawa antosianin, yang berfungsi sebagai anti nyeri.

Mengunjungi Jamu Ginggang, Sentra Jamu Legendaris di Kota Yogyakarta

Jamu Beras Kencur

Beras Kencur terbuat dari beras yang dicampur dengan rimpang kencur, yang dipercaya memiliki sifat antioksidan untuk melindungi tubuh dari zat berbahaya.

Konsumsi jamu ini juga diyakini membantu pengendalian berat badan serta memberikan manfaat seperti pencegahan jerawat, meredakan batuk dan gatal tenggorokan, mengatasi masuk angin, pegal-pegal, dan meningkatkan nafsu makan berkat kandungan Vitamin B yang tinggi.

Jamu Temulawak

Jamu tradisional ini terbuat dari temulawak yang dicampur dengan asam jawa, gula jawa, daun pandan, dan jinten. Jamu tersebut diyakini memiliki kemampuan untuk meredakan mual, kembung, dan gejala masuk angin.

Temulawak mengandung flavonoid, fenol, dan kurkumin yang berperan sebagai antioksidan. Zat-zat antioksidan tersebut bermanfaat untuk melindungi mukosa lambung dari kerusakan akibat radikal bebas.

Selain itu, temulawak yang dikeringkan juga dapat dimanfaatkan sebagai obat untuk luka.

Jamu Kudu Laos

Jamu ini terbuat dari bahan dasar mengkudu dan laos atau lengkuas. Beberapa penelitian telah mengungkapkan beragam manfaat kesehatan dari mengkudu. Diantaranya, meningkatkan daya tahan tubuh, pencegahan diabetes, pencegahan kanker, regenerasi sel, dan menjaga kecantikan kulit.

Sementara itu, tanaman laos atau lengkuas juga memberikan manfaat kesehatan, seperti meningkatkan fungsi otak, pencegahan kanker, meredakan batuk, perawatan kulit, dan mendukung kesuburan pada pria dewasa.

Mengenal Kampung Jamu Wonolopo, Representasi Budaya yang Tampil di UNESCO

Jamu Galian Singset

Jamu galian singset dibuat dengan menggunakan bahan-bahan seperti kencur, temulawak, kapulaga, daun jati belanda, asam jawa, kunyit, merica, laos, biji pinang, kayu manis, serai, cengkeh, ketumbar, dan berbagai rempah-rempah lainnya. Umumnya, jamu ini dikonsumsi sebagai solusi menjaga berat badan agar tetap ideal.

Kandungan anti-obesitas dan anti-dislipidemia pada jamu galian singset berasal dari komponen-komponen seperti daun jati belanda, kunyit, dan biji pinang. Jamu ini masih menjadi pilihan konsumsi di kalangan masyarakat karena diyakini membantu menurunkan berat badan.

Daun jati belanda, yang mengandung flavonoid, steroid, dan tanin, berperan sebagai anti-obesitas dengan menghambat aktivitas enzim lipase dalam saluran pencernaan.

Jamu Kunci Sirih

Jamu kunci sirih dibuat dari bahan dasar temu kunci dan sirih, yang dikenal memiliki manfaat dalam pengobatan keputihan. Jamu ini juga diyakini memiliki senyawa dengan fungsi sebagai antidiabetes.

Jamu Sinom

Dari segi penampilan, jamu sinom memiliki warna yang hampir serupa dengan jamu kunyit asam. Kedua jamu tersebut memiliki bahan dasar yang mirip, seperti kunyit, dan tambahan lainnya seperti gula merah, temulawak, dan rempah-rempah lainnya.

Jamu sinom dipercaya memiliki manfaat untuk meremajakan dan mencerahkan kulit, serta meredakan nyeri haid. Ini disebabkan oleh kandungan senyawa antioksidan dan antiinflamasi yang terdapat dalam setiap bahan yang digunakan.

Jamu Pahitan atau Sambiloto

Sebagaimana namanya, jamu ini memang memiliki cita rasa pahit karena menggunakan daun sambiloto yang terkenal dengan julukan "King of Bitter." Meskipun daun sambiloto sendiri sudah memiliki rasa pahit, jamu ini kadang-kadang ditambahkan dengan brotowali, memberikan pengalaman rasa yang sangat pahit.

Kawan GNFI sudah tahu, jamu telah menjadi warisan budaya tak benda dari Indonesia?

Pada sidang ke-18 Intergovermental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Republik Botswana pada 6 Desember 2023, UNESCO secara resmi mengakui Jamu sebagai bagian dari warisan budaya tak benda dari Indonesia. Penetapan ini menjadikan Jamu sebagai warisan budaya tak benda ke-13 dari Indonesia yang masuk dalam daftar UNESCO.

Jamu Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO, Budidayakan Sehat Tradisional

Dengan keberlanjutan warisan ini, jamu tidak hanya mencerminkan kekayaan tumbuhan alami yang tersebar di Nusantara, tetapi juga menyajikan perpaduan antara tradisi dan inovasi. Sebagai generasi muda Indonesia, mari bersama-sama melestarikan budaya sehat jamu untuk masa depan. Kawan GNFI, ayo minum jamu!

#WritingCamp

Referensi:

Hanum, Musyri'ah. 2011. Pengobatan Tradisional dengan Jamu Ala Keraton sebagai Warisan Turun-Temurun. Yogyakarta: C.V Andi OFFSET.

Indonesia.go.id: https://indonesia.go.id/ragam/komoditas/sosial/sejarah-dan-perkembangan-jamu-minuman-tradisonal-indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

S
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini