Serba-serbi Stunting Masa Kini

Serba-serbi Stunting Masa Kini
info gambar utama

Sungguh, kami bangga rasanya menjadi bagian bangsa yang besar dan tenar karena gemah ripah loh jinawinya. Olahan hasil bumi yang melimpah menjadi bukti nyata akan sebuah berkah yang diterima. Namun, di saat yang bersamaan kami turut merasa miris dengan isu darurat stunting yang santer terdengar.

Bagaimana bisa, bangsa yang kaya dengan olahan alamnya mengalami miskin konsumsi pangan di saat yang bersamaan. Nyatanya stunting tak hanya bicara masalah data dan angka. Namun, juga seputar mengolah kata dan rasa.

Jika hanya angka saja, tentu tak akan serumit dan sekusut realitanya. Ibarat membuat sebuah hidangan yang lezat nan memikat, seluruhnya harus dipastikan tepat. Mulai dari bahan makanan, proses pengolahan hingga penyajian. Demikian juga dalam meracik solusi stunting yang ciamik.

Problematika stunting tak dapat berhenti di pertanyaan bagaimana cara memperbaiki dan apa yang harus dilakukan lagi. Sebuah refleksi nampaknya diperlukan untuk melihat secara gamblang mulai dari mana semua ini berasal sehingga kita bisa lompat pada solusi aktual. Realita stunting menyadarkan kita bahwa ada sederet problematika di hulu yang perlu diselesaikan dahulu.

Makan Siang Gratis di Sekolah, Cara Ampuh Cegah Stunting di Negara-Negara Ini

Perkawinan anak, ekonomi, pola asuh, dan sederet masalah lainnya berpotensi menjadi faktor hulu yang mengakibatkan derasnya kasus stunting di hilir. Stunting nyatanya juga bicara tentang peran esensial sebuah keluarga dimana menjadi poros utama dalam penerapan budaya makan. Pada akhirnya, pengentasan isu stunting ini tak hanya menjadi bagian dari pemerintah masa kini, tetapi sudah saatnya kita menjadi bagian dari solusi. Apapun peran kita, bisa memberi warna yang bermakna.

Masih lekat di ingatan riweh-nya sebuah edukasi yang saya dan tim pengabdian masyarakat lalui. Pelatihan antropometri pada kader Posyandu menjadi tema yang kami pilih saat itu. Bukan tanpa alasan, hal ini karena pemerintah kita sedang berfokus pada pengentasan stunting sehingga menjadi prioritas tanpa batas.

Para kader sejatinya adalah ujung tombak yang berjuang di barisan depan. Oleh karena itu, keterampilan dalam mengukur antropometri, mencatat dan melaporkannya tentunya menjadi hal esensial. Namun, masih banyak yang memandang ini adalah hal sepele yang tak perlu skill dan hanya perlu modal ‘pede’.

Dari observasi yang kami lakukan, mulailah muncul ke permukaan berbagai hal yang tidak seharusnya ada seperti; kesalahan pengukuran, penggunaan alat pengukuran dan pencatatan yang seadanya, kendala pengukuran pada ibu yang bekerja dan sederetan masalah lainnya.

Sungguh mencengangkan. Bahkan, para kader terkadang cukup cemas dengan monitoring yang dilakukan oleh pihak Puskesmas yang membawahi posyandu mereka. Sorotan yang kuat akan datang menghampiri Posyandu ini, jika pada akhirnya memunculkan pelaporan bahwa akan ada bayi dengan risiko stunting.

Pada bulan tersebut, muncullah beberapa data yang menunjukkan bahwa ada beberapa bayi di posyandu ini yang menunjukkan risiko stunting. Inspeksi pun dilakukan. Lalu, hasilnya pun menyebutkan bahwa adanya kesalahan pengukuran yang dilakukan oleh para kader.

Mengurai Dampak Kesehatan Akibat Open Defecation, Ancaman Stunting pada Anak

Berangkat dari fenomena ini, saya dan tim pun bergegas berupaya melakukan pelatihan keterampilan kader posyandu mengukur antropometri baik pada bayi maupun balita. Berbekal dengan hibah pengabdian yang kami dapat dari kampus, pelatihan ini pun cukup optimal dan disambut dengan hangat oleh para peserta.

Tak sampai pada pemberian pelatihan, kami turut memberikan alat ukur panjang badan, lingkar kepala, dan berat badan di posyandu tersebut. Dengan harapan, layanan pengukuran akan lebih maksimal. Hal ini, disambut sangat gembira oleh ketua kader posyandu.

Bagaimana tidak, alat ukur panjang badan yang mereka miliki dengan berbekal meteran dan kayu akhirnya dapat pensiun dan digantikan oleh alat ukur yang semestinya.

Pengalaman ini membuat haru bagi saya pribadi. Betapa bersyukurnya, melalui kegiatan ini kami dapat menjadi perpanjangan tangan antara kampus dan masyarakat. Pada akhirnya menyadari, apapun peranan kita nyatanya dapat membuat berbeda dan bermakna.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

PP
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini