Kali Mas Ternyata Alasan Sidoarjo Disebut sebagai Kota Delta!

Kali Mas Ternyata Alasan Sidoarjo Disebut sebagai Kota Delta!
info gambar utama

Sidoarjo merupakan kota yang bertetangga dengan ibukota Jawa Timur, Surabaya. Tentunya hal ini tidak lepas dari perkembangan ekonominya yang pesat dan sejarah uniknya. Namun, tahukah Kawan bahwa Sidoarjo memiliki julukan Kota Delta yang dahulunya juga berdampak pada ekonomi masyarakat?

Pengaruh Letak Geografis

Sidoarjo dikenal sebagai "Kota Delta," karena terletak di wilayah dataran rendah di antara dua sungai besar, yaitu Kali Mas dan Kali Porong.

Kedua kali besar ini merupakan bagian dari Sungai Brantas. Wilayahnya terjepit oleh sedimentasi sungai karena posisi di antara aliran sungai tersebut.

Selain itu, Sidoarjo juga dikenal dengan tambak dan pabriknya, yang mencakup luas sekitar 71.424,25 hektar dengan ketinggian antara 0 hingga 25 meter di atas permukaan laut.

Baca Juga: Asal Usul Sungai Brantas yang Terbentang di Jawa Timur

Kota Delta Sidoarjo terkenal karena beragam kegiatan ekonomi, termasuk pertanian, industri, dan perdagangan. Sejarahnya mencakup masa di mana beberapa kerajaan kuno memasuki dan menguasai wilayah tersebut.

Pertanian padi dan komoditas pertanian lainnya juga merupakan keunggulan Sidoarjo, memberikan kontribusi penting terhadap produksi pangan lokal dan mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi yang pesat, terutama di sektor manufaktur, telah mengubah Sidoarjo menjadi pusat aktivitas ekonomi di Jawa Timur.

Kota Delta Sidoarjo memiliki kondisi geografis yang terdiri dari berbagai lapisan batuan dan jenis tanah. Lapisan batuan Alluvium meliputi luas wilayah sebesar 686,89 km² yang tersebar di semua kecamatan.

Sedangkan lapisan batuan Plistosen Fasien Sedimen hanya terdapat di enam kecamatan, yakni Sidoarjo, Buduran, Taman, Waru, Gedangan, dan Sedati. Terdapat juga lapisan tanah Alluvial Kelabu yang merata di 18 kecamatan dengan luas wilayah mencapai 470,18 km².

Lapisan tanah jenis Alluvial dan Coklat Kekuningan hanya ditemukan di empat kecamatan, yaitu Krembung, Balongbendo, Tarik, dan Prambon. Selain itu, lapisan tanah Alluvial Hidromort tersebar di delapan kecamatan, termasuk Sidoarjo, Buduran, Candi, Porong, Tanggulangin, Jabon, Waru, dan Sedati, dengan luas wilayah mencapai 213,61 km².

Terdapat pula lapisan tanah kelabu tua yang luasnya mencapai 8,71 km² yang terdapat di dua kecamatan, yaitu Buduran dan Sidoarjo.

Topografi Sektor Ekonomi

Kabupaten Sidoarjo memiliki topografi yang beragam, yang memengaruhi kehidupan masyarakat di berbagai cara:

Kota Sidoarjo terkenal sebagai "Kota Delta" karena berada di delta antara Sungai Kali Mas dan Kali Porong, yang merupakan cabang Sungai Brantas. Lokasinya berada di antara 112,5° - 112,9° BT dan 7,3° - 7,5° LS. Dengan didominasi oleh lapisan batuan Alluvium seluas 686,89 km² yang tersebar di seluruh kecamatan.

Wilayah ini berada di dataran rendah, terletak di antara dua sungai besar, yang mengakibatkan terjepitnya wilayah ini oleh sedimentasi sungai. Oleh karenanya Kabupaten Sidoarjo memiliki luas wilayah sebesar 71.424,25 Ha dan jumlah penduduk yang tinggi, mencapai 2.238.069 jiwa.

Dataran yang rendah ini memberikan kontribusi terhadap Kota Sidoarjo sebagai pemilik lahan pertanian yang subur dan potensi perikanan yang besar. Di samping itu, industri di Sidoarjo mengalami pertumbuhan pesat. Untuk itu, dalam menunjang kepadatan penduduknya, terdapat kawasan perumahan formal yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten.

Baca Juga: Produk Kosmetik Buatan Sidoarjo Siap Bikin “Glowing” Warga Malaysia

Sidoarjo dalam Membangun Ekonomi bersama Surabaya

Kabupaten Sidoarjo, yang terletak berdekatan dengan kota metropolitan Surabaya di provinsi Jawa Timur, menampilkan beragam faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan wilayah tersebut.

Pertama, kabupaten ini menonjol dengan diversifikasi sektor ekonominya. Mulai dari pertanian yang subur hingga industri yang berkembang pesat, serta sektor pertambangan, perhubungan, dan pariwisata yang semuanya berpotensi memacu pertumbuhan ekonomi.

Pendapatan Domestik Bersih (PDRB) menjadi indikator penting dalam mengevaluasi kemampuan Sidoarjo dalam mengelola sumber daya alam dan faktor produksi lainnya.

Kedua, urbanisasi yang terjadi di kota tetangga, Surabaya, turut berperan dalam membentuk pola pertumbuhan ekonomi Sidoarjo. Aktivitas urbanisasi memengaruhi terutama sektor industri pengolahan dan angkutan, serta kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Infrastruktur menjadi faktor kunci lainnya yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pembangunan jalan, jembatan, dan fasilitas komunikasi lainnya tidak hanya mendukung konektivitas wilayah, tetapi juga berdampak pada peningkatan lapangan kerja dan pengurangan pengangguran.

Selain itu, Sidoarjo menarik minat investor karena potensi investasi yang tinggi. Dengan posisi strategisnya yang berdekatan dengan Surabaya, serta pertumbuhan ekonomi yang positif, kabupaten ini menjadi destinasi investasi yang menjanjikan.

Terakhir, potensi sektor ekonomi seperti pertanian, industri, dan pariwisata menjadi landasan penting dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi. Sidoarjo juga berperan sebagai daerah penyangga Ibukota Provinsi Jawa Timur, dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan berbagai potensi yang dapat dikembangkan lebih lanjut.

Dengan memahami dan mengoptimalkan semua faktor ini, pemerintah Kabupaten Sidoarjo bersama dengan pemerintah daerah sekitarnya dapat merancang strategi pembangunan ekonomi yang terintegrasi dan terkoordinasi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Baca Juga: Arsitektur Kali Jagir, Cara Belanda Cegah Banjir di Wilayah Surabaya

Dampak Sungai Delta Terhadap Masyarakat Zaman Dahulu

Sungai Surabaya dan Sungai Porong di Kabupaten Sidoarjo memiliki dampak signifikan terhadap ekonomi masyarakat di masa lampau dalam berbagai aspek yaitu bahwa kedua sungai tersebut berperan penting dalam transportasi bahan baku, barang mentah, dan barang jadi, memudahkan produksi dan perdagangan. Efisiensi dalam pengangkutan memengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan mempercepat proses produksi dan perdagangan.

Selain itu, Sungai Surabaya dan Sungai Porong dimanfaatkan untuk irigasi pertanian, meningkatkan produksi dan kualitas hasil pertanian. Irigasi yang efisien berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan produksi pertanian.

Potensi pengembangan sektor industri pengolahan seperti kayu, minyak, dan makanan dapat dimanfaatkan dari kedua sungai ini. Hal ini memungkinkan peningkatan produksi dan kualitas produk.

Karena kedua sungai memiliki potensi untuk sektor pertambangan seperti pasir, kerikil, dan batu, meningkatkan produksi dan perdagangan material konstruksi. Potensi pengembangan sektor pendidikan dan kesehatan juga dapat dimanfaatkan dari kedua sungai ini agar dapat memperbaiki akses masyarakat terhadap layanan pendidikan dan kesehatan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Nadira Hamamah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Nadira Hamamah.

NH
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini