Mental Health Seseorang Dipengaruhi oleh Figur Ayah sejak Dini

Mental Health Seseorang Dipengaruhi oleh Figur Ayah sejak Dini
info gambar utama

Anak yang memiliki ayah yang aktif mengasuh, interaktif, dan memberikan kasih sayangnya, akan membuat mereka merasa lebih sehat secara fisik dan mental karena jiwanya terisi cukup oleh kehadiran figur ayah. Sosok tersebut juga akan membantu mereka tumbuh menjadi orang yang penuh kasih dan peduli terhadap orang di sekitarnya.

Anak yang dekat dengan ayahnya juga akan lebih berani mencoba hal-hal baru dan mengembangkan diri karena mereka didukung dan diajarkan tentang keberanian untuk bereksperimen. Akan sangat berbeda jika anak "hanya" diasuh oleh ibunya yang lebih bertanggung jawab untuk menjaga agar anaknya tidak gagal atau lebih welas asih.

Artikel ini bertujuan untuk menggali dan menguraikan dampak psikologis yang ditimbulkan oleh kehilangan figur ayah dalam kehidupan anak. Dengan menganalisis berbagai studi dan teori terkait, artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana ketiadaan ayah dapat memengaruhi perkembangan emosional, sosial, dan kognitif anak.

Tujuan utama dari artikel ini adalah untuk memberikan wawasan yang lebih baik kepada pembaca tentang pentingnya peran ayah dalam membentuk kesejahteraan psikologis anak, serta untuk merangsang diskusi dan kesadaran akan isu ini dalam upaya mendukung perkembangan optimal anak-anak yang kehilangan figur ayah dalam kehidupan mereka.

Kondisi tidak adanya figur ayah pada seorang yang akan ditelusuri biasanya dikenal dengan situasi fatherless. Fatherless adalah Kondisi di mana seorang anak tidak di hadirkan keberadaan ayah di dalam tumbuh kembangnya.

Hal ini timbul bisa jadi dikarenakan adanya budaya patriarki di Indonesia sehingga seorang ayah wajib bekerja dan tidak diharuskan untuk mengurus anak. Pada umumnya, itu menyebabkan hanya seorang ibu yang diutamakan menjaga anaknya.

Para Ayah Harus Baca, Agar Indonesia Tidak Menjadi Fatherless Country

Ketiadaan ayah dalam kehidupan anak kecil bisa sangat mempengaruhi mereka dalam berbagai cara. Pertama, anak-anak tersebut sering kali kurang termotivasi untuk belajar. Ini berarti mereka mungkin tidak terlalu tertarik dengan sekolah atau pelajaran, sehingga hasil belajarnya pun menurun.

Dari segi sosial dan emosional, anak-anak tanpa ayah sering merasa kurang percaya diri dan kesulitan untuk bergaul dengan orang lain. Ini terjadi karena figur tersebut memainkan peran penting dalam membantu anak-anak merasa lebih kuat dan berani dalam menghadapi dunia.

Tanpa ayah, anak-anak cenderung menghindar dari masalah, menjadi lebih emosional, dan sering ragu-ragu saat harus membuat keputusan dengan cepat.

Untuk kemampuan berbicara, anak-anak tanpa ayah biasanya mengalami keterlambatan. Ini karena mereka kehilangan momen-momen berharga seperti dibacakan buku cerita oleh ayah. Hal tersebut tidak hanya akan memperkuat ikatan mereka, tapi juga merangsang perkembangan bahasa.

Kurangnya waktu bersama ayah berarti anak-anak tersebut juga kehilangan banyak kesempatan untuk belajar dan berbicara, yang mana penting untuk perkembangan kemampuan bahasa mereka.

Ketidakhadiran ayah dalam keluarga dapat memiliki dampak yang signifikan pada masyarakat, terutama dalam hal perilaku dan pendidikan. Anak-anak tanpa figur ayah cenderung memiliki prestasi akademik yang lebih rendah dan tingkat kelulusan yang lebih rendah. Pada akhirnya itu dapat mengurangi kualitas sumber daya manusia masyarakat.

Selain itu, ketidakhadiran ayah juga dapat meningkatkan kemungkinan perilaku bermasalah dan aktivitas kriminal pada anak-anak, yang dapat menimbulkan beban bagi layanan sosial dan sistem peradilan pidana.

Kemudian, absensi ayah juga dapat berdampak pada kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Anak-anak dari keluarga tanpa ayah lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. Mereka juga lebih rentan terhadap masalah kesehatan fisik karena tidak ada dorongan untuk menjalani gaya hidup sehat.

Oleh karena itu, absensi ayah memiliki konsekuensi yang lebih luas pada tingkat sosial dan ekonomi masyarakat daripada hanya masalah keluarga atau individu.

Solusi dari Kondisi Fatherless

Untuk mengurangi efek negatif dari ketidakhadiran ayah dalam keluarga, berikut adalah beberapa tindakan yang dapat diambil.

Pertama, penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang peran ayah dalam perkembangan anak. Kampanye dan program pendidikan dapat mengubah persepsi dan apresiasi tentang peran yang dapat dimainkan seorang ayah dalam keluarga.

Kedua, perlu adanya dukungan yang lebih besar dari keluarga dan komunitas. Layanan komunitas dan program dukungan keluarga yang berfokus pada keluarga yang mengalami ketidakhadiran ayah dapat memberikan bantuan yang diperlukan untuk membantu mereka tumbuh dan berkembang dengan baik.

Kisah Cinta Prabowo Subianto: Sempat "Disentil" Ayah, Akhirnya Menikahi Titiek Soeharto

Memfasilitasi peran ayah pengganti juga penting. Kakek, paman, atau figur laki-laki lainnya dapat membantu anak-anak yang tidak memiliki ayah, meskipun mereka mungkin tidak dapat melakukannya sepenuhnya. Dengan demikian, upaya ini dapat membantu mengurangi dampak negatif dari ketidakhadiran ayah dalam keluarga.

Dalam perkembangan psikologi manusia, peran ayah sangat penting. Ayah tidak hanya mencari uang keluarga, tetapi juga memberikan dukungan emosional, pendidikan, dan sosial yang penting bagi pertumbuhan anak.

Dalam hal ini, ayah membantu membentuk identitas anak, memberikan pemahaman tentang peran gender, dan memberikan contoh hubungan interpersonal yang baik.

Selain itu, keterlibatan ayah dalam pengasuhan juga dapat membantu anak meningkatkan harga diri dan kesejahteraan emosional, serta membantu mereka mengatasi tantangan psikologis dan sosial.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendukung peran ayah dalam keluarga adalah dengan memberikan kesempatan yang lebih besar bagi ayah untuk terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka, baik melalui waktu yang lebih lama maupun keterlibatan langsung dalam pengasuhan sehari-hari.

Ini dapat dilakukan dengan mengatur jadwal yang memungkinkan ayah untuk lebih banyak berinteraksi dengan anak-anak mereka, seperti membantu mereka dengan pekerjaan rumah dan melakukan kegiatan lainnya.

Selain itu, sangat penting untuk memberikan dukungan emosional dan apresiasi terhadap peran ayah dalam keluarga. Sebab, ini akan membuat ayah merasa dihargai dan mendorong mereka untuk berpartisipasi lebih aktif dalam kehidupan anak-anak mereka.

Selain itu, peran ayah dalam keluarga juga dapat dibantu oleh program dukungan keluarga dan layanan komunitas, seperti pelatihan keterampilan orang tua, kelompok dukungan ayah, atau layanan bantuan keluarga.

Program-program ini dapat memberikan dukungan emosional dan praktis bagi ayah dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai orang tua. Selain itu, adopsi kebijakan yang mendukung keseimbangan kehidupan kerja dan keluarga juga penting.

Sebagai contoh, cuti ayah yang memadai dan fleksibilitas jam kerja, sehingga ayah dapat memiliki waktu yang cukup untuk terlibat dalam kehidupan keluarga mereka tanpa mengorbankan pekerjaan mereka.

Dengan dukungan dan kesempatan yang memadai, peran ayah dalam keluarga diharapkan diperkuat, sehingga keluarga dapat tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang sehat dan harmonis.

Ayah Bunda Harus Tahu, Begini Cara Mencegah Keputihan Tak Normal pada Balita

Referensi:

  • Hidayati, Farida, Dian Veronika Sakti Kaloeti, and Karyono Karyono. "Peran ayah dalam pengasuhan anak." Jurnal Psikologi 9.1 (2011).
  • Sundari, Arie Rihardini, and Febi Herdajani. "Dampak fatherless terhadap perkembangan psikologis anak." (2013).
  • Wulandari, Hayani, and Mariya Ulfa Dwi Shafarani. "Dampak Fatherless Terhadap Perkembangan Anak Usia Dini." Ceria: Jurnal Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini 12.1 (2023): 1-12.
  • Nurhayani, Nurhayani. "Peran Figur Ayah Dan Ibu Dalam Membentuk Kemampuan Pengendalian Emosi Pada Anak." Jurnal Tarbiyah 21.1 (2014).
  • Nihayati, D. A. (2023). Upaya Pemenuhan Hak Anak Melalui Pencegahan Fatherless. Equalita: Jurnal Studi Gender dan Anak, 5(1), 31-41.
  • Anas, F., Daud, M., & Zainuddin, K. (2024). Hubungan Fatherless Dan Kenakalan Remaja Pada Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum Di Makassar. PESHUM: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Humaniora, 3(2), 388-395.
  • alfasma, wildah, 2022, loneliness, perilaku, agresi, pada, remaja, fatherless, sukma, jurnal, penelitian, psikologi, 3, 1

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NC
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini