Burung Enggang dan Mitos Masyarakat Dayak

Burung Enggang dan Mitos Masyarakat Dayak
info gambar utama

Keanekaragaman hayati di Indonesia membentuk hubungan erat antara manusia dan alam sekitar. Masyarakat adat telah menjalin kedekatan ekologis dengan berbagai unsur mulai dari binatang dan tumbuhan. Burung enggang atau bisa disebut dengan rangkong, julang, dan kangkareng merupakan salah satu burung eksotis dari Pulau Kalimantan yang memiliki simbol mitologis luhur bagi masyarakat Dayak. Mari mengenal lebih dalam tentang kedekatan Suku Dayak dengan alam indah yang dianugerahkan di Indonesia.

Burung enggang tersebar di Benua Afrika dan Asia dengan total 62 jenis. Hampir setengah lebih spesiesnya berada di wilayah Asia, dengan lebih spesifik 13 jenis merupakan spesies asli Indonesia. Kalimantan dengan hutan hujan tropisnya menaungi delapan jenis dengan dua di antaranya adalah spesies rangkong gading (Rhinoplax vigil) dan rangkong cula (Buceros rhinoceros).

Keeksotisan dari burung enggang sendiri memiliki beberapa ciri-ciri umum seperti paruh yang besar, panjang, dan melengkung dengan struktur tambahan unik di bagian atas paruh. Setiap jenis hewan tersebut juga memiliki warna bulu dan ukuran bentuk yang berbeda-beda, dengan tinggi 65—170 cm dan berat 290—4200 gr. Spesies jantan memiliki warna tubuh yang lebih mencolok dan lebih besar dari pada betina.

Cintai Alam, 48 Pelajar SMP Amati Burung di Ruang Terbuka Hijau
 Rangkong cula (Buceros rhinoceros) @ shannon potter/unsplash
info gambar

Dengan segala keunikannya, enggang menjadi simbol keutamaan masyarakat Dayak. Burung ini disebut-sebut sebagai penjelmaan dari panglima burung di segala penjuru hutan Kalimantan. Kekuatannya berwujud gaib dan hanya akan muncul saat perlawanan terjadi untuk memimpin pelaksanaan perang.

Enggang begitu sakral sehingga tidak boleh untuk dikonsumsi dan diburu. Banyak hiasan yang mewarnai aksesoris spiritual masyarakat Dayak didapatkan dari burung enggang yang ditemukan mati secara alamiah.

Burung enggang dengan segala keindahannya menjadi konsep kepemimpinan yang memiliki nilai luhur. Sebagai bentuk pemimpin perdamaian, sayap burung rangkong menggambarkan perlindungan bagi rakyat lemah juga kekuatan dan keberanian.

Suara burung ini menjadi simbol suara pemimpin yang selalu didengar oleh rakyatnya. Enggang juga hanya memiliki satu pasangan dalam hidupnya sehingga memberikan kiasan kesetiaan cinta dan kerukunan harmonis antara banyak pihak. Hanya petinggi adat atau jabatan tertentu yang bisa menggunakan hiasan dari kepala burung rangkok ini akibat dari kesakralannya.

64 Ekor Burung yang Terancam Punah Dilepasliarkan Demi Jaga Ekosistem Kota Jakarta

Enggang telah menjadi simbolisme kultural dari beberapa masyarakat di Kalimantan yang diturunkan menjadi budaya. Bagi masyarakat Dayak Kenyah, leluhur mereka berasal dari langit “alam atas” yang turun ke bumi untuk memberikan anugrah dan perdamaian dalam wujud menyerupai burung enggang.

Suku Dayak Iban mempercayai enggang cula sebagai simbol burung duniawi tertinggi dan penting dalam ritual utama Gawai Kenyalang. Berbagai suku di Kalimantan juga menganggap burung ini sebagai perantara untuk berkomunikasi dengan leluhur dalam upacara ritual adat.

Simbolisme enggang juga diturunkan melalui beragam kesenian. Tari burung enggang menjadi tarian wajib dalam setiap upacara adat Dayak Kenyah. Tari ini menggambarkan kehidupan sehari-hari burung enggang yang dibawakan oleh perempuan muda suku Dayak Kenyah. Burung enggang juga hadir dalam motif batik dan ukiran kayu khas Kalimantan yang memiliki makna kedekatan manusia dengan alam.

Terlepas dari sisi spiritualnya, burung enggang memiliki manfaat langsung bagi alam. Burung pemakan segala ini (omnivora), membantu tanaman untuk menyebarkan biji-bijinya ke seluruh hutan sebagai bagian dari ekosistem yang berkelanjutan. Namun sayangnya, enggang banyak diburu untuk didapatkan cula indahnya.

Konon, cula enggang dapat digunakan sebagai obat mujarab yang bisa menyembukan penyakit. Hewan tersebut tentu saja juga diburu karena bulu dan cula indahnya yang bisa menjadi koleksi eksotis bagi kolektor dengan harga yang sangat tinggi. Pembabatan hutan dan perburuan menyebabkan burung ini mendekati kepunahan.

Pemerintah Indonesia telah memasukkan beberapa spesies burung enggang sebagai satwa yang harus dilindungi dan dijaga kelestariannya. Enggang gading menjadi salah satu jenis yang masuk ke dalam kategori Critically Endangered (CR) atau tahap sebelum mengalami kepunahan yang seutuhnya.

Dengan berbagai macam makna dan kekayaan nilai yang dimiliki spesies ini, apakah kita rela jika varian burung ini punah? Mari kita sebarkan kabar tentang burung enggang agar masyarakat sadar tentang kekayaan alam Indonesia yang luhur sedang diambang kepunahan!

Burung Beo Nias, Benarkah Hanya Ditemukan di Pulau Nias?

Referensi

  • https://rangkong.org/
  • Irma S. H., Dahri D., Makna Mitos Cerita Burung Enggang di Kalimantan Timur
  • Ayu F., Muhammad S., Novita M.A., The Symbolism The Dayak Indigenous Peoples Of The Meaning Of Hornbills

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini