Nasib Lebong Tandai, Desa Penghasil Emas untuk Tugu Monas yang Kini Terisolasi

Nasib Lebong Tandai, Desa Penghasil Emas untuk Tugu Monas yang Kini Terisolasi
info gambar utama

Desa Lebong Tandai, Kecamatan Napal Putih, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu dikenal sebagai daerah penambang emas sejak zaman kolonial Belanda. Bahkan emas yang dipasang di Tugu Monumen Nasional (Monas) dari desa ini.

Emas yang berada di puncak Monas merupakan sumbangan dari pengusaha asal Aceh, yakni Tengku Markam. Sementara itu, emas tersebut diambil dari tambang yang disebut Lubang Kacamata karena pintu masuknya berupa dua lubang yang berdekatan.

Kekayaan Seni Budaya Provinsi Bengkulu, Kearifan Lokal yang Terus Dilestarikan

Pembangunan Monas dimulai pada tanggal 17 Agustus 1961 atas perintah Presiden Soekarno. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas seberat 28 kilogram yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala.

“Kebanggaan itu menjadi suatu kisah nyata bagi masyarakat Desa Lebong Tandai bahwa emas Monas berasal dari desa kami,” kata Kepala Desa Lebong Tandai yang dimuat Kompas.

Penghasil emas

Pada umumnya, masyarakat Desa Lebong Tandai berasal dari Suku Rejang sebagai penduduk asli dan pendatang Jawa Barat. Para pendatang ini adalah keturunan dari pekerja tambang yang dibawa pada masa penjajahan Belanda.

Pada masa penjajahan Belanda, Lebong Tandai merupakan lokasi yang dipenuhi emas. Aktivitas petambangan di daerah itu dimuali sejak 1890 oleh perusahaan Mijnbouw Maatschappij Redjang Lebong dan Mijnbouw Maatschappij Simau.

Benteng Malborough Destinasi Wisata Favorit Pecinta Sejarah

Kedua perusahaan itu tercatat sebagai penyumbang besar ekspor emas perak Hindia Belanda dengan produksi ratusan ton emas dan perak selama 1896-1941. Bahkan bukti kejayaan dari pertambangan emas ini masih terlihat.

Di desa ini terdapat landasan helikopter, rumah sakit terbesar se-Sumatra Bagian Selatan, diskotik, rumah bordil, sarana olahraga berupa lapangan tenis, basket, billiard, mini market dan juga bendungan sungai lusang setinggi kurang lebih 30 meter.

Jadi desa terisolasi

Tetapi masa kejayaan itu telah berlalu, sekarang untuk menuju Desa Lebong Tandai pun orang akan kesulitan. Satu-satunya jalur transportasi sering rusak akibat longsor, sehingga perjalanan menuju desa ini membutuhkan waktu tidak kurang sembilan jam.

Seorang warga setempat, Asmadi menjelaskan di Desa Lebong Tandai masih ada kegiatan pertambangan, tetapi dalam skala kecil dan dilakukan warga secara manual. Perusahaan-perusahaan telah pergi karena kandungan emas sudah menipis.

Menelusuri Tempat Sejarah, Rumah Pengasingan Bung Karno di Bengkulu

“Masih banyak sisa-sisa kejayaan kawasan itu ketika masih menghasilkan emas. Ada lapangan bola, tempat billiard, gedung bioskop serta beberapa bangunan megah lainnya yang sekarang telah rusak dan ditempati warga,” kata Asmadi.

Warga yang dulu menjadi saksi dari kejayaan tanah mereka diangkut ke tempat lain, karena terisolasi. Asmadi berharap kenangan akan asal usul emas di Tugu Monas membuat pemerintah tergerak untuk agar jalan ke Lebong Tandai diperbaiki.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini