Kesehatan Mental dan Media Sosial Terhadap Gen Z

Kesehatan Mental dan Media Sosial Terhadap Gen Z
info gambar utama

Kesehatan mental merupakan kebutuhan awal setiap manusia. Mental yang terjaga dan sehat akan sangat mempengaruhi kebahagiaan, kesejahteraan dan kehidupan seorang. Dari banyaknya generasi yang sudah ada, Gen Z adalah salah satu generasi terbanyak yang melaporkan mengenai kesehatan mental dan gen yang memiliki paling banyak permasalahan psikologis dibandingkan Gen yang lain.

Hal ini didukung oleh data statistik Amerika tahun 2023 menerangkan bahwa sebanyak 42% Generasi Z didiagnosa dengan masalah kesehatan mental. Dari data tersebut, dapat dikatakan bahwa Generasi Z peka terhadap kondisi psikologis yang ada pada dirinya.

Data survei Indonesia, National Adolescent Mental Health Survey ( I-NAMHS ) pada tahun 2022 mengemukakan bahwa sebanyak 34,9% generasi muda mengalami gangguan kesehatan mental, dengan riwayat kasus terbanyak yaitu gangguan kecemasan 26,7% dan hiperaktivitas 10,6% serta permasalahan mental terbanyak di Indonesia ke-tiga adalah depresi yaitu 5,3%.

Dibandingkan dengan generasi sebelumnya, Generasi Z sangatlah peduli terhadap kesehatan mental mereka pribadi, dimulai generasi muda mencari tahu permasalahan yang ada pada dirinya lewat internet atau social media.

Karena rasa keingintahuannya yang tinggi serta banyak faktor pendukung yang dapat mereka akses untuk menelaah lebih jauh yang ada dalam dirinya sendiri, konten-konten edukasi yang tersedia dapat meningkatkan rasa awareness Gen Z terhadap kesehatan mental.

Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan mental adalah suatu keadaan sehat utuh secara fisik (jasmani) dan mental (rohani) serta bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Seseorang yang sehat secara mental dan fisik memungkinkan mengatasi tekanan hidup, menyadari kemampuannya, dapat belajar dan bekerja dengan baik.

Hal ini merupakan komponen integral dari kesehatan dan kesejahteraan yang mendasari kemampuan individu dan kolektif untuk mengambil keputusan, membangun hubungan dan membentuk dunia tempat kita tinggal.

Gen Z merupakan generasi yang lahir dalam rentang tahun 1997 sampai dengan tahun 2012, berdasarkan data sensus penduduk oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia.

WHO mengungkapkan bahwa remaja adalah sebuah fase perubahan dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang memasuki kira kira 12 tahun dan berakhir pada usia 20 hingga 26 tahun. Adapun Gen Z berada diantara kedua fase tersebut.

Pada masa ini, remaja mengalami proses pematangan fisik yang lebih cepat dari psikososialnya dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga. Keterlibatan Gen Z dengan lingkungan sekitar, baik internal maupun eksternal membutuhkan manajemen diri yang baik.

Anak Korban Bully? Mengganggu Aktivitas Dan Berdampak Pada Kesehatan Mental PTSD

Namun, ada kalanya mereka tidak dapat mengendalikan emosi dan mengelola stress, sehingga dapat memunculkan permasalahan mental yang serius, jika tidak ditangani secara cepat dan tepat.

Ketika mereka sudah merasakan adanya perubahan atau hal aneh didalam diri mereka, baik pikiran atau perilaku, timbulah rasa penasaran dan ingin mencari tahu hal tersebut. Cara mereka menemukan jalan keluar permasalahan yang ada pada mereka, biasanya mencari tahu lewat internet sebagai penyelesaian pertama. Generasi Z biasa juga disebut dengan IGen atau Generasi Internet.

Apakah ada alasan khusus mengapa Gen Z disebut dengan Generasi Internet atau IGen? Sebenarnya tidak ada alasan khusus untuk penyebab Gen Z memiliki beberapa sebutan “unik”. Hanya saja, memiliki korelasi yang menghubungkan antarkeduanya, seperti mereka mulai mengenal internet dan sangat bergantung pada internet.

Hal tersebut dikarenakan generasi Z terlahir pada zaman ketika teknologi informasi sudah sedemikian maju. Mereka sedari kecil mereka sudah familiar dengan laptop, internet, WiFi, dan ponsel pintar.

Kepedulian terhadap kesehatan mental adalah langkah awal yang baik untuk menuju generasi emas yang maju, stabil, dan berpikir kritis dalam menghadapi setiap tantangan yang ada dalam lingkup internal maupun eksternal setiap individu.

Generasi Z merupakan salah satu generasi yang mendobrak stigma masyarakat bahwa topik mengenai “mental” adalah hal yang tabu. Sehingga, di zaman sekarang ini masyarakat sudah mulai familier mengenai kata tersebut.

Penjagaan yang tepat untuk mengurangi permasalahan mental seperti depresi, hiperaktivitas, kecemasan yang ditampilkan melalui presentase data statistik awal dan paling banyak dialami oleh Gen Z adalah:

1. Berada dalam Lingkungan Positif

Mungkin hal ini cukup sering diabaikan oleh setiap individu karena mempertahankan pertemanan atau tidak berani keluar dari zona nyaman. Hal ini membuat mereka menganggap sepele faktor yang dapat memicu permasalahan mental dalam diri seseorang.

6 Cara Mencegah Kecemasan Finansial, Kesehatan Mental Tetap Aman

2. Mempunyai Konsep Diri yang Baik

Konsep diri merupakan pandangan dan nilai yang digambarkan setiap individu mengenai dirinya sendiri dan bagaimana respon individu menanggapi nilai dan pandangan yang diberikan oleh orang lain terhadap individu tersebut.

Pada konsep inilah sangat penting dimiliki setiap orang. Jika setiap orang memiliki konsep diri yang baik, maka akan muncul rasa self love sehingga tidak mudah terkecoh dengan perkataan orang lain, tindakan, maupun perlakuan yang diberikan orang lain terhadap diri sendiri.

3. Istirahat dan Konsumsi Makanan yang Sehat

Kesehatan mental dapat dipengaruhi oleh istirahat dan makanan yang bergizi serta bernutrsi bagi tubuh.Terdapat hubungan antara fisik seseorang dengan kondisi psikologisnya. Jika kedua hal tersebut terlaksana dengan baik, maka otak akan berfungsi dengan baik. Dengan demikian, mereka dapat menjalani aktivitas dengan sehat dan terjaga mood-nya.

4. Berolahraga

Faktanya, ketika seseorang berolahraga, maka tubuh akan melepaskan hormon endorfin, yaitu hormon yang berperan dalam meredakan rasa cemas, khawatir, dan stres seseorang. Kita dapat melakukan olahraga secara rutin per-minggunya, yang mana olahraga baik untuk fisik maupun kondisi psikologis seseorang.

5. Bijak dalam Menggunakan Media Sosial

Seperti yang sudah kita bahas di atas, media sosial dapat memberikan dampak yang positif jika digunakan secara baik dan bijak seperti mencari konten bermanfaat dan edukatif. Begitupun sebaliknya, jika kita menggunakan media sosial secara tidak tepat, maka akan menghasilkan dampak negatif baik bagi diri sendiri maupun perilaku yang dimunculkan untuk sekitar.

Menggugah Kesadaran Pentingnya Kesehatan Mental di Kalangan Remaja

Referensi:

  • Phangadi, M. (2019). Peningkatan pengidap penyakit mental pada generasi z periode 2013-2018.
  • Lyngdoh, Teidorlang, Dahlia El-Manstrly, dan Krishnan Jeesha. “Isolasi sosial dan kecemasan sosial menjadi pendorong kesediaan generasi Z untuk berbagi informasi pribadi di media sosial.” Psikologi & Pemasaran 40.1 (2023): 5-26.
  • https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/mental-health-strengthening-our-response
  • https://www.apa.org/topics/mental-health
  • Guntur, A., Rahmadanty, I.,P., dan U. (2022). Mental Health Stigma Among Generation Z Students in Salafi Islamic Boarding Schools. Journal of Health Sciences,15(03),283-290.
  • Widowati, Rizky, Inneke Widowati. (2022). “Analisis Dampak Psikologis Pada Pengguna Media Sosial.” Jurnal Penelitian Psikologi 9(2): 272–83.
  • Yasin, Rhaina Al, Raden Roro, Kirani Annisa, and Salwa Salsabil. (2022). “Pengaruh Sosial Media Terhadap Kesehatan Mental Dan Fisik Remaja : A Systematic Review.” 3: 82–90.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

PM
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini